Sebuah Pilihan

10.1K 786 65
                                    

Kalfi menarik Erika ke dalam pelukannya dan langsung mencium bibir Erika membuat Erika kaget dan sontak berusaha menghindar, tapi Kalfi memegang kepala Erika kuat sehingga Erika kesulitan menghindar dan terpaksa pasrah dicium oleh Kalfi

hal itu membuat  para pengawal ternganga kaget, niat mereka untuk masuk ke dalam ruangan terhenti, karena tidak ingin mengganggu suasana para pengawal tersebut kembali keluar dan menutup pintu

Kalfi pun mengakhiri ciumannya, Erika masih menampakan wajah kaget atas tindakan Kalfi

"Maaf" ujar Kalfi langsung beranjak duduk membuat Erika kaget

"Ya ampun Kalfi kamu terluka, pergi ke dokter sekarang dan minta mereka keluarkan peluru itu " pinta Erika cemas, melupakan rasa kagetnya karena telah dicium Kalfi tadi

"Bukannya kamu juga dokter, kamu bisa mengobati aku sekarang" jelas Kalfi membuat Erika ternganga kaget

"Ya ampun Kalfi, aku memang dokter, tapi apa kamu tidak bisa melihat bahwa aku sedang sakit, dan memangnnya aku akan mengobatimu menggunakan apa?" gerutu Erika tidak percaya

"Sakit? Bagian mana yang sakit saat kamu baru saja memukul kepala orang lain dengan pas bunga?" tanya Kalfi

"Itu karena aku berusaha menyelamatkanmu, kalau aku tidak bertindak mungkin Haruka sudah membunuhmu dari tadi" komentar Erika

"Sebelum berniat menyelamatkan orang lain, terlebih dahulu selamatkan diri sendiri, dasar bodoh" ujar Kalfi membuat Erika mendengus kesal

"Memangnya siapa yang paling bodoh disini? Aku atau kamu? Lihat kamu bahkan menyatakan cinta pada Haruka, tapi balasannya kamu malah ditembak seperti ini, dan bukannya langsung keluar mencari dokter, kamu malah duduk disini meminta bantuan pada dokter yang tengah sakit" ujar Erika tidak percaya

"Peralatan doktermu ada di atas meja itu, kamu bisa mengobatiku sekarang, atau aku akan membungkam mulut mu dengan ciuman lagi seperti tadi" ancam Kalfi membuat Erika mendengus jengkel

Erika menoleh ke atas meja di samping ranjangnya, mengernyit bingung melihat perlengkapan dokternya ada disana, Erika beranjak menuju meja dan mengambil tas perlengkapan dokternya, kemudian berjalan menghampiri Kalfi lagi, duduk di samping Kalfi

"Sepertinya kamu sengaja menyiapkan semua ini, kamu pasti sudah bisa menebak ya kalau Haruka berniat membunuhmu malam ini" komentar Erika sambil mengamati perlengkapan operasi kecil

"Aku tidak punya obat bius, masih ingin aku yang mengobati?" tanya Erika, Kalfi mengangguk pelan

Erika menghela nafas lelah, detik berikutnya Kalfi melalui perjuangan yang luar biasa, menahan rasa sakit saat Erika mengeluarkan peluru dari bahunya, hanya bisa mengeram tertahan saat Erika menjahit luka nya, Kalfi baru bisa bernafas lega saat Erika sudah membalut lukanya

"Sepertinya kamu benar-benar mencintai Haruka ya?" tanya Erika sambil merapikan perlengkapan dokternya

Kalfi menyandarkan bahunya di sova dan mulai memejamkan matanya, tidak ada yang tau selain dirinya, tindakannya tadi saat memeluk Haruka dan mengajak Haruka untuk bersama bukanlah karena Kalfi sangat mencintai wanita itu, justru karena Kalfi berusaha melindungi Erika

Kalfi tidak tau kapan rasa cintanya untuk Haruka padam, hanya saja semenjak Kalfi tau ada yang menukar gelas pribadi ayahnya, dan orang itu adalah Haruka, perasaannya pada Haruka sedikit demi sedikit menghilang, dan puncaknya saat Kalfi menonton video rekaman dari kamera tersembunyi yang diam-diam ia letakan dikamar ayahnya, Kalfi tidak bisa membendung rasa kebencian yang mulai tumbuh di hatinya untuk Haruka

karena Haruka sudah tega membunuh ayahnya, mungkin kebencian seperti inilah yang selama ini Haruka rasakan karena menganggap Kalfi sebagai pembunuh Hazuki

