[13] PINK ROSE

912 148 9
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



"Bagi dunia, kau adalah seseorang. Tapi, bagi seseorang kau adalah dunianya. Dan kaulah duniaku,"







-PINK ROSE-







"Kalau begini terus, kapan ibu dapat menantu?"

Tiba-tiba di tengah ruang keluarga Oh yang sedang menikmati waktu santai di sore hari itu, harus terhenti sesaat karena sebuah interupsi yang tiba-tiba terlontar.

Ditemani sang suami yang duduk disampingnya seraya membaca surat kabar, juga tak lupa putra semata wayangnya yang duduk tak jauh darinya dengan kesibukannya. Putra kesayangannya yang sedang bergelut dengan laptop hingga mengabaikan perkataan ibunya itu.

"Oh astaga bisakah kalian tak mengabaikanku untuk sesaat?"

Perkataanya itu, sukses membuat dua lelaki disana seketika menoleh kearahnya dengan raut wajah yang tak terdefinisi.

"Hm?" hanya gumaman yang keluar dari mulut putra tersayangnya itu.

"Kalau seperti ini terus, kapan ibumu dapat menantu, Oh Sehun?" akhirnya dirinya memperjelas maksud dari perkataannya yang sebelumnya.

Sang ibu, nyonya Oh menghela napas perlahan, ia mengubah kembali posisi duduknya menjadi lebih nyaman. "Kau tidak memiliki acara sore ini, Sehunnie?"

"Tidak." Jawabnya.

"Lalu, apa kau tidak punya seseorang yang mungkin ingin dikenalkan ke ayah dan ibu misalnya?" sang ibu kembali bertanya kepada anak lelakinya.

"Maksud ibu apa?" tanya Sehun pada ibunya seraya mematikan laptopnya.

"Kau sangat mirip dengan ayahmu, tidak hanya pada wajah dan perawakan-kau bahkan tidak peka sama sekali. Sudah kuduga buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Dasar ayah dan anak sama saja." Nyonya Oh mencibir.

"Hei kenapa mengikutsertakan aku dalam masalah. Sehun juga anakmu, anak kita." Sang suami memprotes istrinya. Padahal ia sudah bermaksud tidak ingin ikut campur.

"Oh Sehun itu hanya anakmu! Lihat saja, kloninganmu itu-semuanya hampir menyerupai dirimu saat kau muda dulu, oh ia bahkan tidak memiliki sifat turunanku. Hanya sifatmu saja yang menurun padanya, tidak peka, dingin dan kaku begitu. Bahkan ia jarang sekali tersenyum!" protes sang ibu membuang wajahnya kearah lain dan melipat tangannya didepan dada.

Mereka berdua, ayah dan anak yang melihat kelakuan satu-satunya wanita di keluarga mereka yang sedang merajuk seperti itu, hanya memutar bola mata bosan.

'Sepertinya masa periode bulanannya akan segera datang.' Batin sang suami.

'Ibu bertingkah seperti remaja saja, tidak ingat umur. Merepotkan.'Batin sang anak.

FLOWERS FOR YOUWhere stories live. Discover now