⍣ - 09

275 55 1
                                    

---

"Apa yang sedang kau pikirkan?"

Heejin menoleh. Ia menatap Hwall yang berdiri di dekatnya. Ia mengenakan kaos hitam dan celana sobek-sobek andalannya. Dia jauh lebih baik dari hari di mana mereka bertemu. Tidak ada rambut-rambut tipis yang muncul di sekitar rahangnya. Hwall bahkan memotong rambutnya dan mewarnainya dengan warna biru muda. Heejin sontak saja memegang jantungnya yang berdenyut kuat.

"Tahan-tahan. Nggak baik ngawetin anak orang. Dia ganteng tapi bukan tipe kamu. Ayo sadar He, sadar." Heejin bergumam cukup keras hingga Hwall yang di sampingnya ikut mendengarkan. Pemuda itu tertawa lucu.

Heejin yang mendengar tawa Hwall mengerucutkan bibirnya. Ia merutuki dirinya sendiri yang masih saja beranggapan pemuda itu sangat tampan saat seperti sekarang.

"Kau benar-benar menyukaiku ya?" kekeh Hwall.

Heejin tentu saja mengangguk. "Memang iya! Kenapa? Tidak boleh? Ya sudah," balasnya jengkel. Ia masih marah dengan keputusan Hwall yang tiba-tiba mengajaknya pindah dengan memaksa. Padahal ia suka lingkungan itu.

Seminggu yang lalu mereka bertengkar karena Hwall mengatakan dia harus membawa Heejin pindah ke apartemen Sanha. Lebih luas dan strategis katanya.

"Nggak mau! Aku cuma mau bantuin kamu bukan jadi bagian dari kalian. Lagian tugasnya cuma mancing dia kan?" teriak Heejin membuat semua yang ada di ruangan itu menoleh.

Hwall menarik napas dalam. "Maaf He tapi di sini nggak aman. Ruangan yang kamu punya juga nggak cukup buat kita berlima."

"Itu salah kamu! Ngapain kamu harus masuk ke apartemen kecil kaya punyaku. Kenapa bukan punya model atau artis yang cantik sama kaya yang biasanya bareng kamu?"

"Ngomong apa sih kamu? Lagian kamu juga udah janji bukan?"

"Aku janji buat bantu bukan buat pindah. Kamu nggak tau kan perjuangan aku buat dapetin apartemen ini gimana? Aku harus rebutan sama ibu-ibu nyeremin!"

"Hee kamu udah janji sama aku. Tolong sekali ini aja kamu nurut sama aku."

"Nggak pokoknya nggak! Kalau mau pergi silahkan saja. Aku janji nggak bakalan bilang sama orang-orang soal kamu. Aku nggak peduli."

"Kamu harus ikut He, kamu yang paling normal di antara kita berlima."

"Bukan urusan aku!" bentak Heejin sebelum akhirnya menutup pintu kamarnya rapat-rapat.

"Lupakan saja dia Hwall. Kita harus bergerak cepat sebelum memakan korban lagi," seru Se Na di samping Sanha. Gadis itu memang tak suka Heejin. Sejak awal dia merasa jika Heejin akan menghambat pergerakan mereka.

Hwall menggeleng. "Kamu juga tahu kalo dia yang paling berharga dalam misi ini bukan? Dia satu-satunya yang tidak pernah bermasalah dengan hukum. Dia bersih."

Samuel dan Sanha kompak mengangguk. Sedangkan Se Na menghela napas panjang.

"Aku akan membujuknya kalau begitu," putus Se Na yang langsung mendapat tatapan terkejut dari teman-temannya.

Se Na berdecak. "Aku hanya ingin semua ini cepat berakhir. Aku harus segera berkencan dan menikah."

Se Na segera masuk dan berbicara dengan Heejin. Cukup lama dan membuat ketiga pria itu menunggu dengan cemas. Hwall bahkan tidak sanggup mengecek laptopnya yang menampilkan cctv yang terpasang di ruangan Seo Jon.

"Kalo mau pergi ya tinggal pergi!" pekik Heejin sembari mendorong tubuh Se Na keluar dari kamarnya.

Se Na memekik dan memukul-mukul pintu kamar Heejin dengan kesal. Ia membalikkan tubuhnya dan menatap ketiga pria itu dengan berang. Dia merasa terhina akan pandangan mereka yang seolah menyudutkannya.

[ O1 ] Secret Idol - HWALL ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang