Valdo merasa tenang, akhirnya kerja kerasnya selama ini membuahkan hasil. Berkat dia yang hampir bergadang setiap hari kini hasilnya membuat dia lega.

"Pak Valdo, bagaimana kalau kita mengadakan perayaan atas penghargaan restoran dan mall terfavorit di Bali." Irwan salah satu manajer dari D'mall yang cukup ternama di Bali angkat suara.

Rencana mereka sekarang adalah untuk merayakan penghargaan restoran dan mall terfavorit. Perayaan itu Valdo buat setiap mereka memenangkan penghargaan itu. Salah satu manajer menyarankan Bali untuk tempat perayaan tersebut diadakan.

"Benar pak, di sana pemandangannya cukup indah dan juga Bali memiliki pantai yang cukup terkenal, kita bisa sekalian berlibur di sana." Radit, manajer dari D'hottel menyetujui saran dari Irwan.

Valdo memikirkannya sejenak, apa salahnya dia memilih Bali untuk mengadakan perayaan di sana. Yang mereka katakan memang benar, mereka juga butuh hari libur.

"Oke, kita bisa pergi ke Bali." Ucap Valdo. "Besok lusa kita akan bersiap-siap untuk berangkat ke Bali. Sekian rapat hari ini, terima kasih atas kerja sama dan kerja keras kalian. Permisi." Lanjut Valdo dan pergi dari ruang rapat diikuti dengan beberapa pegawai dan juga Rio.

Valdo kembali ke ruangan favoritnya, kembali berkutik dengan kertas dan laptop yang setia menemaninya. Tidak berselang beberapa lama, suara langkah kaki yang menerobos masuk membuat Valdo menoleh ke arahnya.

Seorang pria yang tiba-tiba duduk di kursi depan Valdo dan memutar-mutar kursi itu. "Hello bro! Bagaimana kabarmu? Sudah lama kita tidak bertemu."

Valdo kembali mengetik di laptopnya dan bertanya. "Kapan sampai?"

Pria itu adalah Nathan, sahabat Valdo sejak kecil sampai sekarang. Dulu saat dia pertama kali pindah ke Amerika, sahabatnya itu memilih tinggal di Paris. Mereka sering menelepon dan membahas beberapa bisnis. Valdo kira dia tidak akan kembali ke Indonesia. Tetapi sekarang sosoknya tiba-tiba muncul, apa dia masih mengingat sahabatnya?

"Sebenarnya sudah satu minggu yang lalu." Ucap Nathan dengan senyum kecil. "Maaf baru bisa kemari, satu minggu ini aku melepas rindu pada tanah air ku, sudah lama sekali aku tidak menghirup udara kepadatan kota ini. Kalau bertemu dengan mu itu soal gampang."

"Tentu saja." Sindir Valdo dengan nada datar seperti biasa.

Nathan kembali bersuara. "Tidak kusangka sekarang tuan Alvado Putra Dirmawan yang dulu kutu buku telah menjadi pengusaha yang sukses seperti ini. Waktu kita sekolah, kamu sangat menyendiri dan selalu saja membawa buku kemanapun kamu pergi. Aku bahkan mengira kamu perpustakaan keliling. Tapi aku sangat bangga kepadamu Do, sahabatku ini adalah panutan ku." Nathan memberikan dua jempolnya kepada Valdo.

"..."

"Do, aku mendengar kalau besok lusa kamu akan mengadakan perayaan di Bali?" Nathan berdiri dari duduknya. Valdo mulai curiga kenapa dia membahas masalah ini.

"Kenapa? Ikut?"

"Tentu saja aku akan ikut! Sudah lama kita tidak berlibur bersama."

"Aku ke Bali hanya dua hari, jika kamu ingin berlibur, pergi bersama beberapa karyawan."

Valdo memang memberi waktu liburan pada karyawannya, tetapi dia hanya dua hari di sana dan itu juga untuk bisnis. Jika Nathan ingin berlibur maka berlibur saja, tanpa dirinya. Valdo tidak menganggap hal itu terlalu penting.

