Chapter 29 : Not Your Fate (Seokjin)

1.6K 186 1
                                    

Vote+Comment

😆😆









































16.45 at bazaar,

Jimin dan Jungkook mulai lagi. mengajak semua anggota geng aneh yang berhasil mengadakan acara besar ini gabung ke pesta di club Jimin.

"Hampir setahun men!! Nggak kangen ama kita-kita?" Jimin bicara dengan menggebu-gebu.

"Jinhye gimana? Pikirin dong." Kataku ragu. Sebenarnya aku ingin ikut, sebatas nonton-nonton saja. Bukan main-main. Dan tentu saja tanpa Jinhye, mana mungkin aku mengajak Jinhye ke dunia malam yang mengerikan itu.

"Jisoo?" Hoseok tiba-tiba angkat suara dalam hening berpikir gimana baiknya little princess-ku ini. Otomatis aku menengok ke arah Namjoon, kode.

"Sekali-lah. Udah hampir setaun gak kumpul nih!" Kali ini Yoongi angkat suara. Kalian memang benar-benar yang terbaik.

"OK! kan aku udah bilang ke hyung kalau Jinhye nggak termasuk blacklist." Kata Namjoon menohok tepat ke jantungku diiringi tatapan mata tidak enak anak-anak menatapku.

"OK, thanks!" Kataku excited. "Aku nyusul!" Lanjutku lalu aku langsung melesat menaiki mobil sport hitamku. Jinhye ikut excited dan tiba-tiba jadi talking machine dan yang keluar dari mulutnya hanya Jisoo Jisoo dan Jisoo... Tak buruk juga, Jinhye bisa jadi mata-mataku sementara. hahahaa...

-
Apartement house 1815

Aku membopong Jinhye yang ingin sekali memencet bel. Maklumlah anak kecil. Namun saat si empunya rumah membukakan pintu, masih sama saat aku bertemu dengannya tadi di pesta, dress merah dan makeup yang belum terhapus.

"APA LAG—!" Awalnya wajahnya kesal dan membentak kami, kami terkejut dan tidak tau mengapa tapi seketika ia mengulum senyum manis di bibirnya. long time no see. Bahagia. karena aku moodbooster baginya— mungkin Jinhye bukan aku.

"Eh, hai Jinhye! Maafin tante yaa~ kaget ya?" Katanya lalu mengulurkan tangan untuk menggendong Jinhye. "Ada apa kesini?" Kini giliran aku yang ia tanyai dan Jinhye menerima uluran tangan Jisoo.

"Hm.. aku boleh titip Jinhye? Aku ada acara dadakan nih." Aku tersenyum canggung, sebenarnya merasa tidak enak karena baru saja bertemu sudah merepotkan. Tapi apa daya, modus tetaplah modus. hahaa..

"Sama Namjoon oppa juga?" Tanyanya sembari melepaskan gendongan Jinhye dan membiarkannya berlarian mengitari ruangan luas itu. Namun seketika bagai teringat akan sesuatu..

"Jinhye~ jangan ke meja makan dulu ya ada gelas pecah, nonton tv ajaa.." Katanya khawatir. Untung saja Jinhye menurut pada Jisoo.

"Kesenggol?" Tanyaku iseng sekedar basa-basi namun ia hanya tersenyum kecut. Apa aku salah bicara?

"So, mau dugem?" Tanyanya memecah suasana sembari melempar cengiran flirtynya.

"Maybe.. aku jadi lupa umur habis liat kamu." Kataku sambil senyum sexy dan mengangkat satu alisku. Karena Jinhye tidak melihat kami, tidak apa-apa kan menggoda sedikit gadis ini? hehe.

"Terserah deh~ aku juga kangen banget sama anakmu, Dad. yang lama juga nggak apa-apa." katanya sambil terkekeh kecil. Manis.

-

At Jimin's Club,

Semua sudah kumpul kecuali Yoongi yang akhirnya berangkat setelah mendapat restu dari istrinya yang sedang hamil tua itu. Aku pun memesan banyak gelas wine untuk merayakan 'akhirnya kumpul lagi setelah sekian lama' dan berbincang-bincang santai membuka memori lama. Aku duduk di sebelah Jimin dan sebelah Jimin adalah wali sah dari mantan calon ibu baru Jinhye yang kini akan menjadi istri orang lain dan aku berdoa semoga Jimin tidak pergi. Namun seperti biasa, doaku tidak terkabul. Jimin akhirnya harus pergi karena ada tanda tangan kontrak dengan DJ pesanannya an kini aku dan Namjoon duduk bersebelahan dengan ruang kosong diantara kami sebesar bokong Jimin. Entah mengapa setelah itu para bocah lainnya seperti bersekongkol langsung beriringan meninggalkanku dengan Namjoon sendirian. Aku canggung apalagi dia dan aku sedang tidak mood membuka suasana akhirnya aku hanya mengambil ponselku untuk menge-chat Jisoo menanyai kabar Jinhye. Mungkin ia mendapat inspirasi, Namjoon juga ikut mengambil ponselnya dari kantong jasnya namun tiba-tiba..

