Chapter 34 : Save Me (Jisoo)

1.7K 205 4
                                    

Vote+comment!








































Aku benar-benar tidak tau apa yang harus kulakukan saat ini maka aku langsung saja turun dan keluar dari mobil ini. Bagaimana bisa ia menciumku setelah aku minum alkohol dan makan telur gulung sebanyak itu?! Pasti aku bau sekali. Aku pun berlari memasuki apartemenku tidak jarang terjatuh karena masih pusing karena mabuk tadi. Aku pun duduk terlebih dahulu di lobby untuk menenangkan jantungku yang sedari tadi berguncang meruntuhkan rasa mabukku. Aku benar-benar menggila di sofa itu selama sekitar setengah jam dan aku tidak peduli lagi berapa mata yang menatapku aneh sedari tadi. Akhirnya mabukku pun hilang total dan itu adalah waktu tercepat untukku dalam menetralkan mabuk. Manusia itu benar-benar hebat, sekejap dapat memabukkanku namun dengan jentikkan jari ia juga bisa menyadarkanku dari mabuk. Akhirnya aku pun naik untuk masuk ke rumahku.

Sesampainya di rumah, aku pun duduk di sofa ruang tamuku. Aku melepas wedgesku lalu berbaring sebentar di sofa sampai aku menyadari sesuatu. Kenapa ada gelas di ruang tamu ini? Seingatku aku sudah membereskan rumahku sebelum berangkat ke kantor tadi. Aku pun mengambil gelas itu dan mencium isinya. Wine? Aku bahkan tidak punya cukup uang untuk membeli wine:") dan akhirnya aku pun baru sadar setelah mencerna keadaan ini sesaat. Apa Seunghoon tadi berkunjung kemari? Tiba-tiba...

PRANGGG!!!

Oh tidak, Seunghoon masih disini. Sial. Apa aku harus berlari keluar? Tentu saja. Aku pun beranjak melesat keluar rumah namun naas, tangan Seunghoon jauh lebih cepat dibanding kakiku.

"Mau kemana sayang?" Tanyanya dengan keadaan sudah seratus persen mabuk. Aku hanya bisa diam menutupi ketakutanku dan lagi, kini ia memegang pecahan botol wine di tangannya. Bagaimana aku tidak teringat pada kejadian lalu? Bahkan kata Seokjin tangan Namjoon oppa harus dijahit karena terkena pecahan gelas yang dimasukkan Seunghoon ke kantongnya.

"Gimana? Enak ciumannya?" Kata Seunghoon makin menggila. Tunggu, apa dia tau adegan ciumanku dengan Seokjin barusan? Dia benar-benar mengawasiku?!

"Pasti enak lah ya.. lega lagi udah bisa cerita macem-macem. Ya kan? Mananya yang sakit? Sini?" Kata Seunghoon sambil mencengkeram pundakku yang memang sudah lebam karena ia benturkan ke gagang pintu beberapa saat lalu. Apa aku bicara macam-macam saat mabuk?! Bagaimana ini?! Bagaimana ia bisa tau? Apa yang akan terjadi setelah ini?!

"JAWAB DASAR JAL*NG!!!!" katanya mulai membentak. Aku memejamkan mataku ketakutan karena ia kini meletakkan ujung lancip pecahan botol yang ia pegang sedari tadi ke ujung leherku.

"Aku udah bilang kan? Aku bakal hancurin apapun yang ngehalangin rencanaku. Sekarang kamu ngehalangin rencanaku, so? Apa aku harus habisin kamu sekarang juga?atau kamu mau mati pelan-pelan dengan ngeliat orang-orang kesayanganmu menderita?" Katanya persis seperti dialog di film thriller. Tapi apa maksudnya?

"Kim Namjoon, Kim Jennie, atau Kim Seokjin dulu nih?" Katanya menyeringai. "Ohhh atau.. Kim Jinhye?" Lanjutnya sontak aku menamparnya keras namun tentu saja sekeras apapun tamparanku tidak akan mempan pada orang seperti ini.

"Kamu yang dateng ngerusak hidupku. Harusnya kamu yang pergi tau?!" Kataku mulai berani. Entah hawa apa membuatku langsung sakit hati saat ia menyebut nama bayi kecilku dengan mulut kotornya itu.

Ia pun menyeringai lalu melotot saat kembali menatapku. "Aku yang ngerusak?! AKU KATAMU?! KIM NAMJOON BERENGSEK ITU YANG HANCURIN HIDUPKU. HIDUP KAMI!" Katanya membentakku dengan suara hampir mendekati ultrasonik. Aku tidak paham perkataannya, jelas-jelas ia yang setiap hari datang dan menghancurkan tiap hariku dan kini ia menangis?! Ah! Aku baru ingat kalau dia mabuk. Aku pun mengambil kesempatan ini saat ia melepaskan tanganku dari cengkeramannya. Aku pun berlari menuju ruangan terdekat dari ruangan ini, kamarku. Seharusnya aku keluar rumah saja namun ia menghalangiku ke arah sana namun naas sekali lagi, sebelum aku berhasil menutup pintunya, ia berhasil menggapai pintunya sehingga tidak sempat tertutup rapat. Masa bodoh aku tinggal berlari lagi ke kamar mandi. Akhirnya aku pun selamat sejenak di dalam sini. Entah mengapa aku tidak mendengar lagi suara bajingan itu dan aku pun merogoh kantung blouse ku mengambil ponselku untuk meminta bantuan, dan lagi-lagi naas, DIMANA PONSELKU?! Ahh bagaimana ini?! Apa aku harus seperti ini sampai ia pergi?

Daylight (JinSoo Ver.)Where stories live. Discover now