37. Kenyataan pahit

3.5K 149 38
                                    

Setidaknya, masih ada alasan untukku tetap semangat menjalani hidup, dan alasan itu adalah kamu.

🐢

Flashback

"Siapa dia!?" tanya Mira hambar, matanya menatap seorang laki laki yang baru saja masuk kedalam rumah setelah sekitar dua minggu menghilang entah kemana.

Laki laki itu menatapnya sendu, raut wajahnya menyiratkan kesedihan, rasa lelah tergambar seakan menandakan bahwa sudah cukup ia memikul beban hidupnya. Tangannya menggenggam jemari kecil anak perempuan berusia empat tahun yang tengah memeluk sebuah boneka, rambut panjangnya dikepang dua, wajah lugunya membuat siapapun yang melihatnya ingin memeluknya penuh kasih sayang.

Namun tidak bagi Mira, perasaan yang menghampirinya saat melihat anak itu hanyalah rasa takut, cemas, dan kecewa. Adinata, suaminya menghilang tak meninggalkan satu jejak pun, dan kini ia kembali. Air matanya lolos, tak terbendung, membasahi kedua pipi wanita berhati dingin itu, Adi masih diam, entah apa yang ia tunggu, dia hanya mematung, menatap istrinya yang ia sakiti.

Mira merasakan tubuhnya lunglai, kakinya tak mampu berdiri, namun menatap mata suaminya lebih membuatnya tersakiti. Dia paksakan kakinya melangkah menaiki anak tangga, dia tak mampu lagi bediri disana, dia tak sanggup mendengar sebuah pengakuan yang tak lama lagi akan ia dapatkan.

"Mira, ada hal yang ingin kukatakan padamu"

Suara itu, terdengar begitu menyakitkan ditelinganya. Ia tak berniat menjawabnya, lidahnya kelu, kakinya terus melangkah, Adi melakukan hal yang sama, dia eratkan genggaman tangan mungil anak perempuan itu lalu membawanya naik keatas tangga mengikuti Mira.

"Mira! Tolong dengarkan aku dulu!" pinta Adi setelah berhasil mencegah mira yang baru saja akan menutup pintu kamarnya.

"Untuk apa!? Semua sudah jelas! Kau tega pa! Kau tahu? Saat orang orang memberi tahuku akan hal ini, aku tidak mempercayai mereka. Aku menutup kedua telinga! Aku tak peduli dengan apa yang mereka katakan! Aku lebih percaya padamu! TAPI APA! Tapi apa! Kau mengkhianatiku, kau membohongiku, kau telah berlaku curang! APA KEKURANGAN KU SEHINGGA KAU MELUKAN HAL INI TERHADAP KU! Kau tega..." Mira berteriak disusul dengan tangisannya yang saat itu juga meledak.

Hatinya sakit, hidupnya hancur, orang yang ia percayai telah mematahkan hatinya.

"Akan ku jelaskan Mira, tolong dengarkan aku dulu, biarkan aku bicara!"

Mira terduduk lemah diambang pintu kamarnya, air matanya tak berhenti keluar, ia menggigit bibir bawahnya, menahan rasa sakit yang begitu memilukan hatinya. Adi menghampirinya, lalu duduk didepan Mira yang terlihat sudah enggan untuk sekedar menatapnya.

"Sebelumnya harus kuakui, sebelum orang tua kita menjodohkan kita berdua. Aku memiliki seorang kekasih, namanya Kania Ayudita, namun kita berpisah karena aku harus menikahimu. Tapi aku tidak menyesal, kau harus tahu itu! Aku tak pernah sekalipun menyesalinya! Aku benar benar tidak menyesal telah menikahimu, aku bahagia. Meski awalnya berat, namun kau mampu menghilangkan kesedihanku kau memberikanku kebahagiaan, kau adalah perempuan paling sempurna yang pernah kutemui"

Adi mengambil kedua tangan Mira yang hanya menundukkan kepala sambil terisak "namun saat itu, temanku mengatakan bahwa orang tua Kania mengalami kecelakaan, pesawat yang mereka tumpangi jatuh. Dia tidak memiliki siapa siapa Mira, dia benar benar seorang diri, aku bertemu dengannya. Dia hancur, aku tidak mampu melihatnya menderita, dengan berat hati, aku menikahinya"

"Kamu tega pa! KAMU BENAR BENAR TEGA! AKU MEMBENCIMU! Laki laki didunia ini bukan hanya kau ! Kenapa kau menikahinya! Kau bisa mencarikannya laki laki lain, kau tidak punya hati! Dan semua itu membuktikan, bahwa kau masih mencintainya..."

Keyla [COMPLETED]Where stories live. Discover now