[09] Dilema

Mulai dari awal
                                    

Mika : g ( 4)

Boby : g (96)

Ibay : njirr, kapan lagi ketemu ama gue coba. Gue kan sibuk

Satya : emang lu doang yang sibuk, gue kagak!

Mika : songong lu berdua!

Sela : cus lah meet up

Surya  : pada sombong ya, udah sukses mah

Firdan : jelas dong kak

Boby : yeuu dasar

Mika : @raina muncul ke lu, doi lu tuh bikin jyjyk

Ibay : sembarangan kalo ngomong!
Ibay : lusa kumpul2 lah di rumah gue

Mika : g

Sela : g (2)

Boby : g  (3)

Firdan : g (99+)

Surya : g (999+)

Ibay : jahat kalian ama gua
Read

Mika terkekeh pelan. Punya temen yang walaupun udah pada sukses tapi otaknya masih pada idiot itu merupakan kesenangan tersendiri untuknya. Dan nyatanya Mika cukup terhibur karena itu.

Tapi balik ke realita hidupnya, semuanya kembali abu-abu lagi.

CEKLEK

Tanpa ada instruksi Suster Ani, pintu ruangannya tiba-tiba terbuka dan menampilkan sosok Angkasa lengkap dengan stelan jasnya yang menandakan kalau Angkasa abis dari kantornya.

Angkasa melangkah masuk.

"Hai." Sapanya dengan tersenyum manis sembari meletakan sebuket mawar merah besar pada meja dihadapan Mika.

"Ngapain." Sahut Mika ketus.

Tanpa permisi, Angkasa langsung duduk dikursi yang ada dihadapan Mika.

"Gue dari semalem sibuk. Nggak bisa hubungin lo." Ujarnya. Oh jadi tuh cowok udah bisa peka, biasanyakan harus kode-kodean dulu.

Mika menoleh pada Angkasa dan terlihat juga lingkaran hitam dibawah matanya.

"Sibuk ngapain?" Tanya Mika lagi. Tangannya membawa sebuket mawar merah tersebut ke indra penciumannya dan menghirupnya dalam-dalam.

"Biasa, perusahaan." Ujar Angkasa sembari meletakan juga sebuah kotak dihadapan Mika.

"Apa'an?"

Angkasa tersenyum. "Buka aja."

Dengan malas-malasan Mika membuka kotak tersebut.

Dan isinya Cake coklat berukuran sedang yang sangat menggiurkan.

"Gue baca di internet, 2 hal yang bisa balikin mood cewek lagi. Seiket bunga mawar sama Coklat." Ujar Angkasa menjawab kebingungan Mika karena tingkah nggak biasanya.

"Ngapain harus searching?" Sergah Mika.

"Gue gak tahu."  Sahut Angkasa.

Mika berdecak kesal. Udah berapa lama sih hubungan keduanya? Masa yang kayak beginian aja gak tahu!

Mika diam saja, tapi tangannya membawanya kepada cake tersebut.

"Enak." Komentar Mika. Setelah memasukan sesuap cake tersebut.

"Jangan bt lagi dong." Bujuk Angkasa. "Jangan karena lamaran gue ditolak, lo jadi males-malesan gini."

"Terus gue mesti gimana?"

Angkasa tak langsung menjawab, nampaknya dia juga bingung.

"Lo juga gak bisa jawab kan."

"Gue cuma minta sama lo, jangan karena gue, hubungan lo sama Mama jadi gak baik. Gue jadi gak enak." Ujar Angkasa dengan tulus.

"Yaudah sih."

"Jangan gitu dong."

Mika menghela napas. "Yaudah iya."

Angkasa tersenyum. "Gue yakin, kita  pasti bisa ngelewatin semua ini."

Mika menganggukan kepalanya walaupun ia tak yakin bisa melewati semua rintangan yang ada.

"Lo gak sibuk?" Tanya Mika.

"Nggak."

"Bohong."

"Kalo sama lo, gue gak sibuk."

"Halah kardus." Ledek Mika sembari menjukurkan lidahnya.

Angkasa terkekeh. "Beneran."

Mika jadi ikutan terkekeh. "Ortu lo gimana?"

"Biasa aja."

"Maksud gue, masih mau gitu mereka berhubungan sama keluarga gue. Secara nyokap gue semal...

"Gak papa, mereka ngerti kok." Sela Angkasa.

"Syukur deh."

"Lo gak sibuk?" Kini giliran Angkasa yang bertanya.

Mika menghelengkan kepalanya. "Nggak. Keknya populasi wanita hamil udah menurun."

"Ntar meningkat lagi kok. Kan lo bakal hamil anak gue." Ujar Angkasa sembari terkekeh ringan.

"Apa'an sih." Sergah Mika dengan wajah memanas.

Tiba-tiba Angkasa kembali menormalkan suasana. "Gue juga mau bilang sesuatu."

Kening Mika mengerut. "Bilang apa?"

Angkasa berdehem. "Lusa gue bakal dinas keluar kota."

"Berapa lama?" Tanya Mika.

"Sekitar semingguan."

"Yahhh, lama banget." Rutuk Mika. "Emang kemana?"

"Bali."

Mata Mika memincing. "Lo kerja atau mau ngapain? Kok ke bali." Ujar Mika agak curiga.

"Kan klien gue orang luar, mereka cuma mau ketemuan di bali. Sekalian liburan katanya." Jawab Angkasa.

"Lo lagi nggak bohong kan?"

"Kalo gue niat bohong, ngapain gue ngasih tau lo."

Mika diam.

"Lagian, cewek mana lagi sih yang bisa bikin gue nangis-nangis gak jelas cuma karena mau ditinggal nikah sama cowok lain." Ujar Angkasa sembari menautkan jari jemarinya pada jari-jari tangan Mika.

"Janji gak akan macem-macem? Gak akan lirik-lirik bule yang cuma pake bikini. Gak ak__

"Janji."

"Gue pegang."

Angkasa tersenyum manis dan mendaratkan kecupan singkat di punggung tangan Mika.







Gimanaa gaiss?
Mending langsung nikahin apa dikasih sesuatu dulu mereka? Hehe

See yaa❤❤

SEMPITERNAL : [Angkasa & Mika] [TERSEDIA DI GRAMEDIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang