Chapter 12 : Lucky

2.3K 285 6
                                    

"Tante Jichu jadi mama aku ya?" Jinhye angkat suara menghamburkan lamunanku seketika.

Otomatis aku melongo mendengar my princess yang baru saja tenang itu tiba-tiba mengigau bagai menyampaikan pesan telephaty-ku.

"Ahem, jadi aku pake kamar yang mana?" Hoseok mengalihkan topik.

Wanita itu menunjuk kamar kosong disamping ruang pakaian, arah jam 3. "Kamarnya Eomma-ku kalo nginep sini."

"OK, g'nite~". Hoseok yang tadi katanya mau jadi satpam antara kami malah ngacir meninggalkan aku bersama Jisoo dan Jinhye dalam keadaan awkward.

"Sorry tadi Jinhye..." Aku membuka topik.

"It's okay. Namanya juga anak kecil. Lagian juga lagi ngigo, pastilah ngomong aneh-aneh". Ia memotong perkataanku.

Aku menunduk sambil memainkan ujung lenganku. Aneh? Perasaanku terlalu aneh buat kamu? Aku seketika dilanda badmood yang sangat amat mengganggu. "Titip Jinhye deh, aku bisa tidur kan?". Aku memutuskan langsung masuk ke kamar saja daripada keceplosan bicara macam-macam di hadapannya.

Namun sesampaiku di kamar, entah kenapa aku tiba-tiba memutuskan menguping kedua princess-ku itu dan berharap mereka berbincang sesuatu yang bisa meningkatkan mood-ku.

"Tante~ Papa mau pergi ke Jepang~ Hks.." Kata Jinhye tiba-tiba dengan masih sesenggukan. Kini Jisoo pun ikut sesenggukkan.

“Jinhye ikut?" Tanya Jisoo pada Jinhye.

"Kata nenek, Appa mau nikah sama orang Jepang. Aku nggak mau. Aku maunya Tante Jichu yang jadi mama aku". Aku benar-benar terkejut mendengarnya. Memang sepulang dari rumah sakit tadi Jinhye sudah menangis dan selalu menjauh dari Eomma. Ternyata itu masalahnya?

Aku benar-benar geli mendengarnya. Aku tertawa kecil tapi juga sedikit jengkel terhadap neneknya Jinhye yang bisa-bisanya bicara begitu pada anak yang seharusnya masih polos seperti itu.

"Tante juga. Tante sayang sama Jinhye". Secercah harapan itu benar-benar tiba. Harapan yang menghilangkan ke-badmood-anku seketika.

"Me too" bisikku dalam keheningan. Aku langsung melesat ke samping Hoseok dengan hati yang sudah sedikit bahagia.

"Hyung~" Tiba-tiba suara berat dan serak itu mengejutkanku bukan main.

"Belum tidur?!" Aku membentak pelan.

"Masih ada urusan." Kata Hoseok sambil menunjukkan ponselnya yang masih menyala.

"Udah tidur sana!" Kataku sembari membelakangi Hoseok.

"Beruntung amat, Hyung." Katanya abstrak.

"Beruntung apaan?" Aku kembali menghadapnya.

"Paling enggak cintamu nggak bertepuk sebelah tangan, cuma ada halangan aja, toh cuma dari abangnya. Syukurin lah, Hyung." Aku mengerti arah pembicaraan Hoseok kali ini, Seungwan. Aku hanya diam karena sebenarnya aku lebih memihak Yoongi dalam masalah ini. (Baca Wenga ver.)

"Lah aku, udah di gantung, aku nggak tau perasaannya sama aku, halangannya suaminya lagi." Lanjutnya sinis.

"Aku nggak komen. Kalian berdua curhat ama aku tauk, aku nggak muka dua sama-sama dukung kalian berdua dan lagi Seungwan bukan mainan." Jawabku seadanya.

"Lebih dukung Yoongi?" Kata Hoseok melarikan pandangan dariku.

"Aku cinta kamu." Kataku mencairkan suasana. Aku sungguh benci keadaan semacam ini. Sudah berkali-kali aku mendapat curhat 'rebutan' seperti ini, biasanya dari Jimin, Taehyung, dan Jungkook, memang dasar anak kecil. Tapi kali ini? Dari orang tua-tua di geng kami, aku benar-benar malas meladeninya.

"Aku nggak bisa nyerah gitu aja Hyung. Aku lebih dulu suka Seungwan dan aku udah nyatain perasaanku jauh sebelum mereka nikah, toh pernikahan mereka juga kehalang kontrak. Cuma nunggu 5 taun nggak ada susahnya." Kata Hoseok optimis.

Aku menghela nafas panjang. "Kamu harus tau dulu perasaan Yoongi. Kalian nggak bakal ngerusak persahabatan bertahun-tahun cuma gara-gara ini kan."