"Kamu tidak seru Do, seharusnya kita ke Bali lebih dari dua hari. Apa kamu tidak ingin menenangkan diri dan istirahat, ataukah menemukan gadis bule untuk diajak kencan..."

"Pekerjaan banyak Nat." Valdo memotong pembicaraan Nathan.

"Kamu sudah sukses Valdoo, apa salahnya liburan satu minggu atau lebih toh kamu tidak akan bangkrut."

"Aku tidak suka pekerjaan menumpuk Nat."

"Kamu sangat gila pekerjaan Alvaldo Putra Dirmawan!" Ucap Nathan dengan wajah yang frustasi. "Kapan kamu mau mencari pasangan hah? Aku bahkan sudah memiliki satu anak, tinggal kamu kapan punya istri hah?" 

Nathan memang sudah menikah dan telah di karuniai satu anak laki-laki. Kehidupannya di Paris terlihat lancar bahkan masalah jodoh. Dia mendapatkan istri yang sangat cantik dan baik.

"Jangan mulai Nat, kamu seperti Mama..."

Nathan tiba-tiba memotong. "Tentu saja, sekarang umurmu sudah matang, cocok untuk menikah, apa kamu tidak bosen hidup sendiri?"

"Bener apa kata kamu Nat." Tiba-tiba dari arah pintu Yuli datang dan membawa sebuah rantang ditangannya. Yuli menghampiri mereka dan ikut serta untuk menuntut Valdo.

"Ehh, tante Yuli, tante apa kabarnya sekarang?" Nathan menyalami Yuli, dia sangat menghormati Yuli seperti dia menghormati ibunya sendiri.

"Baik Nat, bagaimana kabar kamu dan keluarga kecilmu?" Yuli menekan kata 'keluarga kecil' agar Valdo bisa mendengarnya. Kadang Yuli sangat iri pada Nathan, kapan dia bisa melihat Valdo bahagia dan memiliki anak.

"Baik juga kok Tante, malah sekarang Leon sudah bisa membaca dan berhitung."

"Benarkah, kapan-kapan ajak dia kemari. Tante sangat ingin melihatnya."

Mereka asik mengobrol tanpa memperdulikan Valdo dan Valdo tidak tertarik mendengarkannya. Mereka berdua duduk disalah satu sofa ruangan ini. Yuli duduk dihadapannya dan Nathan mengambil duduk disebelah dengan girang.

Yuli menata rantang itu di atas meja dan memperlihatkan isi dari makan siang yang dia bawa. Selama empat tahun ini Valdo selalu memintanya untuk membawakannya makan, dia sudah tidak selera makan makanan di kantin perusahaannya.

"Tan, bawa makanannya sedikit apa banyak?" Nathan masih sama seperti dulu.

"Kebetulan banyak kok Nat."

"Boleh join tidak Do?"

"Emm."

"Oke." Nathan langsung memakannya.

Kini hari dimana mereka pergi ke Bali tiba, mereka mulai berangkat pagi hari sekali. Valdo tidak bingung akan berangkat menggunakan pesawat mana, karena dia memiliki pesawat pribadi sendiri yang sudah memiliki surat izin. Di Bali juga dia sudah memiliki hotel, Valdo tinggal di kelas VVIP miliknya dengan nyaman.

"Semoga sahabat tersayang ku satu ini kecantol dengan wanita Bali."

Valdo dan Nathan sudah berada di Bali lima belas menit yang lalu dan mereka akan menuju ke hotel. Tanpa menghiraukan ucapannya, Valdo terus berjalan tanpa mengatakan satu katapun, dia tidak tertarik dengan apa yang sahabatnya itu katakan.

Valdo datang hanya membawa dua bodyguard, biasanya dia membawa lebih dari itu tetapi mengingat ini hanya perjalanan bisnis, dua sudahlah cukup. Sepanjang perjalanan banyak orang yang melihat ke arah mereka, terutama kaum hawa yang melihat dengan tatapan malu-malu dan terang-terangan.

"Do aku akan makan, kamu bisa pergi dulu."

"Terserah." Valdo langsung pergi ke arah kamar dimana dia tinggal.





🌺🌺🌺

Lanjut.....

Little Baby (Tamat)Where stories live. Discover now