Part 25 🌻

169K 6.6K 50
                                    

Author POV

Valdo menatap Clara yang hanya diam, dengan kikuk Valdo bertanya. "Clara, apakah kamu marah?"

Mendengar itu Clara menoleh dan menjawab. "Tidak!" Bagaimana bisa dia marah dengan Valdo. Valdo tidaklah salah, hanya saja Clara belum mengerti dengan apa yang coba Valdo buktikan dengan mengatakan kalau mereka sudah menikah. Apakah Valdo tidak ingin citranya ternodai karena dia telah membuat anak orang hamil? Tapi tidak! Valdo tidak mungkin seperti itu.

"Aku melakukan itu karena aku ingin menujukkan kepada semua orang kalau kamu adalah miliku." Valdo berkata dengan nada yang penuh dengan percaya diri.

"Terserah." Mendengar itu akhirnya hilang sudah keraguan didalam hati Clara.

Clara berjalan mendahului Valdo yang sedari tadi cengengesan karna berhasil membuat Clara merasa malu. Yah mungkin Clara merasa malu.

Dan juga sebenarnya Clara tidak marah saat Valdo mengatakan kalau dia adalah suaminya, hanya saja bagaimana jika orang berfikir yang tidak-tidak. Misalnya kalau Clara hanya mengincar harta milik Valdo ataupun memanfaatkan kebaikan Valdo. Jelas Clara bukan seperti itukan, tetapi pendapat orang lain pasti berbeda-beda.

Beberapa saat mereka berdua  sampai di rumah dengan membawa sekeranjang sayuran. Clara segera pergi kearah dapur sedangkan Valdo, dia berjalan ke arah taman menuju kearah Putri yang sedang menanam tanaman bersama dengan nenek. Valdo merasa penasaran dengan apa yang anaknya lakukan bersama dengan nenek.

"Ahh... kebetulan sekali Do, sini bantu nenek dan juga Putri." Nenek memberikan Valdo sekop untuk tanaman. Tujuan Valdo yang semula merasa penasaran kini malah diberi benda yang belum pernah Valdo sentuh.

Ini adalah pertama kalinya Valdo menanam, semasa dia masih kecil dia tidak pernah sekalipun menyentuh tanah. Hanya bisa melihat para tukang kebun dari jauh saat mereka melakukan tugas. Tetapi sekarang sepertinya dia harus belajar untuk bagaimana caranya dia menggunakan benda itu.

"Ayo Papa kita tanam." Ucap Putri membuyarkan lamunan Valdo.

"Ahh.. iya." Valdo segera menanam bunga itu sebisa mungkin. Valdo melihat Putri yang tersenyum bahagia itu membuat hati Valdo sangat senang.
.
.
.

Mereka semua segera bersiap-siap untuk perjalanan menuju jakarta, Yuli sudah terlebih dahulu berangkat sedangkan mereka akan segera menyusul.

Nenek dan Fira akan menginap di jakarta selama tiga pekan, nenek memutuskan akan tinggal didesa karena rumahnya terlalu banyak menyimpan kenangan, sehingga nenek akan tetap tinggal dan akan pergi ke Jakarta tiga pekan untuk pernikahan Valdo dan juga Clara.

Pertunangan Clara dan Valdo akan di laksanakan bersamaan dengan pernikahan mereka, dengan demikan itu akan mempersingkat waktu. Sedangkan nenek mengundang beberapa saudara dan tetangga untuk ikut serta.

Mereka segera memasuki  mobil dan menuju ke Jakarta. Sepanjang perjalanan Putri selalu mengoceh ria membuat perjalanan mereka menjadi menyenangkan. Sesekali Valdo selalu mencuri pandang ke arah Clara. Valdo sadar akan kecantikan Clara yang tak tergantikan, beruntung sekali dirinya mendapatkan Clara. Dan tidak sadar beberapa jam kemudian akhirnya mereka sampai di rumah besar. Keluarga Dirmawan berkumpul untuk menyambut mereka datang.

"Haduh... cucuku akhirnya datang." Sambil menciumi Putri Yuli menggiring mereka untuk memasuki rumah besar. "Ayo masuk."

Mereka semua akhirnya masuk ke dalam rumah besar. Fira tak henti-hentinya memuji rumah yang begitu besar, di matanya juga di mata orang lain mungkin. Bangunan yang megah dab halaman yang luas sunggu seperti istana dalam dongeng. Fira pertama kali melihat rumah yang terlihat mewah itu.

Mereka di giring untuk menuju ruang tamu dan barang-barang diletakkan pada kamar mereka yang sudah disiapkan. Semua orang hadir dan berbincang-bincang ria.

