Chapter 11 : Blessed Night

2.5K 313 19
                                    

A weeks later.

Semalaman ini Jinhye resmi merengek lengkap dengan aksinya yang menyebalkan, minta di bawa ke tempat tante Jisoo-nya yang kontroversial itu. Aku tidak bisa berbuat apa-apa, bahkan Hoseok sampai dengan berbaik hati datang di pagi buta demi membujuk Jinhye. Biasanya Hoseok berhasil, kali ini tidak. Aku melihat wajah kusutnya memandangku menyerah saat Jinhye mulai menangis anarkis.

"Udah bawa aja ke Jisoo. Susah amat ah." Ujarnya seakan tahu siapa itu Jisoo.

Aku tertawa kecil. "Harus kah?"

Hoseok meraih coat tebalnya yang tergeletak diatas kursi twalet Hyera. "Iya, mau nggak mau kita bawa aja. Yang kasian. Kasian aku Hyung."

"Dasar! Pagi buta gini? Jisoo masih tidur kalii." Aku menatap Jinhye yang menungging sebari sesegukan di atas tempat tidur.

"Pokoknya nggak ada pilihan lain." Hoseok mengangkat kedua bahunya. Aku menendang bokongnya kesal maksimal. Sekarang aku merasa seperti Hoseok adalah istri baruku dan dia mengusulkan untuk membawa anakku yang anak tirinya ke mantan istriku yang ibu kandungnya yang berada nan jauh di mato.

Aku meraih Jinhye kedalam dekapanku. Ia masih menangis. Hoseok menyambar cardigan for manku yang tergantung unyu di belakang pintu dan jaket tebalku untuk Jinhye. Dan akhirnya pasrah untuk membawa Jinhye ke rumah Jisoo. Yey!

Kami berjalan menuju mobil Hoseok yang terparkir diluar pagar. Otakku seketika melayang ke kejadian pertemuan aku, Namjoon dan Jisoo di kantor Jisoo.

"Kim Namjoon, kamu mungkin nggak kasih Jisoo ke aku. Tapi kamu mau kan kasih Jisoo ke Jinhye?"

"OK. Tapi ada Jinhye pasti ada kamu kan Hyung. Jangan cari kesempatan atas nama Jinhye."

Hoseok membuyarkan lamunanku "Dimana rumahnya?" Katanya sambil menyalakan mesin mobil dengan sentuhan tidak sabar.

"Jalan aja kearah rumah Namjoon". Aku memasang seat beltku. "Makasih banyak, bro."

Hoseok melirik kearahku seraya tancap gas. "Ini pertama kalinya aku denger terimakasih dari mulut hinamu." Ekspresi wajahnya yang mengejek lalu berubah menjadi sumringah. "Buat sayangku apa sih yang enggak. by the way, kayaknya kita harus cepet-cepet nikah dan ngasih adik buat Jinhye."

Aku menyesal sudah berterimakasih padanya. "Mau homo juga ekeu pilih-pilih, cyin. Paling nggak tipikal Jungkook tinggi, mapan, keker, hebring gitu daripada tipikal kamu." Kataku dengan gerik banci.

"Cielah, sukanya yang kuat-kuat dong hahahaha" Hoseok tertawa keras. "Sssttt, udah ah diliatin Jinhye."

Aku melirik Jinhye yang nemplok, masih sesegukan, di dadaku, menatap Om Hoseok-nya dengan tatapan bingung.

“Jisoo..." Hoseok membuka topik baru. "...sama Hyung?"

Aku menarik nafas pelan. "Apaan? Bukan."

"Hmm, aku tau Jisoo." Jisoo kerja di perusahaan Seungwan kan? Dia partner Jinyoung kan? Dia..." Hoseok menggantungkan kalimatnya.

"Dia?" Ulangku. Apa mungkin Hoseok tahu bahwa Jisoo adalah adik kandung dari sehelai bambu runcing bernama Namjoon?

"Dia mantan Jimin." Lanjutnya membuatku ingin tertawa.

"Wah? Tau darimana?" Aku menelan bulat-bulat tawaku.

Hoseok tersenyum aneh. "Iya, dia mantannya Jimin waktu SMA. Dia adiknya Namjoon, Hyung nggak tau?"

Mataku membulat. Kenapa Hoseok bisa dengan mudah mengatakan bahwa Jisoo adiknya Namjoon? Kenapa dia tahu sedangkan aku baru tahu?

