Chapter 45 : Traumatic (Seokjin's)

1.6K 172 10
                                    

Vote+comment jan lupa ;)

[Penjelasan kata bertanda * ada di bawah yaw ;) ]

"Aku juga mabuk nih, gimana dong?" Kataku yang nyaris menempelkan bibirku ke miliknya. Matanya sudah menutup menunggu kehadiran bibir sexy ku pastinya dan kini jantungku berdebar sangat kencang, euphoria? Yap, aku pun ikut memejamkan mataku. Nyaris 1 mm lagi bibir kami bertautan, tiba-tiba jantungku berdebar lebih kencang lagi, tanganku gemetar dan tubuhku berkeringat. Suara teriakan seorang wanita pun terdengar, diikuti suara-suara tangisan. Samar-samar terdengar kata maaf dengan suara lirih diikuti suara electrocardiogram* yang berdenging membuat telingaku sakit. Aku memegangi telingaku menahan sakit, untung saja aku tidak berteriak. Tidak kusangka euphoria ku mengundang trauma masa lalu

"Eh, kamu kenapa? Nggak apa-apa?" Tanya Jisoo cemas menyadarkan ku. Tubuhku masih lemas, masih gemetar. Aku memegangi tangan Jisoo dengan erat sebagai tumpuan.

"Kamu denger itu?" Kataku dengan nafasku yang masih terengah-engah, belum sepenuhnya sadar.

Jisoo pun menengok ke kanan-kiri. "Nggak ada suara apa-apa tuh." Katanya terbata-bata. "Ah, jangan bikin takut dong." Sambil memukul pundak ku pelan. Aku pun tersadar.

"Hehe, nggak kok. Tiba-tiba merinding aja. Udah yuk masuk." Kataku mengalihkan pembicaraan. Aku pun masuk ke dalam diikuti Jisoo yang menggandeng tanganku ketakutan. Mungkin ia berpikir tentang hal-hal mistis saat ini, hehe.

Kami pun masuk ke rumah. Aku mengambil air putih untuk menenangkan diriku yang entah kenapa merasakan hal itu lagi. Aku benar-benar tak bisa menatap Jisoo yang mungkin masih mengharapkan aku akan melakukan sesuatu padanya tadi. Aku pun duduk kembali di ruang tv sambil mengusap keringatku yang mengalir tiada henti sejak tadi.

"Kamu nggak tidur?" Kata Jisoo.

"Hm? Aku udah nggak bisa tidur, aku nonton tv dulu aja deh." Jawabku. Ia pun mengangguk pelan lalu masuk ke kamar, wajahnya jelas menunjukkan rasa kecewanya. Aku benar-benar merasa bersalah saat ini, dasar Namjoon sialan.

Perasaanku campur aduk saat ini. Ketiga pusat kemanusiaan ku tidak sinkron sama sekali, antara pikiran, hati, dan... nafsu. Otakku benar-benar kacau memikirkan Jisoo yang  pasti kini tengah menanggung malu karena ku, namun hatiku tidak henti-hentinya memutar kenangan pahit saat aku kehilangan Hyera dahulu. Teriakannya saat kesakitan melahirkan buah hati kami dan ucapan maafnya yang terakhir kali 'maaf, aku belum bisa bahagiain kamu. Namanya Jinhye, Seokjin Hyera.' katanya lirih lalu matanya terpejam untuk selama-lamanya. Air mataku mengguyur pipiku saat ini, aku pun kembali keluar supaya tangisanku tidak terdengar, namun aku benar-benar tidak kuat untuk berjalan lebih jauh lagi. Aku pun menangis terduduk di balik pintu belakang.

Akhirnya setelah tenang aku pun kembali masuk menuju kamar. Namun saat kulihat wajah polos Jinhye dan Jisoo yang tengah tertidur aku kembali meneteskan air mataku. Entah apa yang menahan ku untuk mendekati mereka, tapi rasanya benar-benar lemah, gemetar. Akhirnya aku pun merelakan diri untuk tidur di sofa saja, untung suara-suara aneh dari kamar sebelah sudah tidak lagi terdengar.

Esoknya, aku terbangun karena mimpi itu lagi, hari terakhir Hyera yang sampai membuatku jatuh dari sofa, Jisoo dan Jinhye belum bangun, apalagi dua insan yang habis bercinta tadi malam itu, sudah bisa dipastikan akan bangun siang. Untuk mengalihkan pikiranku aku pun memasak sarapan untuk semua orang.

Jisoo terbangun, mungkin karena suara dentingan spatula dan penggorengan yang kini tengah kumainkan.

"Tadi malem.. kamu nggak tidur di kamar?" Tanyanya.

"Oh, akhirnya ketiduran di depan tv. Hehe." Jawabku sambil fokus memasak.

"Ohh." Gumam Jisoo sambil berinisiatif ikut menyiapkan piring dan sendok di meja makan.

Daylight (JinSoo Ver.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang