Part 20 🌺

Mulai dari awal
                                    

"Tidak papa."Orang itu langsung pergi meninggalkan Clara. Setelah mengucapkan dua kata tanpa menoleh.

"Kenapa aku merasa pernah melihat orang tadi, aahh pasti perasaan aku saja." Ucap Clara mengingat-ingat kapan dia pernah bertemu pria itu.

"Clara\ mama." Clara menoleh ke arah sumber suara dan mendapati Putri dan Valdo yang berjalan kearah mereka.

"Mama..." Putri berlari kecil dan langsung memeluk Clara.

"Ahh Putrinya mama." Clara langsung memeluk Putri dan menciumi pipi tempem tersebut bertubi-tubi.

"Putri kangen."

"Mama juga kangen."

"Saya juga kangen." Ucap Valdo.

Putri dan juga Clara serempak menoleh ke arah Valdo dan langsung tertawa, cara pengucapan Valdo itu seperti anak kecil yang di tinggal lama oleh mamanya. Kata yang diucapkan dibuat-buat manja tetapi terdapat masih ada kesan dinginnya. Terasa kaku.

"Sudah-sudah ayo kita pulang."

"Ayo.."

Sekarang Putri telah di ambil alih oleh Valdo di gendongannya. Mereka berjalan ke arah mobil yang Valdo parkirkan. Dan tak beberapa lama mereka telah sampai di rumah. Zidan masuk sambil membawakan tas milik Clara.

Clara membuka pintu rumah dan..

Kejutan..

Clara terharu dengan apa yang ia lihat sekarang. Semua orang berkumpul di sini sambil memberi kejutan untuknya.

"Ayo mbak masuk." Ucap Dinda.

Mereka semua berkumpul di ruang tamu merayakan atas kembalinya Clara dari rumah sakit. Berada diruang tamu dengan kue yang disuguhkan membuat suasana terasa hangat.

"Ayo tiup lilinnya Clara!" Ucap nenek.

Fuhhh

Suara tepuk tangan memenuhi ruangan setelah Clara juga Putri meniup sebuah kue yang sudah disiapkan untuk menyambut kepulangan Clara. Terlihat raut kebahagian diwajah masing-masing. Dan setelah menerima ucapan selamat dari yang lain, kini beralih keacara potong kue.

"Sekarang ayo kita potong kue." Putri langsung mencomot kue, semua orang di buat tertawa oleh aksi Putri yang langsung memakan kue itu. Semua mendapatkan suapan dari Clara satu persatu, membuat semua tertawa.

Yuli menghampiri Clara yang duduk di salah satu sofa. "Clara saya telah mempersiapkan semuanya dan besok kita sudah siap untuk berangkat ke Jakarta."

Seketika suasana kembali hening, yang semula terdengar suara tawa dari semua orang dan kini hanya terdengar Putri sedang perceloteh akan rasa kue yang enak itu.

"Mi, itu kan bisa di bicarakan besok kenapa harua sekarang?" Ucap Valdo kepada Yuli. Maminya itu apa tidak tau situasi yang ada.

"Tidak apa-apa kok tuan."

Clara berjalan ke arah nenek yang sedang duduk di salah satu sofa. Mungkin ini sudah waktunya dia untuk berpamitan.

"Nek... terima kasih atas semua yang telah nenek lakukan untuk Clara nek, entah apa yang harus Clara lakukan untuk membalas perbuatan nenek." Clara bersujut di depan nenek sambil menitihkan air mata.

"Bangun Clara!" Nenek membantu Clara untuk duduk disebelahnya. "Nenek tidak meminta kamu untuk membalasnya, nenek hanya meminta kamu untuk tidak melupakan kami yang ada di sini itu saja Clara."

Nenek dan juga Clara langsung berpelukan sangat erat, hampir lima tahun Clara menghabiskan hidup bersama-sama. Ia tak akan pernah melupakan mereka semua atas kebaikan yang mereka berikan kepadanya.

Clara melepas pelukannya dan kini berjalan ke arah dinda.

"Mbak Clara saya pasti akan merindukan mbak Clara." Dinda memeluk Clara dan juga di balas olehnya.

"Aku juga akan sangat merindukan mu Dinda." Dinda melepas pelukan mereka.

"Saya sangat berterima kasih kepada mbak Clara, kalau tidak ada mbak Clara waktu itu mungkin saya akan jadi gelandangan mbak."

"Huss ini sudah takdir dari tuhan Din, kita tidak tau nasip hidup kita."

Clara menghampiri Zidan yang berada di sebelah daun pintu tanpa menoleh ke arahnya. Yang paling menghawatirkan dia saat masa-masa sulit adalah Zidan. Merut Clara, Zidan adalah kakak yang selama ini ia idamkan.

"Zi, entah, aku harus mengucapkan kata-kata apa untuk kamu, tetapi aku sangat berterima kasih atas semuanya Zi. Kamu adalah kakak terbaik yang diberikan Allah kepadaku." Akhirnya Zidan pun menoleh ke arah Clara juga.

"Tidak papa Ra, ada seseorang yang mengatakan kepada ku, sesama manusia memang harus saling menolong. Aku sudah menganggapmu seperti adikku sendiri selama ini." Clara tak tahan untuk menangis, ia langsung memeluk Zidan.

"Terima kasih Zi."

Hari sudah menjelang malam kini semua orang pergi ke kamarnya masing-masing. Clara sudah tidak tinggal di apartemennya karena dia ingin menghabiskan hari-harinya bersama dengan orang-orang yang ia sayangi.

Dia telah banyak menghabiskan waktu dengan mereka semua dengan canda tawa bersama dan juga apabila kesedihan datang mereka semuapun saling memberi semangat.

Setelah mereka menjalankan subuhan bersama sekarang Clara dan juga Putri telah siap untuk pergi.

Kini mereka telah berada di dalam pesawat. Clara duduk bersama Valdo sedangkan Yuli bersama dengan Putri. Yuli masih tidak menyangka kalau Valdo telah menghamili wanita tapi ia juga senang mendapatkan seorang cucu yang cantik seperti Putri.

Pesawat yang mereka tumpangi memanglah pesawat pribadi jadi mereka tidaklah khawatir akan keadaan yang ada.

Clara sangat jengah dengan Valdo, bagaimana tidak Valdo selalu saja mencari kesempatan untuk mengodanya.

"Ayolah Clara suapin saya!"

Seperti sekarang Clara tidak tau jin mana yang telah merasuki Valdo. Ia seperti seorang anak kecil yang meminta di suapi oleh mamanya. Semua orang hanya tau apabila tuan Alvaldo Putra Dirmana terkenal akan sikap dinginnya itu ternyata di dalamnya memiliki sikap manja yang tak ketulungan.

"Astaga, tuan seperti Putri tau tidak kalau memintak di suapin seperti ini."

"Sekali-kali kan tidak papa Ra."

"Nanti jadi dua kali dong."

"Kalau itu juga tidak papa hihi." Sambil menunjukan giginya yang putih tertata rapi itu.

Clara memutar kedua bola matanya jengah ia harus menurutinya kalau tidak Valdo pasti akan terus memaksanya. Akhirnya Clara pun menyuapi si baby besar itu. Kemana pergi sang Valdo yang dulu, Clara sangat merindukan sikap dingin itu.

"Hemmm.. enak apa bila kamu yang menyuapi Ra." Puji Valdo.

"Terserah.."










🌺🌺🌺









Lanjut.......

Little Baby (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang