Chapter 39 : Don't Go (Jisoo)

1.6K 191 4
                                    

Vote+comment!!!



















Kami beranjak secepat kilat menuju rumah Jennie, namun ia sudah tidak ada di rumahnya dan kata tetangganya ia pergi dengan kopernya pagi-pagi sekali. Tinggal satu tujuan yang mungkin dituju oleh Jennie, rumah ibunya dan itu akan menghabiskan waktu selama 2 jam perjalanan. Kami pun berangkat. Jantungku benar-benar tidak berhenti berguncang dan aku tidak bisa tenang. Aku tak henti menggigiti ibu jariku sampai akhirnya tangan Seokjin meraih tangan kiriku dan mengelusnya dengan lembut.

"Jangan panik." Katanya sambil masih fokus menyetir. "Jangan dibayangin yang enggak-enggak. Pikirin hal lain dulu. Biar aku juga bisa konsen nyetirnya." Lanjutnya. Jadi aku mengganggunya? Aku pun menghirup nafas panjang berkali-kali namun tetap saja jantungku tidak bisa tenang.

"Kamu bahas apa gitu. Biar aku nggak kepikiran." Kataku. Ia menatapku sejenak lalu mempererat genggaman tangannya.

"Jinhye gimana ya sama Hoseok?" Katanya. Benar juga, hari ini dia belum bertemu dengan Jinhye karena aku.

"Maaf ya, gara-gara aku kamu jadi nggak ketemu Jinhye." Sialnya aku malah menjadi merasa bersalah. Seokjin kembali mengganti topik.

"Udah nengok anaknya Seungwan belum? Ganteng lo, tapi miripnya sama Seungwan." Katanya terkekeh.

"Oh iya, kamu semalem tungguin Seungwan Sunbae lairan ya? Kamu tidur berapa jam doang? Maaf ya, kamu jadi nggak bisa istirahat gara-gara aku." Jawabku kembali sedih. Ia menghembuskan nafasnya kasar.

"Udahlah, kamu tidur aja. Percuma dari tadi aku ajak ngomong malah minta maaf mulu." Katanya sembari melepas genggaman tangannya. Ia pasti kesal.

"Maaf." Kataku lagi. Ia pun mengerem mobilnya, kebetulan saja ini traffic light. Seokjin menghadapku dan mendekatkan tubuhnya kepadaku. Ia menekan tombol kecil di pegangan pintu mobilku dan tiba-tiba jok yang kududuki menurunkan sandarannya.

"Udah, tidur aja." Katanya sembari mengelus kepalaku lembut. Jantungku masih saja berdebar keras, tapi kurasa kini penyebabnya sudah berbeda.

Satu setengah jam perjalanan sudah berlalu. Seokjin membangunkanku dari tidurku untuk menanyakan tepat rumah ibu Jennie. Kami pun sampai, eomonim membukakan pintunya untuk kami dan mempersilahkan kami masuk.

"Jennie di kamar, pusing katanya dari tadi nggak mau keluar." Kata eomonim.

"Kalo gitu boleh saya yang masuk?" Tanyaku dengan sopan, beliau mengangguk namun raut wajahnya khawatir.

"Sekalian bawakan makanan ya? Dari tadi belum makan." Katanya. Aku pun beranjak ke kamar Jennie membawa nampan berisikan teh dan sup lalu mengetuk pintunya.

"Aku pusing, Bu. Mau tidur aja." Kata Jennie.

"Ini Jisoo, Jen. Aku masuk ya?" Tanyaku. Ia tidak menjawab dan aku pun mencoba membuka pintunya, namun terkunci.

"Jen, kita harus bicara. Sebentar aja. Tolong." Kataku. Lalu akhirnya setelah sekitar 5 menit ia baru membukakanku pintu.

"Kenapa sih sayaaang~" Kata Jennie dengan wajah cerianya. Aku tidak menyangka ini tapi benar-benar terlihat dia baru saja mencuci mukanya karena matanya yang bengkak habis menangis.

"Curhat dong sini sama aku." Kataku sembari memasang wajah cemberut. Ekspresi wajahnya berubah sejenak.

"Jangan ah, kamarku kaya kapal pecah. Pulang aja gih sana." Kata Jennie.

"Jen, please. Jangan kaya gini. Kamu nggak salah apa-apa jangan nangis sendirian kaya gini." Jawabku mulai serius, tatapannya juga sudah mulai serius.

Daylight (JinSoo Ver.)Where stories live. Discover now