12

1.5K 198 7
                                    

"Tolong, berikan ini pada Taehyung hyung"

Jam istirahat kedua, Jungkook meminta Yoongi menemuinya di koridor sekolah, tepatnya di depan jajaran loker para siswa. Dia menenteng paper bag ukuran sedang di tangan kirinya. Menyunggingkan senyum tipis tanpa arti, yang lebih menjorok pada tatapan sendu.

Yoongi mengernyit. Bingung, heran, sekaligus penasaran. Kenapa paper bag itu disodorkan kepadanya? Apa yang terjadi pada Jungkook? Mengapa dia agak aneh hari ini?

Wajah pucat, juga kedua mata bengkak.

Tidak seperti biasa. Hari ini Jungkook lebih tenang, tidak ada rayuan gombal yang teramat sering membuat Yoongi kesal.

"Jungkook, kamu sakit?"

Gelengan lemah disertai senyum tipis sebagai jawaban.

"Jangan bohong. Ini tidak seperti dirimu. Agak aneh melihatmu begini," kata Yoongi kemudian menyentuh kening Jungkook. Tidak demam sama sekali, suhu badannya normal.

"Memang biasanya aku tidak normal, ya?"

Jungkook malah salah mengartikan.

Yoongi jadi merutuki ucapannya tadi. "Bukan begitu. Hanya saja, biasanya kau lebih aktif. Apa terjadi sesuatu padamu?"

Yoongi maju selangkah untuk lebih mendekat. Sedikit menunduk, mencuri pandang pada Jungkook tak kala kepala pemuda itu di tekuk.

"Hey?" Kedua pipi anak didiknya di tangkup. "Kamu menangis?"

Yoongi amat terkejut ketika bulir air mata mulai meluncur turun mengenai tangannya. Jungkook menggeleng lemah namun isakannya justru kian menjadi. Menimbulkan getaran pada kedua pundaknya, yang lambat laun mulai mencuri perhatian siswa lain.

Jungkook itu anak emas di sekolah, bisa gawat kalau sampai ada guru maupun pegawai lain yang melihat kejadian ini. Yoongi tidak mau berurusan dengan orang tua Jungkook, apalagi jika dirinya di kira telah melakukan sesuatu yang buruk pada si jenius Jeon.

"Ikut aku"

Dengan tergesa-gesa, Yoongi mengiring Jungkook menuju ruang musik. Menutup pintu rapat-rapat kemudian menarik salah satu kursi untuk Jungkook duduki. Sedang Yoongi berjongkok dihadapannya, sambil sesekali menyeka sisa air mata yang masih senantiasa menodai pipi.

"Sudah kuduga, pasti ada yang tidak beres denganmu. Sekarang katakan padaku apa yang terjadi. Apa seseorang menyakitimu? Katakan biar kuberi pelajaran bajingan itu!"

Entah kenapa emosi Yoongi memuncak hanya dengan melihat Jungkook seperti ini. Yoongi benci air mata, dia benci melihat orang menangis, terlebih lagi jika itu Jungkook. Rasanya Yoongi ingin marah, pada orang yang membuat Jungkook menangis termasuk anak itu sendiri. Air mata hanya akan membuat seseorang terlihat lemah dan bodoh. Jungkook harus mengerti jika dunia tempat dia hidup sekarang sama buruknya dengan kekerasan juga pembulian. Tidak ada tempat aman selain dirinya sendiri.

"Kamu yakin bisa melawan orangtuaku?"

Dan saat itu juga Yoongi baru mengerti. Dirinya bergeming dalam segala pemikiran yang berkecamuk tak karuan. Sebab orang tua Jungkook musuh paling mematikan sepanjang hidup pemuda kesayangannya.

•••

Pukul lima sore hujan deras turun membasahi kota. Yoongi dengan payung menyusuri jalan trotoar, sepatu yang kian basah terkena cipratan air, dan paper bag Jungkook yang dia dekap erat.

Tiang lampu penerangan jalan berjejer rapi menerangi setiap pijakan kaki. Aroma khas pertemuan antara air dan aspal menyeruak masuk dalam pernapasan. Aneh, namun Yoongi suka perpaduannya. Mengingatkan Yoongi pada seorang dengan suasana seperti ini.

PARADOX WHISPERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang