Chapter 33 : Panic (Seokjin)

1.8K 193 11
                                    

Vote+comment!!!

😆😆😆

















Seungwan benar-benar menegaskan kata 'berisik' sehingga kalimatnya terkesan ambigu.

"Aku patah hati lo, Wan." Jawabku lemas.

"Bukan 'itu', soalnya waktu aku gedor pintunya, Jisoo keliatan takut, matanya berkaca-kaca gitu. Siapa sih yang nggak curiga?" Lanjut Seungwan. Jadi apa yang kupikirkan tidak benar kan?!

"Jadi maksudmu?"

"Mending kamu tanya Jinyoung deh. Tau apa? Tadi aku lewat ruangan mereka dan Seunghoon keluar dari sana dengan wajah emosi dan waktu aku masuk ruangan Jisoo, si Jinyoung ngambilin barang-barang Jisoo yang berantakan dibawah dan Jisoo duduk sambil nangis. Aku nggak berani ngerusuhin mereka jadi aku langsung pergi. Kalo kamu mau mastiin, mending ke Jinyoung aja." Kata Seungwan menyarankan. "Jinhye tinggal sini dulu juga nggak apa-apa. Yang penting lega." Lanjutnya. Memang sahabat terbaikku.

Menurut apa yang dikatakan Seungwan, aku pun segera menelpon Jinyoung yang ternyata benar-benar masih bersama dengan Jisoo di warung soju dekat restoran Jungkook. Begitu melihatku, ia langsung berdiri menghampiriku, menepuk pundakku lalu pergi mempercayakan anak buah kesayangannya itu padaku. Aku pun duduk di samping Hoseok dan di depan dua wanita yang satunya aku tidak kenal dan satunya lagi sangat kukenal.

"Kenapa dibikin mabuk gitu emaknya Jinhye?" Kataku asal dan langsung mendapat jitakan dari Hoseok.

"Dengerin aja ceritanya." Katanya jutek. Benar saja Jisoo sedang bercerita panjang lebar dalam mabuknya.

"Nih kalo nggak percaya! Dia tuh mukulin aku sampe kaya gini! Terus aku harus gimana kalo dia ngancemnya bakal bunuh Namjoon?! Aku nggak bisa hidup tanpa dia!" Jeritnya sambil menunjukkan luka-lukanya. Tidak hanya di pundak dan benar seperti kata Jinhye. Semua orang di depannya tentu saja menganga dan aku hampir saja meneteskan air mataku. Betapa sakitnya hatiku dan rasa benciku pada Namjoon pun memuncak seketika.

"Tuh liat. Kamu masih berfikir kalo dia selalu rebut apa yang kamu mau?" Kata Hoseok tiba-tiba. Ku kira ia bicara padaku tapi ternyata ia bicara pada wanita di depanku dan ia pun menunduk dalam.

"Kamu masih suka Jimin?" Tanyanya lagi dan aku langsung paham arah pembicaraan mereka. Mungkin wanita ini dulunya musuh Jisoo karena di duakan oleh Jimin? Entahlah.

"Enggak tuh!!" Tiba-tiba Jisoo mengangkat kepalanya di dalam pembicaraan syahdu Hoseok dengan wanitanya.

"Bukan kamu tuh." Kata Hoseok lalu menjitak kepala Jisoo yang akhirnya menangis.

"Sekarang kamu juga KDRTin aku? Kok semua jahat sama akuuu~" rengeknya dan aku pun memutuskan untuk membawanya pulang dan meninggalkan dua manusia yang sedang bersentuh kalbu di satu meja berhiaskan botol-botol sisa soju.

Akhirnya dengan susah payah aku menggendong Jisoo di punggungku, bukan karena berat, bahkan ia terasa sangat mungil, walau tentu saja lebih berat dibanding Jinhye tapi karena mabuknya membuat tingkahnya semakin menjadi-jadi sehingga aku tidak jarang oleng saat menggendongnya. Akhirnya kami pun sampai di mobilku yang memang ku parkir sedikit jauh karena tadinya aku tidak tahu tempat ini. Aku pun mulai menjalankan mobil ini setelah selesai memasangkan sabuk pengaman pada Jisoo dan tidak sampai 15 menit kami sampai di depan apartemennya. Aku memutuskan untuk menikmati wajah lelapnya sebentar.

"Dasar jahat." Celetuknya tiba-tiba di tengah keheningan.

"Siapa?" Tanyaku iseng.

"Kim Seokjin." Jawabnya singkat sambil menunjukku.

Daylight (JinSoo Ver.)Where stories live. Discover now