"Apa kamu bahagia akan menikah dengan saya." Valdo menghampiri Clara dengan berjalan disebelahya setelah menyesap teh itu dan ditaruh diatas meja sejenak.

"Tentu saja saya bahagia, Putri juga bahagia akan memilik seorang ayah. Dia akan merasakan kasih sayang yang melimpah dari ayahnya."

Valdo memegang kedua pundak milik Clara dengan sangat erat. Mata cantik Clara otomatis menatap mata biru milik Valdo. "Apa kamu juga sangat bahagia bukan karna Putri atau yang lain?" Ini pertanyaan yang sangat serius.

"Itu..." Clara merasa pipinya memanas atas apa yang di tanyakan oleh Valdo. Apakah dia akan mengatakan kalau dirinya memang bahagia bisa menikah dengan Valdo.

"Oooo jadi kalian di sini untuk berpacaran." Suara Nenek datang menghampiri mereka.

"Nenek." Ucap mereka kompak karena terkejut, apakah mereka mengganggu nenek.

"Eemm.. mungkin Putri sedang mencariku, aku pergi dulu selamat malam nenek, dan tuan Valdo." Clara segera pergi meninggalkan nenek dan juga Valdo.

Melihat Clara pergi Valdo beralih menatap Nenek dan bertanya. "Nenek belum tidur?"

"Sebenarnya nenek ingin mengambil air tapi saat melihat kalian... mungkin nenek harus menghampiri dulu sebelum kalian..."

"Kenapa tiba-tiba aku mengantuk, nenek saya mau tidur dulu. Nenek juga harus tidur supaya tidak sakit. Selamat malam nek." Valdo segera memotong perkataan Nenek dan pergi meninggalkannya dengan alasan mengantuk.

"Anak zaman sekarang."

Kini hari sudah menjelang pagi, setelah selesai sholat subuh Clara segera pergi ke arah dapur untuk memasak sarapan. Bertambahnya tiga orang dirumah membuat Clara harus bangun pagi untuk menyiapkan sarapan.

Sedangkan Valdo, dia baru bisa tidur jam tiga dini hari karena posisi yang tidak nyaman. Lantai yang keras dengan digerogoti beberapa nyamuk sialan membuat Valdo kesulitan tidur. Ini hanya demi memenangkan hati keluarga Clara.

Clara membuka kulkas yang berukuran mini didapur dan mendapati isinya tengah kosong. Bahan-bahan yang ada sudah mereka masak kemarin dan sekarang dia harus pergi kepasar jika ingin mendapatkan bahan-bahan itu.

"Kenapa Ra??" Nenek yang melihat Clara didapur berjalan dengan membawa tongkatnya untuk menghampirinya.

Clara menoleh dan berkata. "Ini nek, bahan-bahan yang ada sudah habis"

"Kalau begitu pergi kepasar dan membelinya, biar nenek yang urus sisahnya."

"Begitu ya, baiklah kalau begitu." Clara segera mengambil keranjang sayur untuk membeli bahan-bahan dan berpamitan kepada nenek.

"Ehh.. kamu mau pergi dengan siapa?" Clara berbalik setelah mendengar neneknya bertanya.

Dengan bingung Clara menjawab. "Sendiri nek, memang kenapa?"

"Tunggu..."  perintah Nenek dengan berjalan ke arah ruang tamu. Apa yang akan nenek lakukan dan ternyata. "Valdo.... Valdo." Dengan menepuk-nepuk pipi Valdo bergantian.

"Hemm..." hanya gumaman yang keluar dari mulut Valdo. Dia sangat mengantuk, bahkan membuka matanya akan sangat sulit.

"Kalau tidak segera bangun dalam hitungan ketiga nenek tidak akan membiarkan Clara ataupun Putri pergi dari rumah ini, satu.... dua..."

"Ehh nenek, sudah pagi ya, huuaaam." Mendengar itu Valdo langsung terbangun dan menguap sangat lebar. "Nenek ada apa?" Lanjut Valdo bertanya. Rasa ngantuk masih melanda diri Valdo.

"Kamu itu akan menjadi seorang suami jadi ya harus selalu ada untuk istri." Tutur Nenek yang hanya dijawab anggukkan oleh Valdo, dia masih bingung apa yang sebenarnya ingin nenek katakan.

Little Baby (Tamat)Where stories live. Discover now