Dua kali deringan akhirnya telpon itu tersambung, Clara mengucapkan tujuannya menelfon. "Hello tuan, ini dari toko bunga Beautiful Roses, apakah tuan masih berminat untuk membeli bunga anggrek dari toko kami?"

"Enn, apakah bunganya sudah ada?" Orang itu langsung menjawab setelah Clara bertanya.

"Sudah tuan. Apa tuan mau mengambilnya hari ini ataukah saya yang akan mengantarkannya?"

"Saya akan ke sana."

Clara menganggukkan kepala dan berkata. "Baiklah, saya akan menunggu anda."

Tidak ingin membuang waktu, Clara segera menyiapkan pesanan yang di minta oleh tuan itu, karena pesanan bunganya lumayan banyak, dia dibantu oleh Dinda. Setelah selesai membungkus bunga-bunga itu, bunyi lonceng terdengar, dan pria itu datang tepat waktu.

Clara meminta pria itu menunggu sebentar dan dia kembali membawa beberapa bungkus bunga anggrek putih yang terlihat sangat cantik. "Ini tuan pesanan anda." Clara memberikan bunga itu dengan sopan.

"Terima kasih, ini uangnya."

"Sebentar, saya akan mengambil kembaliannya terlebih dahulu."

Belum sempat Clara beranjak, pria paruh baya itu menggenggam tangan Clara dan mengatakan. "Tidak perlu, kamu ambil saja kembaliannya."

"Tapi tuan..." pria itu tidak menanggapi perkataan Clara dan pergi begitu saja. "Terima kasih tuan." Ucap Clara dengan sedikit berteriak.

Suatu saat kamu akan mengetahui siapa diriku nak. Kamu tumbuh sangat dewasa dan cantik seperti ibumu.~ batin pria itu.

*****

Valdo menyentuh kepala yang terasa sangat pusing, Entah mengapa satu bulan ini dia terus saja mengalamai morning sickess seperti halnya seorang perempuan hamil. Di pagi hari perut terasa mual dan saat mencium bau-bau yang mencolok detik itu juga dia langsung muntah. Valdo juga sering menginginkan sesuatu yang dapat di sebut dengan istilah ngidam. Menginginkan hal-hal aneh dan selalu lapar. Ada apa dengannya? 

Dan saat ini dia sedang memuntahkan seluruh sarapan paginya di wastafel. Yuli yang melihat putranya sakit merasa sangat prihatin.

"Kamu ini kenapa sih Do, sering muntah-muntah dan sering menginginkan sesuatu yang aneh-aneh. kalau kamu itu bukan laki-laki, mama merasa kamu sedang hamil tau." Yuli terus memijat leher belakang putranya dengan lembut.

"Entahlah Ma, Valdo juga tidak tau." Sambil mengatakan itu, Valdo membersihkan tangan dan membasuh mukanya dengan air dingin.

"Kamu sudah bertanya pada Danu tidak?"

Danu adalah dokter pribadi keluarga mereka, dia telah menjadi sahabat papanya sejak kecil dan sudah dia anggap seperti keluarga. Jika Valdo sakit, Valdo akan bertanya Kepadanya.

"Sudah, om Danu mengatakan kalau aku baik-baik saja."

"Berarti itu tandanya kamu harus segera menikah Valdo. Tuhan memberikan kamu sakit ini supaya kamu memberi mama cucu."

"Jangan mulai lagi Ma, Valdo sudah pernah mengatakan pada mama kalau Valdo ingin fokus dengan pekerjaan yang papa berikan kepada Valdo."

"Iya iya mama tau."

"Ma...." Tiba-tiba saja Valdo menginginkan roti Pai yang mamanya buat. Roti terenak yang pernah dia makan.

"Ada apa Do?"

"Aku ingin mama membuatkan ku Pai susu yang pernah mama buat waktu aku kecil." Valdo mengatakan itu dengan nada datar namun sedikit berbeda jika Yuli yang mendengar, terdengar sangat manja tetapi malu mengatakan.

"Astaga Valdo, baru saja kita membahas gejala aneh milikmu dan sekarang gejala itu kambuh lagi. Biar mama minta bi Minah untuk membuatkannya."

"Tidak! Valdo ingin Maman yang membuat!"

Yuli hanya bisa menggelengkan kepalanya, ternyata Valdo lebih manja dari adiknya, Chantika. "Baiklah, mama akan membuatkan Valdo Pai, sekarang ayo kita ke dapur."

Valdo mengikuti Yuli seperti anak kucing yang mengikuti induknya. Valdo melihat Mamanya yang berkutik dengan adonan kue, Valdo membayangkan bagaimana jika dia melihat istrinya besok, apakah dia sebaik mamanya?

Matahari mulai terbenam, Valdo baru saja menyelesaikan semua pekerjaannya. Dia sudah bisa membuat nama D'grup melesat tinggi karna kerja kerasnya. Kini perusahan mereka cukup terkenal di negara-negara lain. Valdo, Dirmawa, dan juga Bima, suami dari Fitri telah membangun beberapa perusahan ternama di berbagai negara terutama negara Asia. Mulai dari restoran, hotel, mall, Valdo yang berperan besar dalam mengelolanya. Di Indonesia saja Valdo yang harus memegang beberapa perusahan restoran dan mall yang cukup ternama.

Tak terasa kini sudah delapan bulan Valdo menjalankannya, waktu yang berputar begitu cepat sungguh membuat orang tidak menyadarinya.

Valdo berjalan menuju kamar, tubuhnya yang sangat lelah membuat Valdo ingin segera memeluk bantalnya. Hari ini dia harus mengurus masalah yang ada di Jakarta, seorang manajer restoran terlibat korupsi yang cukup besar, Valdo harus menyelesaikan masalah ini secepat mungkin.

Ketika Valdo tertidur, didalam mimpinya, dia melihat bayangan samar seorang anak kecil.

Papa, apakah papa tidak mengenaliku.

Suara yang sangat lembut dia dengar.

Valdo melihat gadis kecil itu berlari menghampirinya dan memeluk tubuhnya dengan erat.

Valdo tidak bisa bergerak, dia ingin berbicara kepada anak itu tetapi mulutnya seolah tertahan. Valdo tidak bisa melihat wajahnya, hanya ada sosoknya saja namun wajah yang buram.

Apakah papa tidak mengenaliku?

Kenapa dia memanggil Valdo dengan sebutan 'papa'. Tiba-tiba dari jauh ada sosok lain, seorang perempuan yang mengenakan gaun putih persis sama dengan yang dikenakan anak itu. Valdo menyaksikan anak yang sebelumnya memeluk dia kini berlari menuju sosok itu, mereka berdua bergandengan tangan dan sang anak melambai pada Valdo.

Sampai jumpa papa, aku akan pergi dengan mama.

Valdo tanpa sadar meneteskan air mata ketika melihat mereka berdua pergi. Hatinya terasa sangat sesak dan tidak merelakan kepergian mereka.

"Tunggu, mau kemana kalian?" Semakin lama mereka semakin menghilang.

Valdo terbangun dari tidurnya, sungguh mimpi yang terasa sangat nyata, bahkan kini wajahnya sudah penuh dengan air mata. Sebenarnya apa yang sedang terjadi, apakah mimpi itu mengisyaratkan sesuatu ataukah hanya bunga tidur.





🌺🌺🌺


Lanjut.....

Little Baby (Tamat)Where stories live. Discover now