[46] LUPINUS

516 58 2
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Kurasa aku bermimpi saat melihatmu lagi. Aku dapat melihatmu setiap kali mataku terpejam. Senang rasanya, meski hanya dalam waktu yang singkat."







-LUPINUS-






Hujan turun dengan tiba-tiba saat itu. Membasahi teras rumah yang dihiasi oleh beberapa pot bunga Lupinus yang telah ia tanam sejak minggu lalu.

Gadis itu menghembuskan nafas pelan. Manik madunya menatap teduh pada rintik hujan dari kursi teras tempatnya merebahkan diri.

Membiarkan angin siang yang terasa dingin membeku itu berhembus.
Tak lama kemudian, senyum di bibir ranumnya yang sempat hilang kembali merekah begitu ia rasakan dua buah lengan kekar merangkulnya dari belakang. Menyandarkan dagu tegap orang itu pada bahu kecil miliknya.

"Hey." Iya berbisik pelan. Bahkan ragu pada suara lembut yang keluar dari bibirnya.

"Hey." Lelaki di belakangnya balik menyapa. Memeluknya erat dan menciumi lehernya sebentar sebelum akhirnya lelaki itu melepaskan rangkulannya. Berjalan ke depan dan memposisikan dirinya untuk duduk tepat di atas lantai yang ada di hadapan gadis itu. Dan menyandarkan punggungnya di antara kaki jenjang milik gadis itu.

"Kau tidak takut ada yang melihat?" Ia bertanya pada lelaki itu lagi. Membelai lembut helaian hitam milik lelaki yang tengah menyandarkan kepala pada paha kanan miliknya. Mengalirkan perasaan yang selama ini selalu menyiksanya. Seakan memberitahukan lelaki itu betapa ia mencintai lelaki yang tengah ia belai kepalanya dengan penuh kasih sayang ini.

"Aku tidak peduli." Lelaki itu berkata setengah berbisik. Mengangkat kepala dan tersenyum ke arahnya. Membuat senyum kelegaan terpancar di bibir merahnya.

"Aku juga." Ia balas penuh percaya diri. Menyandarkan rahangnya di atas kepala lelaki itu dan menciuminya lembut. Selagi sebelah tangannya terus membelai helaian hitam milik lelaki yang ia cintai.

"Aku senang bersamamu." Suara lelaki itu pecah di antara hembusan angin hujan yang menerpa mereka. Membuatnya membuka kedua kelopak matanya dan menatap tak percaya pada butiran hujan yang terus-terusan berjatuhan di depan teras rumahnya.

"Aku ingin bersamamu." Lanjut lelaki itu lembut. Menggenggam tangan pucatnya erat-erat. Seakan lelaki itu tak mau melepaskannya. "Aku ingin kau ada di sini bersamaku, Yoona-ya."

"Aku juga. Aku juga sangat menyukaimu, Jongsuk-oppa."






-LUPINUS-



FLOWERS FOR YOUWhere stories live. Discover now