"Apakah perjalanan lancar?" Dirmawan selaku ayah dari Valdo angkat suara setelah semuanya berkumpul diruang tamu. Dirmawan memeiliki kepribadian yang tenang namun ramah seperti istrinya, dia tidak akan memandang orang dengan statusnya yang terpenting adalah hati seseorang.

"Alhamdulilah pak lancar." Kata nenek dengan tersenyum. Entah mengapa melihat Dirmawan membuat nenek teringat akan anaknya.

"Pertama-tama saya ucapkan maaf sebesar-besarnya atas nama anak saya nek yang telah membuat..."

"Tidak papa pak Dirmawan saya sudah ikhlas toh Valdo anaknya bertanggung jawab dan baik." Nenek memotong perkataan Dirmawan.

"Haha... apakah Valdo di sana tidak nakal Nek?" Tanya Dirmawan dengan tawanya.

Mendengar kata-kata nakal Putri angkat suara." Papa tidak nakal kok kek, papa bantu mama pergi ke pasar, terus bantu bersih-bersih dan bantu Putri nanam bunga, iya kan pah?" Putri beralih menatap Valdo.

"Ehh..i..iya."

"Buahaha... Valdo ikut ke pasar, membersihkan rumah, dan apa tadi...aa menanam, Valdo bahkan tak pernah memegang skrop samasekali dan kau melakukan itu...hahaha apakah kamu bisa Do, kakak tidak percaya...hahah" Fitri terus saja bebrbica untuk mengolok-olok Valdo.

"Benar tante, walaupun wajah papa penuh dengan lumpur. Dan juga waktu papa dan mama ke pasar, papa takut bertemu dengan domba." Wajah polos Putri membuat semua orang tertawa.

"Yayaya aku memang takut Domba tapi aku tidak takut dengan serigala." Valdo tak ingin kalah.

"Benarkah, waktu itu kamu sampai berlari kebelakangku dan takut." Kata Clara. Kini semua orang tertawa mendengar cerita tentang Valdo di desa.

*****

Kini sudah dua pekan untuk menuju hari besar di mana Valdo dan juga Clara akan memulai hidup baru. Semua orang sibuk dengan tugas masing-masing.

Dan hari ini waktunya Valdo dan juga Clara untuk memesan gaun pernikahan mereka. Valdo dan Clara berangkat ke butik ternama yang merupakan salah satu butik sahabat keluarga Dirmawan.

Valdo juga Clara di sambut dengan berbagai jenis gaun yang sangat mewah. Clara melihat itu semua sampai tak berkedip. Valdo yang melihat itu ingin menggodanya.

"Hemm.. Clara apakah kau menginginkan semua itu, aku bisa memberikan semuanya termasuk dengan butiknya untuk mu." Dengan berbisik di sebelah telinganya. Seketika pipi Clara bersemu merah mendengar itu.

"Ti..tidak, beli satu sudah cukup."

"Benarkah."

"Astaga Valdo, aku mendengar itu." Kini mereka berdua berbalik menuju ke sumber suara.

"Ta..tante Dewi." Ya dia pemilik butik itu.

"Bagaimana bisa kamu menggoda calon istrimu.... astaga aku baru ingat kamu terkenal akan sikap dingin sedingin kutup es dan sekarang apa yang aku dapat.... hem.... sekarang es batu telah mencair ceritanya."

"Yaa.. tante benar karna seseorang telah merubahku." Tersenyum kepada Clara.

"Sudah-sudah sekarang kita lihat berapa ukurang badanmu... siapa nama calon istrimu aku lupa hehe."

"Clara tan, nama yang indah." Valdo terus saja membuat Clara bersemu merah.

"Sini Clara kita ukur." Dewi mengukur tubuh ideal milik Clara dan akan merancang sebuah gaun untuk hijab kabul dan juga pesta pernikahannya. Clara memiliki tubuh yang bagus itu sangat mempermudah Dewi. Setelah selesai akhirnya mereka berpamitan untuk segera pulang.

Di dalam mobil Clara tak banyak bicara ia sangat lelah hari ini, Clara melihat keluar jendela dan tersenyum.

"Terimakasih tuhan atas semuanya." Dan rasa ngantuk menyelimuti Clara.





Hai hai....aku up🤗🤗 maaf ceritanya pendek😁😁 Typo banyak bertebaran... Jangan Lupa Tinggalin jejak ya Vote and Comment biar tambah semangat😊😊

Little Baby (Tamat)Where stories live. Discover now