Chapter 26 : Daylight! (Seokjin)

1.8K 203 6
                                    

Vote+comment!!!





















"Appa! Ayook, katanya mau naik petawat jam 8? Itu udah jam delapan kenapa belum berangkat?!" Kata Jinhye kesal bahkan berkacak pinggang di hadapanku padahal hanya jarum panjang yang ada di angka delapan, aku pun mencubit pipi gembulnya.

"Nggak sopan, sama appa kok gitu sih." Kataku menasehatinya.

"Ahhh~~ aku mau pulang ke Korea sekaraaangg~~" katanya merajuk dan akhirnya menangis.

"Udah kangen sama nenek ya?" Godaku dan ia langsung memelukku. Entah kenapa ia takut dengan ibuku. Ibuku memang suka usil tidak seperti ibu Hyera yang selalu memanjakan Jinhye, dan aku juga tidak suka itu karena sepulang Jinhye dari sana, ia pasti akan menjadi anak yang manja dan menangis kalau tidak dituruti kemauannya.

Akhirnya daripada ribut, aku mengajak Jinhye berjalan-jalan terlebih dulu berpura-pura berangkat ke bandara sekalian makan malam terlebih ahulu karena ini masih pukul 6 sore.

Sampai di restoran, Jinhye langsung memakan makanannya dengan lahap sampai habis dan akhirnya kembali merajuk minta berangkat, akhirnya aku pun memutuskan untuk benar-benar berangkat karena penerbangan tinggal satu jam lagi. Selama menunggu di bandara, Jinhye tidak bisa duduk diam karena penasaran dengan semua yang ada di bandara mulai dari melihat pesawat yang terbang dari jendela kaca, membeli minuman dan makanan ringan dari vending machine yang ada di ujung bandara, bahkan naik turun eskalator sendirian karena baru senang-senangnya, untung saja aku tidak lengah mengawasi putri kecilku itu. Akhirnya dia lelah sendiri setelah setengah jam berolahraga seperti itu dan memutuskan untuk duduk di sampingku.

"Udah capek?" Ledekku paa putri sematawayangku.

"Aku boseeen~ kapan selesai nunggunya?" Katanya kembali merajuk.

"Sana marahin pilotnya kalo berani." Jawabku dan ia pun cemberut maksimal, ekspresi kesukaanku.

"Appa, Jinhye mau telfon eomma." Kata Jinhye merayuku tiba-tiba. Aku hanya bisa diam mendengar kata-kata Jinhye mengingat kini pasti di jari manis Jisoo sudah tertaut cincin pertunangannya dengan orang pilihan Namjoon sialan itu. Aku bahkan sampai sekarang masih merasa bersalah pada Seungwan yang ku marahi padahal tidak salah apa-apa saat ia mengatakan bahwa Jisoo ditunangkan oleh Namjoon saat hari ulang tahunnya.

"Appaaa~~ Jinhye mau telfon eomma~~" ulang Jinhye kesekian kalinya.

"Eomma-mu siapa emang? Eomma-mu udah meninggal." Jawabku akhirnya setelah pemaksaan panjang Jinhye. Sial, aku benar-benar menyesal mengatakan hal ini. Ini benar-benar menyakitkan bagiku, dan tentunya bagi Jinhye ia bahkan langsung menangis saat aku mengatakannya, begitu juga aku. Maafkan appa, Jinhye-ya. Dan kami pun berpelukan.
.
.

Sekitar pukul 11 malam aku sampai di Korea dengan barang bawaan penuh di tangan kiri dan tangan kananku menggendong Jinhye yang tertidur pulas, itu pun belum barang-barang yang ada di bagasi pesawat. Untung saja saat keluar dari pesawat aku sudah bisa melihat Jungkook yang menyambutku di luar. Aku langsung saja menyerahkan Jinhye kepada Jungkook dan aku menunggu barang di bagasi.

Jungkook membawa Jinhye ke rumahnya dan aku menaiki taksi untuk membawa barang-barangku ke rumah lama ku yang kini sudah kosong kembali setelah ku kontrakkan. Rumah itu tidak berubah, semuanya tidak berubah bahkan catnya. Aku menutup pintu, pintu yang waktu itu menjadi tempat Jisoo bersandar saat aku mencegahnya keluar karena Namjoon. Aku masih jengkel. Rasanya benar-benar kesal mengingat aku sudah tidak dapat memiliki Jisoo lagi dan Jinhye? Entah bagaimana aku harus mendidiknya setelah ini, semakin dewasa tentu saja ia butuh bimbingan sesama perempuan. Aku pun menata barang-barangku yang kubawa dari Jepang ke tempatnya seperti semula saat aku tinggal disini.
.
.

Daylight (JinSoo Ver.)Where stories live. Discover now