"Well, terkejut kan?" Hoseok menepuk bahuku ringan. "Dia dulu pacaran sama Jimin dan terjadi sesuatu sampai akhirnya Namjoon mengasingkan adiknya dari lingkup kita-kita. Cuma aku, Jimin, Namjoon dan kamu sekarang yang tau dia adiknya Namjoon. Dia juga hoobaenya Seungwan di SMAnya dulu."

"Kata Yoongi Taehyung tau?" Tanyaku saat mengingat kata-kata Yoongi saat di kafe hari itu.

"Setahuku sih enggak. Yaa, dia kenal sih sama Jisoo. Mereka temenan baru-baru ini gara-gara katanya Jisoo yang sering observe ke butik Taehyung." Kata laki-laki yang fokus menyetir itu. "Namjoon aja sampe sekarang masih marah-marahin Jisoo terus gara-gara sering ketemuan ama Taehyung." Lanjutnya.

"Serumit itu?" Desahku sangat pelan.

Aku mengangkat kepalaku lalu menghembuskan nafas keras. "Namjoon juga minta aku jauhin dia."

Hoseok mengerang kecil. "Aish~ orang kolot itu telalu mengekang adiknya."

"Emang dia sama Jimin kenapa?". Aku kepo. Wajar. Wajar banget.

"Trap. Saat mereka masih pacaran, wanita lain tergila-gila sama Jimin. Di ruang band waktu itu si Jimin minta tolong Jisoo ambilin tasnya di kelas. Tiba-tiba ada cewe gila goda-goda Jimin. Disosor dah tuh Jimin pas Jisoo kebetulan udah masuk lagi. Dia nangis-nangis gitu deh cerita ama abangnya." Hoseok menatap Jinhye yang mendengkur halus dalam dekapanku. "Gara-gara si Jimin nggak rela diputusin si Jisoo, dia nelusuri cctv di ruang band. Beruntung sih ada cctv dan Jimin punya duit jadi bisa sogok keamanan." Jelas Hoseok. "Yaah, tetep aja reaksi Namjoon berlebihan." Lanjutnya.

Aku menganggukan kepalaku slow motion. "Apa Jimin oke kalo aku sama Jisoo?"

"Cih, anak itu lagian pacarnya udah banyak. Paling udah nggak pedulilah sama Jisoo."

Aku berdecis pelan.

Hoseok menginjak rem mobilnya pelan. "OK, sampe! Kayaknya aku juga mau numpang tidur disini deh, nggak mungkin kalo aku tinggalin kalian bertiga. Walau bertiga tapi yang satu masih polos, yang dua harus punya satpam." Katanya sambil tekekeh.

Kalau bukan karena Jinhye terbangun dan kembali sesegukan, mungkin aku sudah meninju si wajah kuda Hoseok.

TINGTUNG~

Aku menekan bel apartement Jisoo.

Ia yang terlihat masih mengantuk dengan setengah marah membukakan pintu dengan kasar. Well, itu wajar lagipula siapa yang rela dirusak mimpi indahnya di tengah malam pula. No makeup, naturally, sexy. Dia.. cantik.

"Aduuuh~~ ini jam bera- Seokjin?"  Dia tampak kaget saat tau bahwa si terdakwa pengganggu tidurnya adalah duda keren yang sedang menggendong anaknya.
Aku tersenyum tipis. "Maaf ganggu." Aku tersenyum awkward.

"Hey, Soo." Sapa Hoseok. Dia tampak baru menyadari keberadaan Hoseok. Ya badannya memang lebih kecil dariku. tapi apa harus sebegitunya?

Jisoo melambaikan tangannya singkat membalas sapaan Hoseok. "Jinhye?" sambil memasang wajah imut memelas dan membalas bentangan tangan sang bidadari kecil yang minta digendong.

"Maaf banget nih, Soo~ kalo aku bisa minta tolong..." sambil menggigit bibir bawahku. "Kita bisa nginep disini buat semalem?" Lanjutku.

Ia meraih Jinhye, membawanya masuk kedalam dan mempersilahkan para pria memelas ini ikut masuk.

"Jangan anggap rumah sendiri ya." Katanya bercanda mungkin?, tapi terlihat serius.

Lega rasanya melihat Jinhye kecil akhirnya diam dalam sekejap di dekapannya. Andai aku jadi Jinhye- NO!! What are u thinking dude!!

Tiba-tiba suara serak Jinhye keluar memecah kecanggungan. "Tante Jichu jadi mama aku ya?"
.
.
.
.

END CHAPTER 11~
See You Next Chapter!^^

Jangan lupa tinggalin jejak☆☆

Jangan kapok baca ff aku yaa:') makasih banyak yang udah baca, vote, comment♡♡

Daylight (JinSoo Ver.)Where stories live. Discover now