"Aku tau, Hyung. Barusan tau. Kalo suka ya nyatain, kalo dia nggak nyatain berarti dia nyerah dong." Kata Hoseok semakin menggebu-gebu.

"Kontrak itu, kalo aku jadi Yoongi aku nggak bakal kasih tau ke kalian. Tapi Yoongi? Dia kasih tau bukan gara-gara mau jujur-jujuran sama kita, atau keceplosan, atau mungkin salah strategi. Dia bocorin itu gara-gara kamu." Jelasku pada Hoseok. "Tau kan dia tipe orang yang setia kawannya kebangetan. Makanya please, aku harap kamu juga kasih kesempatan." Lanjutku hati-hati. Hoseok pun lagi-lagi sibuk dengan ponselnya lalu aku memutuskan untuk meninggalkannya tidur.
.
.

Esoknya paginya,

Aku yang sedari tadi masih tertidur pulas akhirnya terbangun karena telfon dari Namjoon yang memerintahkan kami untuk kumpul membahas bazar yang sudah kami rencanakan baru-baru ini. Sedangkan Hoseok sudah lebih dulu meninggalkanku dengan menempel sticky notes di jidatku bertuliskan,

Hyung, aku duluan.. mau Jogging, sekaligus 'tempur' 'o'9

Sampai jumpa di rumah Namjoon Hyung! Nggak usah pulang langsung aja kesana, kan deket :*

Sial. Apa aku harus menitipkan Jinhye lagi ke Jisoo? Lagipula aku juga tidak bawa mobil kesini. Aku keluar dari kamar dan mencium bau ramyeon yang kutebak dari dapur.

"Oh, Seokjin-ssi. Udah bangun?" Sambut Jisoo.

"Iya, Jinhye belum bangun?" Tanyaku spontan.

"Udah kok, lagi nonton tv di kamar." Katanya sembari menunjuk ke arah kamarnya.

"OK, aku boleh masuk?"

"Silahkan."

Akupun mendapati Jinhye yang sedang bernyanyi-nyanyi dan menggerak-gerakkan tangannya yang mungil keatas dan kebawah mengikuti kartun yang sedang ia tonton.

"Appa!!" Sambutnya sembari menunjukkan gigi-gigi mungilnya.

"Jinhye tidur nyenyak?" Tanyaku sambil mengangkatnya menuju pangkuanku. Ia hanya mengangguk kecil lalu kembali fokus ke kartunnya.

"Biasanya Jinhye minum susu apa?" Tanya Jisoo dari ujung pintu.

Aku tersenyum mendengar pertanyaannya yang bahkan belum pernah ku dengar dari istriku sendiri. "Hm, ada kok susu formulanya, aku bawa. Biar aku aja yang bikinin." Jawabku masih tersenyum.

"Ah, OK. Aku tanya soalnya nggak ada makanan buat Jinhye. Masak mau aku kasih ramyeon, ramyeonnya buat bapaknya aja. Hehe." Katanya sambil tertawa canggung. "Itu.. udah jadi." Lanjutnya.

Aku mengangguk kecil. "Arasseo." Dia bahkan tidak sembarangan dengan makanan untuk Jinhye. Nanny-nya Jinhye saja kalah dengannya. Apa aku rekrut dia jadi nanny-nya Jinhye aja ya? Hohoho.

Kamipun makan dengan hikmat diiringi dengan ocehan imut Jinhye.

"Seokjin-ssi, kapan pulang?" Tanya Jisoo. Apa dia ingin aku segera pulang? Padahal aku masih ingin disini.

"Mungkin habis ini, nanti aku telfon Hoseok dulu deh minta jemput." Jawabku.

"Oh iya! Kalian kemarin kesini bareng Hoseok Sunbae ya. Lah dia dimana?" Katanya terkejut.

"Ya kali kamu lupa. Ingetnya cuma aku?" Kataku menggoda.

Dia menatapku aneh, "Ya habisnya nggak keliatan. Masih tidur?"

"Udah pergi, mau jogging katanya. Nggak ijin kamu?"

"Mungkin akunya yang nggak denger dia ngetuk pintu, aku juga barusan bangun." Jelasnya. "Terus pulangnya gimana?" Lanjutnya.

"Kenapa sih? Kayanya pengen banget kita pulang?" Tanyaku lesu.

"Nggak juga, aku malah lagi mastiin kalo kalian nggak bisa pulang dulu... Eh~"
.
.
.
.

END CHAPTER 12~
TBC!^^

Jangan lupa vomment-nya yaaaa♡

NOTE: BACA WENGA VERSION

Daylight (JinSoo Ver.)Where stories live. Discover now