[67] WHITE ZINNIA

227 27 2
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Pernah suatu ketika aku berpikir: Apakah mengenalnya adalah sebuah kesalahan? Kalau iya, apa kesalahannya yang begitu fatal?"






"Kudengar, ada sebuah legenda di sekolah ini. Legenda mengatakan kalau kita berjalan-jalan di tengah malam, kemudian tanpa sadar melihat bunga zinnia putih yang mekar saat pukul dua belas, maka kita akan bisa melihat masa depan." Yoona berbicara seolah ada yang mendengarkannya—atau setidaknya ia menganggap kucingnya—Snow mengerti apa yang ia katakan. "Kupikir, itu sangat aneh. Bagaimana cara kita melihat masa depan itu?" Snow mengeong seolah menjawab pertanyaannya.

"Baiklah, aku tak tahu kita sudah sampai mana." Dijulurkan tangannya ke arah lain, untuk menerangi setiap bagian gelap di tempat itu sampai membuatnya tahu ia sudah berada dimana.

Tiba-tiba saja, suara jam berdentang begitu kencang. Yoona berseri-seri kegirangan. Ini sudah pukul dua belas malam, berarti sebentar lagi ia akan melihat masa depan!

Namun yang didapatinya setelah menunggu sekian lama bukanlah masa depan, Yoona bahkan tak melihat satupun bunga zinnia putih. Sampai suara dentang jam tak berbunyi lagi, telinganya masih menangkap suara. Kali ini bukan suara dentangan, suara ini membentuk nada-nada beraturan yang begitu indah. Piano.

Yoona bertanya dalam hati, 'Apa masa depanku berhubungan dengan piano? Tapi, aku bahkan tak terlalu mahir memainkannya.'

Dirasakannya Snow menggigit gaun tidurnya, mencoba menariknya berjalan menuju ke suatu arah.

"Hei, apa yang ingin kau tunjukkan padaku, Snow?" Yoona tersenyum seolah mengerti tentang maksud kucingnya.

Sang kucing tak banyak bicara—memang tidak selain mengeong, tak juga menjawab—terlalu sibuk membawa majikannya ke suatu tempat.

"Di mana ini?" Yoona dihadapkan pada sebuah pintu. Suara piano yang mengalun indah semakin jelas terdengar dari balik pintu. Didorong rasa penasaran, ia membuka pintu itu perlahan. Tak ada yang terlihat, namun ia mendengar suara piano disana. Suara itu memang berasal dari sana, ada seseorang yang memainkannya.

Perlahan-lahan Yoona menghampiri asal suara itu. Ia berhenti saat dirasa sudah waktunya. Dijulurkan senter di tangannya ke depan. Dan ia membelalak melihatnya. Seorang lelaki yang matanya terpejam tengah memainkan pianonya di tengah malam. Apa orang ini masih waras?

"Bagaimana kau bisa melakukannya? Bermain piano tanpa melihat tutsnya. Bahkan nada yang dihasilkan begitu indah."

Si pianis membuka matanya dengan kaget. Tak begitu jelas, tapi Yoona yakin bahwa ia melihat sepasang mata yang begitu indah. Sorot mata yang belum pernah ia lihat.

FLOWERS FOR YOUWhere stories live. Discover now