"Aku tidak mengerti kenapa Haruka menyalahkanmu atas aksi bunuh diri yang dilakukan Hazuki" ujar Erika membuat Kalfi kembali membuka matanya dan langsung menatap Erika

"Aku yang membunuh Hazuki" ujar Kalfi mantap membuat Erika sontak tertawa kencang

"Kamu membunuh Hazuki? Memangnya kamu punya masalah apa dengan Hazuki sehingga kamu membunuh dia, aku bahkan sering melihat kamu menatap Hazuki penuh kasih sayang, seolah-olah Hazuki itu adik kandungmu, lagi pula jika memang ada orang yang ingin kamu bunuh pastinya bukan Hazuki tapi aku" jelas Erika santai membuat Kalfi bingung

"Maksud kamu?" tanya Kalfi tidak mengerti arah pembicaraan Erika

"Tentu saja karena aku penghalang terbesar kamu bisa bersama Haruka, jadi jika kamu ingin bebas bersama Haruka, pastinya kamu akan lebih dahulu menyingkirkanku" jelas Erika

"Tapi aku merasa Hazuki memang terkadang aneh, dia selalu menatap Haruka seperti kamu menatap Haruka, penuh cinta, aku juga pernah 5 kali memergokinya hampir bunuh diri di atap sekolah, aku tidak akan kaget kalau akhirnya dia benar-benar bunuh diri" komentar Erika membuat Kalfi menatap Erika tajam

"Bagaimana kamu bisa yakin kalau Hazuki bunuh diri, bisa saja aku kan yang membunuh Hazuki" jelas Kalfi

"Saat kamu begitu tergila-gila pada Haruka, mana mungkin kamu membunuh saudara kembarnya, dan jika memang kamu memang membunuh Hazuki saat itu, kenapa kamu tidak membunuh Haruka juga, bukannya jika kamu ketauan membunuh Hazuki, Haruka pasti jadi saksi mata yang kuat" jelas Erika membuat Kalfi tertegun, satu lagi orang yang tidak percaya kalau dirinya membunuh Hazuki, tanpa sadar Kalfi tersenyum samar sambil menatap Erika

***

Erika menatap Heran ke arah Lary yang masuk bersama Emili ke ruangan dia di rawat

"Apa yang menangani ku harus sampai 2 dokter ya? Apakah penyakitku separah itu?" komentar Erika yang hanya dibalas cengiran oleh Lary, Emili memeriksa kondisi Erika sambil tersenyum manis

"Kesehatanmu sudah memulih" jelas Emili, kemudian Emili menatap ke arah Lary yang berdiri di sampingnya

"Lary, kamu bisa lihat sendiri kan adikmu sekarang sudah baik-baik saja, jadi kamu bisa kembali bekerja sekarang, atau kamu ingin di pecat dari rumah sakit ini" ujar Emili membuat Lary enggan

Erika menatap tidak percaya ke arah Lary, Erika tidak habis pikir bisa-bisanya Lary menjadikan dirinya alasan untuk tetap bersama Emili

"Baiklah, aku pergi dulu, jaga diri baik-baik" pinta Lary yang Erika yakin ucapan itu bukan untuk dirinya melainkan untuk Emili, karena tatapan Lary hanya terpokus pada Emili

Erika mendesah jengkel karena harus melihat adegan romantis lagi di hadapannya, padahal Erika sudah cukup ngelangsa melihat adegan romantis yang ditunjukan Haruka dan Kalfi subuh tadi, dan siang ini Erika harus kembali menyaksikan adegan romantis antara Lary dan Emili

Lary kemudian beranjak pergi keluar ruangan, Emili menatap ke arah Erika lagi

"Lary sangat mencemaskan kesehatanmu, aku jarang melihat dia sepanik itu, 2 hari yang lalu saat kamu di bawa kemari dalam keadaan kritis, Lary bahkan menangis" jelas Emili membuat Erika ternganga kaget

"Apa? Lary menangis?" tanya Erika tidak percaya, baginya sangat mustahil jika Lary menangis, apalagi karena dirinya, atau mungkin itu trik yang digunakan Lary untuk menarik perhatian Emili

Tbc

Like Me PLEASE!!!Där berättelser lever. Upptäck nu