"Tidak ada." Clara menggeleng dengancepat.

Valdo langsung menyeret Clara untuk masuk kedalam. Valdo meletakkan barang yang tadi ia bawah dan segera menyeret Clara ke arah sofa yang lumayan besar untuk duduk.

"Bagaimana rumahnya, kamu dan Putri suka?" Tanya Valdo dengan antusias.

"Mas Valdo lupa kan kemarin kita sudah melihatnya dan kita sudah menyukainya sejak pertama kali melihat."

"Ahh,, benar-benar aku lupa."

Ting tong

Saat mereka berbicara, Suara bel berbunyi. "Biar aku saja yang buka." Clara bangkit dari duduknya dan menghampiri siapa yang datang. "Yaa siapa??" Clara membuka pintu dan mendapati gadis itu kembali. Wajahnya terlihat manis tetapi tatapan matanya terlihat lebih dewasa dari penampilannya.

Gadis itu berbicara dengan menatap Clara. "Ehh, mbaknya siapa yaa? ini rumahnya tuan yang baru pindah di sini kan?"

"Ahh,, iya ini rumah tuan yang kamu maksud, memang kenapa ya? "

"Sayang siapa yang datang." Valdo tiba-tiba memeluk Clara dan melihat siapa yang datang. Valdo yang ingin mencuri ciuman kepada istrinya segera terhenti oleh suara cempreng seorang gadis.

"Lohh mbaknya ini siapanya tuan?" Gadis itu melirik Clara dengan tatapan bertanya. Melihat interaksi antara keduanya jelas gadis itu merasa curiga.

Clara merasa tatapan dari gadis itu menusuk langsung padanya. Dengan perlahan Clara melepaskan lilitan lengan Valdo. Dia sedikit risih saat melihat orang menatap keintiman mereka.

"Ehh, sayang..."

"Wahhh bagus kalau begitu, perkenalkan saya Silvi tetangga tuan dan mbaknya."

Sepertinya gadis itu menganggap kalau keduanya adalah adik kakak dan dengan senyuman dia kembali berkenalan.

"Saya Valdo dan ini..." Silvi langsung menjabat sendiri tangan Valdo tanpa ingin mendengar penjelasan dari Valdo.

"Ini saya bawakan roti untuk kalian, silahkan di coba." Silvi menyodorkan sebuah kotak makan ke arah Valdo dengan masih memperlihatkan senyumnya.

Clara yang melihat gadis itu dengan tulus menerima roti yang diberikan. "Terimakasih." Bahkan Clara memberinya senyum cerah.

"Tidak papa kok mbak. Kalau begitu saya pergi dulu... tuan Valdo kalau ada papa rumah saya ada di sebelah kiri itu kok." Tunjuk Silvi kepada rumah yang terletak disebelah rumah mereka.

"Enn." Valdo tidak ingin menjawab dan hanya bergumam.

"Kalau begitu saya pergi dulu ya dah tuan Valdo." Setelah berpamitan gadis itu pergi meninggalkan Valdo dan juga Clara.

"Hati-hati ya Silvi." Clara melambaikan tangannya.

Melihat Silvi sudah pergi, Valdo menarik tangan Clara dan memasuki rumah. Suasana hatinya tiba-tiba saja turun. Kalau saja istrinya langsung menjelaskan kepada gadis itu kalau dia adalah istrinya, mungkin gadis itu tidak akan salah faham.

"Jelaskan!" Perintah Valdo yang kepada Clara. "Apa kamu tidak berfikir kedepannya nanti, bagaimana kalau Silvi benar-benar suka pada ku, bagaimana kalau dia meminta kedua orang tuanya untuk melamar. Apa kamu tidak memikirkannya?"

Clara mencoba untuk berfikir dan apa yang di ucapkan Valdo memang ada benarnya tetapi Clara tak berani bersuara dia hanya diam dan menatap Valdo. Seharusnya dia langsung mengatakan kalau dia adalah istri Valdo dan tidak hanya diam saja. Clara hanya tidak ingin menunjukkan keintiman mereka kepada orang lain.

"Huhh." Valdo menghembuskan nafas sejenak. "Baiklah kita lupakan saja, mungkin dia tidak akan sejauh itu, dia bahkan masih terlihat sangat muda."

"Maaf." akhirnya Clara berani bersuara walaupun dengan suara yang super pelan.

"Sudahlah kita lupakan saja." Valdo berbalik menuju barang yang tadi ia bawa dan menaruhnya di tempatnya kembali.

Clara belum pernah melihat sikap Valdo yang seperti itu ,Clara merasa Valdo masih marah dan ia mempunyai rencana untuk itu. Clara berjalan ke arah Valdo perlahan dan saat tiba ia memeluknya dari belakang. "Mas masih marah ya?" Clara mempererat pelukannya. Jika Valdo mendapat perlakuan seperti ini, mungkin suaminya akan segera luluh.

Valdo melepas tangan Clara yang melingkar di perutnya itu dan menghadap ke arah Clara. Dan tiba-tiba saja Valdo menarik wajah Clara mendekat ke arahnya. Dengan cepat Valdo mencium bibir Clara.

Clara membuka matanya lebar-lebar, ia tak menyangka Valdo akan menciumnya. Valdo perlahan menggerakan bibirnya, bibir yang semula hanya menempel kini berubah untuk memperdalamnya. Mungkin karena emosi Valdo memangutnya dengan kasar.

"Jangan lakukan itu lagi!" Valdo melepaskan ciumannya dan menatap Clara, sedangkan Clara ia hanya menjawab dengan anggukan kepala membuat Valdo tersenyum. Dia tidak akan bisa terlalu marah dengan istrinya.






🌻🌻🌻





Lanjut......

Little Baby (Tamat)Where stories live. Discover now