Dan sebelum mulutnya itu kembali bereaksi, Yoongi segera menghampiri Namjoon untuk mengatakan sesuatu.

"Terima kasih sudah mengantarku. Kamu bisa kembali sekarang, dan omong-omong, maaf soal mulut anak ini. Dia memang agak aneh," bisik Yoongi sambil melirik ke arah Jungkook yang kini memicing ke arah dirinya dan Namjoon.

Namjoon pun mengangguk mengiyakan walaupun dia sama sekali tak paham betul mengapa anak ingusan yang Yoongi maksud memandangnya tak suka padahal dia tak punya urusan dengannya.

Yoongi melambai kala Namjoon masuk ke dalam mobilnya dan melaju pergi dari sana. Dan sekarang Yoongi harus menghadapi Jungkook yang bersedekap dengan bibir mengerucut.

"Apa?" tanya Yoongi kebingungan.

Jungkook menggeleng cepat kemudian berjalan menuju pintu rumah Yoongi, memukulnya cukup keras. "Buka, aku ingin masuk."

Baru selangkah, pergerakan Yoongi dihentikan oleh Jungkook.

"Ey, tunggu," katanya lembut, lalu, "Astaga kalian, bawakan barang-barang Pak Min, lambat!"

Yoongi agak terkesiap saat tiga pengawal Jungkook buru-buru mengambil alih barang bawaannya. Tapi Yoongi bisa apa selain menarik nafas dalam-dalam. Pun jika dia menolak Jungkook pasti akan mengoceh ini itu; tidak terima penolakan.

Yoongi lalu membuka pintu rumahnya mempersilahkan Jungkook dan ketiga pengawalnya untuk masuk. Namun lagi-lagi, tiga pria paruh baya yang mengekori Yoongi di hentikan oleh Jungkook.

"Sampai di sini saja. Berikan barang-barang Pak Min padaku, dan kalian..pulang sana, ku telepon nanti kalau sudah selesai mengerjakan tugas"

Yoongi mengernyit mendengar kata tugas. Seingatnya, dia belum memberi tugas apapun pada Jungkook, dan lagi jadwal kelasnya kan nanti lusa.

Dasar modus.

Ketiga orang itupun bergegas pergi setelah sebelumnya membungkuk hormat pada Yoongi dan Jungkook. Dan dapat Yoongi lihat ekspresi muka berseri-seri anak disampingnya.

"Pembohong, kuadukan pada ibumu baru tahu rasa!"

Tapi bukan Jungkook namanya jika nyalinya dengan mudah menciut hanya karena gertakan, yang ada dia malah akan menampilkan senyum lebar terlampau manis yang selalu sukses membuat Yoongi gemas bukan main.

Di dalam rumah pun Jungkook duduk manis di sofa ruang tengah, senantiasa mengamati sang guru yang mondar mandir kesana-kemari.

"Sudah makan?" tanya Yoongi.

Jungkook menggeleng cepat masih dengan senyum manis yang membuat gigi kelincinya menyembul di antara belah bibir.

"Mau makan?"

Jungkook mengangguk setuju, dan dengan begitu Yoongi mengambil bekal makanan buatan Seokjin kemudian menata peralatan makan di hadapan Jungkook.

"Pak Min, aku.."

Ucapan Jungkook terpotong oleh bunyi bel di depan rumah, sehingga Yoongi segera berlari kecil untuk melihat siapa yang datang bertamu. Sedang Jungkook, dia jadi kesal karena kedatangan tamu tak di undang.

Tidak butuh waktu lama bagi Yoongi membawa satu lagi tamunya ke ruang tengah, mempertemukannya dengan Jungkook yang nampak begitu terkejut melihat siapa pengganggu ulung yang berdiri di samping Yoongi.

"Kenapa dia di sini?" Jungkook menaikan nada bicaranya sambil tergagap. "Pak Min, jangan bilang kamu yang mengajaknya kemari?"

Yoongi merotasikan matanya, tidak sedikitpun merespon pertanyaan Jungkook.

"Cukup tutup telingamu dan anggap saja semua omongannya angin lalu," kata Yoongi menepuk pundak tamunya kemudian kembali lagi ke dapur mengambil satu lagi peralatan makan.

Suasana canggung melingkupi keduanya setelah di tinggal Yoongi ke dapur. Jungkook dengan segala kepercayaan diri menatap tajam kearah seorang yang duduk di seberang sofa, sedang yang di pandang tidak terganggu sama sekali malahan tersenyum lebar memandangi wajah Jungkook yang terlihat kesal.

