Chapter 7 : The Doctor

2.9K 335 11
                                    

Vote dulu sebelum baca biar nggak lupa😊

Kemudian comment setelah bacaaa~~
.
.























Sudah seminggu kami tidak pernah bertemu, bahkan untuk sekedar berpapasan. Padahal selama hampir seminggu aku tidak pernah stuck di kantor untuk menambah peluang bertemu dengan manusia indah itu. Aku juga sudah sadar diri untuk menyerah mengirim pesan singkat padanya saat terakhir kali dia hanya membaca pesanku.

Lamunanku di kantor terbuyarkan oleh getar handphone-ku yang terus menerus. Nama 'Dara Eonnie~' terpampang di dalam benda segiempat ini.

"Halo?" aku menerima panggilan masuk itu.

"Jisoo, Daeun masuk IGD. Dia demam sampai pingsan di sekolah." Suara lirih Dara Eonnie, kakak sepupuku membuat rasa panikku seketika muncul dan meningkat drastis. aku tidak punya satu sen pun untuk membayar biaya rumah sakit anak yang bapaknya masih berkelana itu.

"IGD mana? Aku kesana sekarang."
.

Instalasi Gawat Darurat.

Aku menemukan ibu muda itu duduk panik di depan ruang tindakan. Dara Eonnie berhambur memeluku begitu menyadari kehadiranku, tangis khawatirnya pecah seketika membuatku ikut sedih.

"Aku takut, Soo. Aku takut Daeun kenapa-kenapa." Ujarnya dramatisir.

Aku menjitak kepalanya pelan. "Hus! Dia baik-baik aja, mungkin dia tidak kuat menahan pusing jadi pingsan."

Pintu ruang tindakan terbuka seiring dengan Dara Eonnie yang melepas pelukannya padaku. Si dokter yang tampan membuka masker yang menutupi setengah mukanya lalu tercengang menatapku. Dokter itu, Seokjin.

Aku tersenyum kikuk. "Hai." Sapaku dengan nada aneh lalu membungkuk sopan.

"Dok, gimana anak saya dok? Gimana??????" Dara Eonnie dengan panik kerusuh-rusuhannya, mengguncang-guncang lengan Seokjin meminta jawaban secepatnya.

Seokjin membalas sapaanku dengan senyuman simpul lalu beralih pada Dara Eonnie. "Anak anda baik-baik saja, dia hanya telat makan. Semacam angin duduk." Jelas Seokjin lembut membuat Dara Eonnie yang semula tidak santai akhirnya bisa menghembuskan nafas lega.

"Terimakasih, Dok~" Ia pun ngacir tanpa mengajakku, masuk kedalam ruang tindakan.

Aku tersenyum bahagia+terpesona+terharu+melepas rindu saat menatap Seokjin. Tiba-tiba mata kami saling bertemu dan membuat kami saling menatap kikuk. Sebenarnya hanya aku yang kikuk, Seokjin terlihat santai dan cenderung biasa saja. Manusia ini memang terlalu berbahaya bagi kesehatan hati.

Aku pamit menyusul Dara Eonnie untuk melihat keadaan keponakan tercintaku yang baru masuk SD itu.

Keadaan Daeun membaik setelah diberi obat dan demamnya sudah turun drastis. Dara Eonnie pun memutuskan untuk membawa Daeun langsung pulang.

Setelah menebus biaya dan mengantar Dara Eonnie beserta Daeun sampai naik taksi untuk pulang ke rumah, aku memutuskan untuk kembali ke kantor naik bus karena separuh uang tunaiku sudah kandas ditelan administrasi rumah sakit. Mahal sekali biaya rumah sakit hari gini.

Aku berjalan menelusuri trotoar sembari terus membayangkan sosok Seokjin yang 984875326424376589 ribu lebih seksi dalam balutan busana dokternya. Jas putih, stetoscope, masker=WOW. Andai aku istrinya.

“Jisoo?" Aku merasakan tepukan lembut di pundakku.

Seokjin! Apa ini mimpi? Akhirnya setelah sekian lama~ Lebay. Baru seminggu sih, akhirnya kami bisa bertemu lagi. Berdua.

Daylight (JinSoo Ver.)Where stories live. Discover now