5. PUKUL RATA (2)

Start from the beginning
                                    

“Gue ikutin prinsipnya Asep. Gak suka campur-campurin urusan orang. Tapi lo.” Bams menunjuk Galaksi. “Sebagai manusia gak boleh lari dari masalah. Masalah itu bakal terus ada ngejar lo. Masalah itu akan selalu mengintai sebagai bayang-bayang atau diselesaikan.”

“Gue belum bisa maafin dia, Bams. Lo kan tau sendiri gue kaya apa.”

“Iya gue tau. Lo Galaksi Aldebaran yang gak suka dikhianatin.”

“Dia cuman jalan sama cowok, Man. Lo ini terhasut omongan temen-temen kalau dia itu cewek gak bener sempet ke penginapan, rumah, kostan cowok itu bahkan ke tempat-tempat tongkrong Frans tanpa sepengetahuan lo. Kita semua tau berita itu setelah kabar kalau orangtua Kejora bangkrut karena korupsi.”

“Gue pulang dulu, Bos. Semoga otak lo bisa jalan.”

Galaksi melihat Bams pergi menjauh menjemput adiknya yang sedang tertawa digendong Jordan—mereka sedang menggoda Septian dan Guntur.

“Eh Bebyyy. Sama Abang Nyong ajalah jangan sama Septian. Nanti Abang ajak kau ke Ambon ketemu sama Tete nya Abang!” suara dialek Ambon Nyong bahkan terdengar sampai sini.

“Hah apa? Tete? Wahhh anjir parah lo ngajarin anak kecil yang enggak-enggak!” Oji tertawa di sampingnya.

“Tete itu di Ambon sebutan Kakek, Ji. Opa atau Datuk. Kau ini bagaimana sih?” Nyong membalas lalu tertawa.

“Makanya kau kalau pas pelajaran Bahasa Indonesia jangan bolos terus Ji!”

“Bolos itu apa Bang?“ tanya Beby membuat Bams yang berdiri di belakang Jordan melotot pada Nyong dan Oji.

“Eh! E—enggak apa-apa kok. Beby udah malem. Pulang yaa... pulang...”

Bams semakin melotot karena adiknya diusir. Sementara Nyong dan Oji menatap Bams ngeri.

“Awas lu ngusir-ngusir adik gue. Pulang lewat mana lo hah?”

“Ampunnn Bangg! Serem amat itu mata lo jatuh ntar melotot mulu!” ujar Nyong.

“Ayo Beby pulang. Besok harus sekolah,” ujar Bams mengambil Beby yang digendong Jordan untuk turun.

Galaksi mengecek ponselnya. Tadi pagi sebelum masuk sekolah. Guntur memang memberinya sebuah pesan singkat karena hape cowok itu kehabisan kuota.

Guntur Gutama: Frans Arifin. Kelas XII IPS 2. Enaknya diapain nih Bos?

****

“Bang Batra?” Kejora masuk ke dalam rumah barunya.

Tidak ada siapa pun di dalam. Rumah kecil yang letaknya ada di pinggir kota ini tampak begitu sunyi. Matahari sudah hilang di pelupuk langit. Hanya ada desir angin melambai di kain dekat jendela ungkit.

“Bang Batra, Kejora pulang...”

“Bang Batra apa-apaan sih?!” Kejora berteriak melihat Batra duduk di sofa dalam. Terlihat sedang mabuk. Ada botol minuman di tangan dan meja kayu depannya. Hidup susah membuat Abangnya berubah. Bukan hanya Abang. Tapi semuanya berubah. Mulai dari keluarga, Ayah, Ibu, Abang dan kehidupannya di sekolah bahkan pacarnya sendiri. Semuanya seolah menjauh. Mengusir Kejora dari hidup mereka.

“KALAU ABANG GAK KUAT SAMA HIDUP KITA YANG SEKARANG JANGAN KAYA GINI!”

“Hahaha, adik Abang udah pulang? Mama mana?” tanya Batra dengan suara mabuk membuat Kejora menepis tangannya yang hendak mengusap pipinya. Suasana temaram di antara semakin mencekam.

“Abang itu kapan sadarnya sih? Mama udah pergi! Nikah sama orang lain ninggalin kita ke Bandung karena Papa masuk penjara!” suara Kejora makin tinggi.

GALAKSIKEJORA [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now