Sedikit banyak waktu yang terlewat namun Yoongi tak kunjung bergabung dengan mereka, dan di sini Jungkook lah yang mulai risih sekaligus ngeri sedari tadi bertemu tatap dengan tamu aneh Yoongi.

"Oh, aku belum tahu namamu," katanya memecah keheningan.

Jungkook membuang muka, sama sekali tak tertarik akan basa-basi semacam ini.

Kekehan kecil membuat Jungkook sedikit menolehkan kepala setelahnya. "Aku Kim Taehyung. Kamu pasti Jeon Jungkook, kan?"

Bagaimana dia tahu? Jungkook membatin.

Sebelum di jawab, derap langkah Yoongi terdengar menuju ke arah mereka. Taehyung pun menoleh mendapati Yoongi tengah membawa peralatan makan untuknya.

Sambil tersenyum Taehyung tidak sekalipun melepas atensinya dari Yoongi yang mulai menata piring dihadapannya.

"Terima kasih," kata Taehyung yang kemudian di balas tepukan kecil di pundak oleh Yoongi.

Jungkook? Jangan ditanya, wajahnya sudah memerah padam menahan cemburu. Dan bukannya Yoongi tidak sadar, malah dengan sengaja dia mengusap surai Taehyung hingga si empunya menahan nafas lalu melempari Yoongi tatapan heran.

Oh, cukup sudah. Jungkook yang sudah tak tahan pun menarik lengan Yoongi agar duduk menjauh dari Taehyung kala sang guru hendak duduk berdampingan, yang kemudian di respon seringaian geli oleh Taehyung.

"Kalian sudah berkenalan?" Yoongi bertanya.

"Aku sudah, tapi dia rupanya tidak mau memperkenalkan dirinya," kata Taehyung menilik yang lebih muda.

Lantas Yoongi memandang Jungkook meminta penjelasan, dan Jungkook kembali menampilkan senjata ampuhnya dengan memasang tampang imut; hendak membela diri.

Seperti dugaan, Yoongi menggigit bagian dalam pipinya menahan nafas. Ingin marah tapi Jungkook terlalu manis dan menggemaskan untuk itu, tapi jika tidak di beri peringatan kelakuannya bisa lebih kurang ajar dari ini—tidak sopan pada yang lebih tua--padahal biasanya Jungkook itu punya tata krama yang baik terhadap orang baru—terkecuali Yoongi—karena sudah menjadi kebiasaan. Maka dari itu, Yoongi hanya bisa mengelus dada bersabar menghadapi Jungkook, toh Taehyung juga tampaknya tak begitu masalah dengan sikap acuh tak acuh adiknya.

Yoongi jadi penasaran mengenai hubungan persaudaraan antara Taehyung dan Jungkook. Di lain waktu dia pikir harus mempertanyakan itu.

"Karena aku baru saja tiba jadi hanya ada ini, tidak apa kan?"

Jungkook mengangguk kecil. Tidak masalah asalkan ada Yoongi.

Lalu Taehyung sendiri terus menerus memperhatikan Jungkook dari samping. Memandang lamat-lamat bagaimana cara Jungkook tersenyum, juga surai halus kecoklatan, dan mata bulat yang akan nampak tertutup ketika tertawa, serta dua gigi depannya yang terlihat begitu lucu. Taehyung tak ingat jelas kapan terakhir dia bertemu Jungkook, yang pasti itu sudah lama sekali sebelum adiknya tumbuh sebesar ini dan lupa jika Taehyung sangatlah rindu.

Terlalu sibuk memperhatikan Jungkook membuat Taehyung tidak sadar jika Yoongi menyebutkan namanya beberapa kali. Serta merta Jungkook pun ikut menoleh pada pemuda yang tengah melamun. Kedua iris mata berwarna serupa bertemu tatap, membuat Jungkook terkunci dalam perasaan asing semacam deja vu.

Mata Taehyung cantik seperti mata ibunya hingga Jungkook sendiri terpaku untuk beberapa saat. Jungkook jadi teringat sang ibu yang belakangan ini disibukan urusan bisnis, menyebabkan keduanya tak pernah punya sedikit saja waktu luang untuk menghabiskan waktu bersama. Tapi saat ini tanpa di duga, Jungkook rasa dia menemukan klona yang amat mirip.

Tatapan lembut yang sejak lama dia rindukan.








[...]

PARADOX WHISPERWhere stories live. Discover now