"AHH!!" Pekiknya dengan keras.

"Kenapa, Joon?" Tanyaku spontan dan seketika saat ia mengeluarkan tangannya dari sakunya, aku melihat banyak darah mengalir di tangan Namjoon. Tentu saja aku terkejut, apa ia membawa pisau di kantongnya? Untuk apa? Bersiap membunuhku?! Tidak. Ia kembali merogoh isi sakunya mengecek apa yang ada di sakunya itu sehingga tangannya terluka dan ia menemukan sebilah beling tajam yang ujungnya sudah terlumuri oleh darahnya sendiri.

"Ngapain bawa begituan? Gila ya?" Umpatku dan Namjoon masih terheran-heran.

"Yakali bawa beginian, dapet dari mana coba? Kok bisa disini?" Kata Namjoon malah menanyaiku.

"Dah tunggu bentar, aku tanyain Jimin siapa tau ada P3K." Kataku lalu beranjak meninggalkan wajah kebingungan itu si sofa sendiri. Aku pun bertanya kepada barrista tepat di luar ruangan kami karena lebih mudah dijangkau daripada Jimin dan hebatnya ada! Bagaimana mungkin sebuah club menyediakan P3K lengkap?

"Siapa tau ada yang mabuk terus mainan pisau." Kata barrista sexy tadi sambil terkekeh.

Aku pun kembali ke ruangan membersihkan luka Namjoon dan memberinya plaster, lukanya panjang, untung saja tidak dalam, tapi aku masih heran dengan beling tadi. Bentuknya melengkung, jika digabungkan mungkin berbentuk tabung, pecahan gelas? Dan seketika aku teringat pada Jisoo. Tidak mungkin kan ia yang memasukkan beling itu ke kantong Namjoon? Lagipula untuk apa? Dan akhirnya karena sudah sedikit mabuk, pikiran kolotku bergabung dengan keparnoanku menciptakan imajinasi-imajinasi liar, bagaimana jika Jisoo ternyata adalah psikopat yang berusaha membunuh oppanya dengan pecahan gelas? Lalu bagaimana dengan Jinhye?! Aku pun mem-video call Jisoo dan iia mengangkatnya secepat kilat memaparkan kedua princess-ku sedang duduk berpakuan melambaikan tangan riang ke arahku dan entah mengapa aku pun menangis.

Ingatanku mulaii sepotong-potong saat Yoongi, Taehyung, Hoseok kembali dari perantauan mereka di luar sana dan Taehyung pulang bersama Yoongi saat para istri menelfon mereka. Aku sudah resmi mabuk dan mendaratkan kepalaku di bahu Hoseok. Sebenarnya aku masih sadar. hanya saja aku mulai melantur tidak jelas dan mulai menangisi mendiang istriku.

Aku melihat Namjoon yang juga sudah mabuk menunjuk-nunjukkan jarinya ke arahku. "Jisoo bukan buat kamu! Bukan buat siapapun! Udah punya tunangan jangan diganggu kenapa sih!"

Entah mengapa aku tidak bisa melawan Namjoon. Aku memang anak yang sopan, bahkan mabuk pun aku tetap sopan. Aku memutuskan pergi dari tempat itu sebelum terjadi hal yang tidak diinginkan. Aku melamun menghujat diriku sendiri.

Entah bagaimana tiba-tiba aku sudah sampai di apartemen Jisoo dan ada Hoseok di jok supir. Aku yang masih belum sadar langsung memeluk Hoseok

"Thanks babe". Kataku dan Hoseok langsung melemparku ke sudut mobil.

"Kajja! ambil Jinhye!" Katanya sambil menggandengku. Mungkin takut kalau aku nyasar.

-

Lagi-lagi aku benar-benar tidak ingat akan apa yang aku lakukan tadi malam, namun kini Jinhye sudah ada di sampingku menepuk-nepuk pipiku kecil sambil melompat-lompat memaksaku bangun dari lantai yang keras ini. Tunggu? Lantai?!

"YA! Jung Hoseok!! Dasar kampret!" Umpatku pada manusia yang masih tertidur manis di atas ranjangku dan menyia-nyia si empunya kasur yang terduduk menahan sakit di punggung karena semalaman tertidur di lantai. Setelah perang bantal hebat, kami pun memutuskan untuk makan seadanya ala chef Hoseok, dan seadanya Hoseok adalah mewah bagiku apalagi Jinhye.

"Makasih sayang~" kataku penuh cinta pada Hoseok yang nyengir jijik maksimal lalu akupun semakin menggodanya dengan memeluknya dari belakang. Hehe.

"Idih, lepas! Peluk aja lagi tuh si Jisoo." Kata Hoseok memelintir tanganku dan aku pun menyerah menggodanya. Tapi apa?

Lagi?!
.
.
.
.

END CHAPTER 29~
TBC!^^

Vote+comment jangan lupaaa!!!

Daylight (JinSoo Ver.)Where stories live. Discover now