Chapter One

Mulai dari awal
                                    

"Kenapa?!"

"Ibumu, dia meminjam uang di bank untuk membeli obat-obatan terlarang itu. Kami bahkan tidak sanggup untuk membayar hutang Ibumu terhadap bank. Maka dari itu-"

"Tidak! Larry tidak mau pergi dari rumah ini!"

Aku dan Paman spontan melihat Larry yang berteriak dari pintu kamar nya. Aku tau perasaan Larry setelah mendengar berita ini. Tapi apa boleh buat? Aku dan Larry tidak memiliki uang untuk menebus rumah ini. Jalan satu-satunya adalah ikut dengan Paman Gerry ke Seattle.

"Larry.." Desahku. Aku menghampiri adikku itu dan mencoba menjelaskan semuanya dengan perlahan.

"Tidak, Anna! Aku tidak mau. Ini rumah Ibu dan Ayah. Peninggalan satu-satunya dari mereka! Tidak kah kau juga ingin menetap disini?" Tanya nya. Ya, Larry. Aku sangat ingin menetap di rumah yang begitu banyak kenangan bersama Ayah dan Ibu, tapi tidak bisa.

Aku menggeleng, "Larry. Kita harus ikut dengan Paman dan Bibi. Kita sudah tidak bisa tinggal disini. Ini bukan lagi rumah kita, Larry."

Larry tetap keras kepala dan menolak untuk ikut ke Seattle. Aku menatap Paman untuk minta ia membujuk Larry agar mau ikut.

"Larry.. Dengarkan Paman, apa kau mau berpisah dengan kakakmu, Anna, huh?"

Larry menatapku lalu menggeleng. Aku tersenyum saat mengetahui jawabannya.

"Nah, maka dari itu, kau harus ikut kami. Oke?"

"Tapi, Paman.."

"Larry.. Ini demi kebaikan kita. Kalau kita tidak ikut Paman Gerry, lalu kita akan tinggal dimana?" Tanyaku lembut.

Aku mengelus tangan kecilnya, "Kau mau?" Larry tampak berpikir, lalu beberapa detik kemudian ia mengangguk.

Aku tersenyum dan memeluknya dengan kuat. Paman juga sempat tersenyum melihat kami mau ikut bersamanya.

"Jadi, mereka akan ikut bersama kita, Gerry?" Tanya Bibi Holly setibanya di ruang tamu.

Ia sudah siap membawa koper nya untuk segera kembali ke Seattle.

"Kupikir kita akan pergi besok, sayang?" Tanya Paman heran.

Holly menggeleng, "Aku bosan disini. Lagipula bukannya upacara pemakaman nya sudah selesai? Lalu apalagi?"

Aku menunduk menatap adikku yang tengah memperhatikan Bibi Holly berbicara.

"Kau bisa tinggal disini dulu, Bibi Holly. Itu pasti akan menyenangkan." Tawar Larry. Aku mencoba melihat respon dari Bibi Holly.

Aku tau- tidak! Kami semua tau kalau Bibi Holly tidak menyukai aku dan Larry. Tapi bagaimanapun, aku dan Larry tetap menghormati nya sebagai Bibi kami.

Bibi berdecak pelan, "Hei, nak. Apa kau lupa jika rumahmu akan disita oleh bank, hari ini? Bagaimana bisa aku menginap disini, hm?"

Larry seperti tertampar kembali mengenai rumah ini, "Um, baiklah Paman, Bibi. Aku dan Larry akan merapikan barang-barang kami dulu. Permisi." Aku mencoba berdiri dan membawa Larry pergi dari hadapan Bibi Holly.

***

Seattle

"Selamat datang dirumah Paman, sayang." Sambut Paman Gerry setibanya kami di halaman rumah Paman yang cukup besar.

"Terimakasih, Paman. Um, kami pasti tidak akan menyusahkan kalian berdua disini. Iya kan, Larry?"

Larry mengangguk, "Hm, kami janji." Larry memberikan janji kelilingking pada Paman. Aku terkekeh melihat tindakan Larry barusan.

Paman tersenyum kecil, "Paman sudah anggap kalian seperti anak Paman sendiri. Jadi, jangan anggap diri kalian menyusahkan Paman dan Bibi. Bagaimanapun, kita sekeluarga, bukan?"

Aku terharu mendengar ucapan Paman. Aku memeluk tubuh Paman dengan erat, begitu juga Larry.

"Terimakasih, Paman." Ucapku pelan di samping telinga Paman.

"Ck, Gerry. Apa tidak ada hari lain untuk berbincang, hm?" Ucap Bibi.

"Ah, iya. Ini sudah malam, ayo semua nya masuk dan beristirahatlah. Paman akan mengantarkan kalian ke kamar kalian."

Kami akhirnya melangkah masuk kedalam rumah Paman yang ternyata didalam nya begitu klasik. Dari luar tidak begitu terlihat design rumah yang ada didalam. Banyak sekali barang-barang antik dan unik yang Paman koleksi.

Aku begitu takjub dengan isi rumah Paman dan Bibi. Begitu klasik namun tidak terlihat tua.

Kami diantar ke kamar kami masing-masing. Aku pikir aku dan Larry akan satu kamar, ternyata Paman sudah menyiapkan kamar sendiri untuk aku dan Larry.

"Selamat malam, Paman."

Paman Gerry keluar dari kamarku dan menutup pintunya dengan rapat. Aku mengeluarkan piyama untuk aku kenakan malam ini.

"Anna?" Larry mengetuk pintu ku dan sesaat kemudian ia muncul dari balik pintu.

"Larry? Ada apa? Kenapa kau belum tidur, hm?"

"Aku ingin tidur denganmu. Aku takut sendirian."

Aku tertawa kecil sembari mencubit kedua pipi tembem miliknya, "Sejak kapan kau jadi penakut, hm?" Ledekku.

Larry berlari dan langsung naik keatas ranjangku. Ia menyelimuti dirinya dan bersiap tidur, "Aku ngantuk, Anna. Selamat malam."

Aku tersenyum kecil, "Tidurlah. Pasti kau sudah sangat lelah hari ini. Selamat malam, Larry." Aku mencium kening nya dan menarik selimut nya hingga dada nya.

Ya, sungguh hari ini adalah hari terberat disepanjang hidupku. Ibu meninggal dunia, rumah disita oleh bank, dan sekarang aku dan Larry pergi jauh hingga ke Seattle untuk tinggal bersama Paman dan Bibi.

Lalu, apa lagi nanti?

To Be Continued.

________________

YAY! NEW STORY!!

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT YA, KASIH DUKUNGAN ATUH BUAT AKU BIAR MAKIN SEMANGAT UNTUK UPLOAD :))

SELAMAT SAHUR DAN SEMANGAT YA PUASA NYA!

PELUK CIUM DARIKU. MWAH :*

_________________

GOMAWO.

The JERK From SEATTLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang