Chapter 5 : Flashback

3.1K 323 2
                                    

Rasa penasaran ditambah rasa bersalah ini menyebalkan, membuatku tidak dapat menyingkirkan suaranya yang parau saat meminta maaf tadi dari pikiranku. Apakah ini awalnya?
.
.
.
.

Sepulangku dari pernikahan Yoongi dan Seungwan, aku menyempatkan diri untuk berkunjung ke mendiang ibu Jinhye, wanita yang paling kucintai setelah ibuku dan Jinhye. Aku memandangi fotonya yang sendirian mengingat kami bertiga belum pernah sempat foto bersama.

Pikiranku flashback ke masa lalu. Masa dimana Hyera masih mendampingiku, melayaniku dengan penuh kasih sayang, memarahiku dengan nada bicara kesalnya yang unik, berteriak membangunkanku tengah malam karena kedinginan, manjanya, sampai akhirnya wajah manis itu tersenyum untuk terakhir kalinya sebari menatapku dan mengatakan "Namanya Jinhye, ya? Seokjin-Hyera. Jaga dia, sayang. Aku sangat mencintai kalian berdua. Sangat. Terlalu." Lalu mata itu tertutup rapat dan tidak terbuka lagi sampai hari ini.

Air mata mengalir dari sudut mataku. Kalau sudah masalah tinggal-meninggalkan hatiku memang sedikit sensitif. Kejantananku bisa musnah seketika.

"Annyeong, Sayang. Lama nggak ketemu. Kamu nggak kamgen kita? Aku kangen banget." Gumamku dengan mulut bergetar. "Oh iya, hari ini... Min Yoongi menikah loo. Mereka serasi banget sampai nggak pantas dikatakan kontrak." Aku menghembuskan nafas panjang. "Aku marah. Kenapa mereka nggak menghargai pernikahan? Mereka bakal nyakitin diri sendiri, keluarga, orang terdekat mereka kan? Sayang, kamu setuju sama aku bukan?" Kataku sudah sesenggukkan. "Ini, tadi aku memotret foto mereka saat ciuman. A-aku... bener-bener kangen kamu... Jinhye juga pasti pengen lihat kamu. Jinhye butuh ibu. Kenapa kamu pergi terlalu cepat?" Aku mengelus tengkukku dan terduduk menangis di samping abu istriku itu. Setelah kira-kira satu jam aku berdiam di sana aku memutuskan pulang ke rumah karena teringat pada Jinhye yang seharian dirumah bersama nanny-nya.

Sesampainya di rumah, kubuka pintu apartementku yang berada di lantai 14. Aku sudah memastikan kalau mataku sudah tidak sembab lagi supaya Jinhye tidak menyadari kalau aku habis menangis.

Aku melihat gadis kecil itu masih bermain dengan puzzlenya bersama sang nanny. "Jinhye! Appa pulang!" Akupun berlutut untuk menyetarakan tinggi dengannya lalu memeluknya. Lagi-lagi aku teringat kembali pada wanita yang baru saja kudatangi tadi. Aku memejamkan mataku berusaha tidak menangis namun air mata ini tidak bisa dibendung lagi.

Karena nafasku yang tersengal karena menangis, Jinhye menyadarinya lalu melepas pelukanku. "Appa kenapa menangis?" Katanya sembari mengusap air mataku. Anak kecil ini... bisa-bisanya membuatku terharu.

"Nggak apa-apa. Appa kangen sama Jinhye, kangeeeeen banget, jadinya nangis." Kataku sambil tersenyum menatapnya.

CHU~

Bidadari kecilku itu mengecup hidungku dan berkata "Jinhye udah cium Appa! Appa nggak boleh nangis!" Katanya meninggikan suaranya. Imut sekali anak ini... mirip sekali dengan ibunya. Dan bapaknya... kkk~ aku kembali tertawa gemas.

"Jinhye kok belum tidur?" Tanyaku sembari menggendong tubuhnya yang mungil. "Aku pengen tidur sama Appa. Kan seharian aku nggak ketemu Appa." Katanya dengan nada imut. "Ok! Malam ini Jinhye tidur sama Appa ya. Tapi harus cepetan tidur. Besok kan kita mau piknik." Kataku gemas. "Asyiiiiik!!! Om Hoseok juga ikut kan, Pa? Tante Seungwan juga?" Tanyanya imut. Aku menganggukkan kepalaku kecil lalu menciumi pipi bakpaonya.

Esoknya di Jepang. (Baca versi WenGa)

Kami kesiangan gara-gara Yoongi yang tidak mau bangun. Padahal sejak kemarin dia yang ribut mengajak kami bangun pagi untuk melihat sunrise. Akhirnya karena tidak dapat sunrise, kami berjalan-jalan ke taman sakura lalu beranjak ke pasar tradisional yang ada di sana. Ku biarkan Jinhye berjalan di depan bersama Hoseok dan Seungwan, orang favoritnya di geng ini sementara aku berjalan di belakang dengan Namjoon yang sedari tadi mendiamkan aku entah kenapa.

"Kim Namjoon." Kataku membuka obrolan. "Kenapa?" Jawabnya singkat.

"Apa aku melakukan kesalahan?" Tanyaku. Aku memang orang yang tidak suka perpecahan, jadi setiap aku merasa ada yang janggal, aku akan langsung mengutarakannya.

"Hyung tau adikku?" Tanya lelaki yang sedari tadi mendiamkanku. "Hah? Kenapa tiba-tiba nanya? Katamu aku nggak perlu tau?  Katamu kamu nggak bakal ngekspos dia kan?" Jawabku.

"Nggak. Aku bakal ngenalin ke kalian nanti. Tapi dia tetep bukan untukmu. Bukan untuk siapapun." Jawabnya. Aku menyengir kebingungan. Siapa yang tidak heran jika mendengar pernyataan lelaki jangkung itu. Padahal aku sudah jelas-jelas mengatakan aku tidak tau menau bab adiknya yang tersayang itu.

"Kamu marah sama aku karena ini? Ada apa sih, Joon? Aneh deh." Kataku dengan nada yang kutinggikan.

"Aniyaaaa...." katanya sambil tiba-tiba menatapku imut lalu menggandengku. "OK! Maaf ya, Hyuuuung..." Lanjutnya. Dasar orang aneh.

Kami ber-10 yang asyik berbelanja dan makan setiap jajanan yang ada di pasar itu resmi kelelahan plus kekenyangan kecuali gadis kecilku dan istri Yoongi yang padahal sedari tadi mengaku sakit perut karena habis ditendang oleh sang suami. Mereka masih asyik berjalan-jalan dan mencicipi makanan selagi yang lainnya duduk-duduk di luar pasar. Karena terlalu lama akhirnya aku, Hoseok, dan Yoongi menyusul mereka.

Sesampainya di dalam, aku berencana menelfon Seungwan yang ternyata membawa handphone Yoongi, namun handphoneku tidak ada di saku, semoga saja tertinggal di hotel. Akhirnya Hoseok yang mencoba menelfon mereka.

"Halo, Hoseok~ aku terjebak di sini." Kata Seungwan dari telfon yang di loudspeaker. "Terjebak dimana?!" Teriak Yoongi khawatir.

"Di sini, kios oleh-oleh, aku nyenggol lukisan terus jatuh. Terus aku nggak bawa cash. Yoongi kamu bawa uang kan?" Katanya dengan nada panik. Setelah dia mengirim lokasi lewat pesan singkat, aku berlari dan mencari kios itu untuk menjemput putri kecilku. Aku menyesal meninggalkannya bersama wanita itu.

Sesaat sesudah kami sampai di kios itu, Yoongi yang kaya raya itu membereskan semua masalah dengan sekejap lalu aku membawa Jinhye untuk keluar dari kios itu meninggalkan Yoongi, Seungwan, dan Hoseok untuk kembali ke hotel dengan alasan mengecek handphone-ku apa benar masih di hotel.

Sesampainya di hotel, aku segera mencari-cari dimana gerangan handphone itu. Untung saja benda itu benar-benar tertinggal di hotel. Aku menyalakan benda yang sedari tadi ku-charge dalam keadaan mati itu dan mendapati 17 pesan baru.

Dari Jisoo?!
.
.
.
.

END CHAPTER 5~
See You Next Chapter!^^

Jangan lupa vomment

Note: baca WenGa version, cerita berhubungan ♡

Daylight (JinSoo Ver.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang