Part 6 🌺

240K 10.6K 28
                                    

Toko bunga milik keluarga Zidan cukuplah untuk Clara tempati, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, sangat sederhana namun nyaman.

Berbagai macam bunga tersedia di toko tersebut. Clara bisa mencium wangi bunga yang berbeda setiap hari, dan dia merawat bunga-bunga itu dengan baik.

Perempuan itu menyirami bunga mawar dengan sangat hati-hati, karena menjaga kesehatan bunga adalah tugasnya, Clara harus bersabar dalam merawatnya agar ketika dia jual bunga itu tidak layu ataupun mati. Dan Clara sudah merawat bunga-bunga itu hampir tiga Minggu lamanya, dia merasa betah tinggal di sana.

Ketika asik menyiram, suara Zidan membuat Clara menghentikan kegiatannya.

"Clara..." Zidan berjalan kearah Clara dengan tergesa-gesa, pria itu terlihat sangat khawatir.

"Ada apa kak??" Clara meletakkan alat siramnya dan menghampiri Zidan. Jarang sekali Clara melihat ekspresi itu di wajah Zidan. Apakah ada sesuatu yang membuatnya gelisah.

Mengatur nafasnya sejenak, Zidan kembali berbicara. "Nenek Ra.... nenek.."

Clara masih tidak mengerti apa yang ingin dikatakan Zidan, ada apa memang dengan nenek sekarang. "Kenapa nenek kak? Bicara yang jelas bisa?"

"Nenek, nenek masuk rumah sakit Ra. Jantungnya kambuh lagi."

Seketika Clara terdiam kaku. Nenek masuk rumah sakit lagi? minggu lalu beliau sudah keluar dari rumah sakit dan sekarang jantungnya kambuh. Clara menyesal tidak bisa menjaga nenek, seharusnya dia merawat sang nenek.

Raut wajah Clara sudah terlihat sangat sedih, dia bertanya kepada Zidan. "Sekarang nenek dimana kak? Sudah kakak antar ke rumah sakit?"

"Sudah Ra, aku sudah membawa nenek ke rumah sakit. Sekarang kamu tutup tokonya, ayo kita temui nenek bersama-sama!"

Sebelum pergi Clara mengunci seluruh pintu dan jendela toko, dia segera memasuki mobil dan mengikuti Zidan. Clara tidak tahu bagaimana cara membalas keluarga Zidan, meskipun mereka tau tentang masa lalu kelam Clara, mereka masih membiarkan Clara untuk bekerja ditoko dan tidak mengusirnya, nenek dan Zidan bahkan sering beerkunjung ke toko. Sekarang melihat nenek keluar masuk rumah sakit membuatnya semakin sedih.

Mereka berlarian menyisiri koridor rumah sakit, Zidan bahkan menabrak beberapa orang yang menghalanginya, untung saja Clara berada di belakang, dia sempat meminta maaf kepada orang yang di tabrak oleh Zidan.

Tak jauh dari koridor, mereka akhirnya sampai di depan kamar rawat sang nenek. Mereka menunggu di depan karena dokter masih belum selesai memeriksa keadaan nenek. Tetapi mereka tidak menunggu lama, pintu terbuka dari depan dan keluar seorang dokter.

Zidan segera menghampiri dokter itu dan bertanya. "Dok, bagaimana keadaan nenek saya dok??"

"Tenang saja tuan, pasien hanya mengalami kelelahan sehingga membuat jantungnya berdetak cepat. Tidak ada masalah serius, mohon untuk mengawasi kegiatan sehari-hari pasien agar tidak membuat jantungnya kambuh. Besok pasien sudah diperbolehkan untuk pulang dan tolong jangan lupa memberikan obat yang telah suster catat dengan teratur."

Saat mendengar tuturan dari dokter, Clara tiba-tiba merasa kepalanya sangat berat, kepala yang begitu pusing membuat tubuhnya limbung, dia hampir saja terjatuh kalau saja tidak ada Zidan yang melihatnya. Pria itu dengan spontan menangkap tubuhnya.

"Ra, Clara.... Apakah kamu baik-baik saja?" Zidan menepuk pelan pipi Clara, raut wajah Zidan terlihat sangat khawatir. "Dokter tolong periksa Clara dok." Tanpa disuruh, sang dokter meminta beberapa suster untuk membantu Clara memasuki ruangan.

.
.
.

Ketika Clara terbangun, cahaya terang ruangan itu membuat kedua matanya sulit terbuka, dia mencoba untuk menyesuaikan cahaya. Langit-langit ruangan yang berwarna putih dan bau desinfektan adalah yang pertama Clara rasakan.

Little Baby (Tamat)Where stories live. Discover now