Part 7 🌺

225K 10.9K 443
                                    

Trik matahari semakin lama semakin menyengat, Clara perlahan mengusap keringat yang mengalir dari pelipisnya. Cuaca yang begitu panas membuatnya sangat mudah berkeringat.

Setelah melayani pelanggan, mereka istirahat untuk menghilangkan rasa lelah dan sesekali mengobrol. Dinda memberi Clara segelas air putih dan kembali berbicara, bocah itu suka sekali bergosip.

"Mbak, bapak-bapak yang memesan anggrek tadi pagi terlihat sangat kaya ya. Dari gaya pakaian sampai gaya rambutnya, aku bisa melihat kalau isi dompet si bapak pasti sangat tebal."

Dinda mengambil kursi dan duduk di sebelah Clara sambil mengoceh. Sudah menjadi kebiasaannya meneliti pelanggan yang mampir ke toko, Clara bahkan merasa heran dengan perbuatan gadis itu. Kok bisa ada yang se-teliti dia.

"Mungkin. Tidak perlu dipikirkan Dinda, itu tidak penting."

Bocah itu cemberut dan tetap mengoceh. "Ihh, mbak Clara nggak asik, nggak bisa diajak bergosip." ucap Dinda. "Oh ya, mbak Clara kan hamil tapi kenapa mbak Clara tidak mengalami mual seperti bumil lainnya ya? Yang aku tau setelah hamil itu pasti sering muntah tapi kenapa mbak Clara tidak?" Dengan menatap Clara heran.

Clara baru tersadar setelah mendengar pernyataan Dinda, memang benar kalau selama masa kehamilan Clara tidak pernah merasa mual ataupun tidak enak badan, dia merasa kalau tubuhnya baik-baik saja. "Iya ya Din, kenapa aku tidak merasa mual seperti bumil lainnya ya, mungkinkah si Nemo tidak ingin merepotkan ku?"

"Nemo??"

"Iya Nemo, si bayi. Aku tidak tau besok dia laki-laki atau perempuan jadi aku panggil dia si Nemo, bagaimana? Lucu kan? Pasti lucu!" Kata Clara dengan mengelus-elus perutnya.

Dinda hanya bisa menganggukkan kepalanya, melihat Clara tersenyum, Dinda juga ikut bahagia.

Ketika asik mengobrol, suara lonceng pintu berbunyi, di sana Zidan memasuki ruangan. Dinda yang semula mengoceh tiba-tiba berubah menjadi alim, dia merapikan rambutnya dan tersenyum manis menyambut kedatangan Zidan. Dimata Dinda, Zidan semakin hari semakin tampan saja, membuat dia merona hanya dengan melihatnya.

"Clara, apakah kamu sudah makan?"

Clara menggeleng, karena asik mengobrol dengan Dinda, mereka jadi lupa untuk makan siang.

Selama hidup dengan keluarga Zidan, mereka selalu melimpahkan kasih sayang yang nyata kepada Clara. Clara juga menganggap Zidan sebagai kakaknya, dia akan mengingat perbuatan baik mereka.

Wajah Zidan menjadi suram, dia memarahi Clara. "Kenapa kamu selalu lupa Clara, apakah kamu tidak memikirkan kesehatanmu. Sekarang ayo kita makan, kamu mau makan di restoran mana?"

"Emm.. di warung sebelah saja kak, aku pengen makan pecel."

"Baiklah, Din kamu mau makan apa?" Zidan menoleh dan menatap kearah Dinda.

"Ehhh."

Clara bisa melihat pipi Dinda memerah seperti tomat, dia tau kalau Dinda menyukai Zidan. Dinda pernah bercerita kalau dia sudah menyukai Zidan sejak pertama kali bertemu, cinta pada pandangan pertama. Bocah itu sudah mengerti bagaimana mencintai diusianya yang masih terbilang remaja. Tetapi Clara tidak keberatan, apa salahnya mencintai seseorang, asalkan tidak melewati batas-batas ketika sedang mencintai.

"Iya Din, ikut saja!" Clara menyenggol tangannya, sedikit menggoda.

"Baiklah.."

.
.
.

Kini sudah satu minggu lamanya sejak stok bunga anggrek kosong, beberapa hari terakhir banyak sekali pelanggan yang memesan bunga anggrek, Clara tidak mengerti hari istimewa apa sekarang, tetapi memikirkan itu, Clara teringat akan seorang pria yang memesan bunga anggrek. Clara segera mengambil kartu nama dan menelpon nomor yang ada dikartu.

Little Baby (Tamat)Where stories live. Discover now