38. Anggita Salfira

3.4K 132 5
                                    

Persahabatan antara laki laki dan perempuan, selalu menjadi alasan munculnya sebuah perasaan yang berujung menyakitkan.

🐢

"Gue mau ilangin nyawa orang, Tan"

Tania membulatkan matanya, menatap laki laki didepannya yang baru saja mengatakan hal mengejutkan dengan santainya.

"Gila! Lo sadar apa yang lo bilang!"

Vino tak menghiraukan ucapan Tania, entah apa isi pikirannya, sedari tadi dia hanya diam, menyandarkan tubuhnya pada tembok, dan sibuk dengan pikirannya, Tania jadi bingung untuk apa dia berada disana "Tan, lo bantuin gue," Tania memutar bola matanya, merasa bosan dengan Vino yang selalu menuntut permintaan.

"Tabrak nyokapnya Karell!"

Gadis itu kembali dibuat kaget, dia memelototi Vino yang malah menautkan kedua alisnya menatap aneh kearahnya "heh, karena gue pernah tabrak Anya bukan berarti gue buka jasa tabrak orang" sergahnya.

Vino berdecak, belum apa apa Tania sudah menolaknya mentah mentah, kadang gadis itu tidak berguna, tapi apa daya? Vino masih membutuhkannya, itu alasannya kenapa sampai saat ini dia masih belum melepas Tania "biasa aja kali, kalo gak mau ya gak usah, jangan nyolot! Katanya temen nyatanya... Apaan," balasnya

"Ya lo harusnya sadar sama apa yang lo minta! Lo mau gue dipenjara!"

"Ya kan ada gue oon! Gue juga pasti bantuin lo!"

"Tapi gue gak mau jadi penjahat! Lagian gue tuh temenan sama lo karena terpaksa, lo juga tahukan!"

"Iya udah diem lo! Gue lagi mikir! Ganggu tahu gak!"

"Lo hidup kebanyakan mikir, jadi gak bahagia bahagia"

"Sok tahu!"

Vino kembali diam, Tania menatap laki laki itu. Dalam hatinya dia selalu bertanya tanya, apa sebenarnya yang membuatnya benci pada Karell, sudah cukup lama dia bersama Vino, namun sampai saat ini Vino tak pernah mengatakan alasan dan tujuannya melakukan semua ini "lagian kenapa sih Vin, apa alasan lo benci sama Karell? Kenapa lo gak bisa diem saat liat Karell bahagia" pertanyaan itu akhirnya meluncur dari bibir Tania, sebelumnya ia tak cukup berani menanyakan hal itu, karena pasti Vino tak akan memberitahunya.

"Bukan urusan lo!"

Dan benar, Vino tak memberitahunya. Tak akan baik jika dia mengungkap semuanya pada orang lain, meski Tania adalah temannya, Vino tak bisa dengan mudahnya percaya, apalagi alasan mereka berteman adalah keterpaksaan.

"Katanya temen, tapi gak terbuka!" sindirnya

"Ya karena lo temenan sama gue cuma karena terpaksa" jawabnya sembari melenggang pergi

Tania terkekeh saat ucapan yang dia buat sendiri malah mengenainya juga.

Vino berjalan menyusuri sekolah, ia edarkan pandangannya kesetiap penjuru, mencoba mencari sesuatu yang dapat membuatnya mendapatkan sebuah ide. Kini kakinya berjalan menuju koridor XII IPA, dia perhatikan orang orang yang berada disana, sampai akhirnya matanya berhenti bergerak, pandangannya tertuju pada dua orang yang tengah berbahagia itu.

Vino menatap mereka, sekarang dia benar benar merasa harus melakukan sesuatu, karena laki laki yang tengah dia lihat itu sudah terlalu banyak tersenyum akhir akhir ini. Baiklah, Vino akan berpikir keras, baru saja dia akan berjalan pergi dari sana, namun sesuatu kembali menghentikan pergerakan kakinya.

Vino menyipitkan matanya, memastikan bahwa gadis yang dia lihat memang gadis yang ada dalam pikirannya. Gadis itu bersandar pada pintu kelasnya, dia tersenyum tipis, senyum yang terkesan dipaksakan, Vino mengikuti pandangan gadis itu, satu detik kemudian senyuman jahat pun muncul, sekarang dia tahu apa yang harus dia lakukan.

Keyla [COMPLETED]Where stories live. Discover now