46. Food Lover

14.3K 805 6
                                    


Mendengar teriakan itu, Ambrosio otomatis segera berdiri ke sisi Sisilia, bersikap melindungi gadisnya. Ia berdiri menghadap pintu memberi tanda pada Sisilia agar jangan banyak membuat gerakan. Ia khawatir kalau ada serbuan musuh atau pembunuh bayaran. Seharusnya anak buahnya sudah bereaksi sekarang.

Sisilia berdiri menempel di belakangnya. "Apa sesuatu terjadi, Ambrosio? Apa sebaiknya kita melihat ke luar?"

Terdengar suara gaduh derap kaki dan suara percakapan orang-orang dengan nada panik dan marah-marah. Seorang pria bersetelan hitam membuka pintu bilik mereka. Pria itu pengawal Ambrosio.

"Boss, ada seorang pria jatuh pingsan di sebelah, sepertinya keracunan makanan, apa anda ingin meninggalkan tempat ini, boss?" tanya pria itu pada Ambrosio. Mendengar penjelasan itu Ambrosio jadi lebih tenang, ia merapikan jas nya.

"Siapkan mobil, kita pergi dari sini!" seru Ambrosio pada pengawalnya.

"Apa? Kita pergi begitu saja?" keluh Sisilia, Ambrosio berpaling untuk menatapnya. "Lihat ini, makanan kita masih banyak yang belum tersentuh!". Sisilia seorang penyayang makanan. Dia tidak akan meninggalkan makanan mahal dan enak begitu saja.

"Makanan itu mungkin beracun, apa kau masih ingin mengkonsumsinya?" tanya Ambrosio. "Kita beli makanan di tempat lain saja".

Sisilia dengan enggan keluar dari bilik mengiringi Ambrosio. Dia menatap sedih pada makanan lezat di meja mereka. Dia melihat bilik-bilik terbuka dan para pelanggan di dalamnya melongok keluar untuk melihat keributan apa yang terjadi.

Tampak dalam salah satu bilik beberapa pria beradu mulut dengan beberapa pelayan dan seorang pria yang tampaknya manajer tempat ini tampak membungkuk-bungkuk memohon maaf.

"Tunggu sebentar, Ambrosio!" kata Sisilia meninggalkan Ambrosio dan melangkah menuju keributan itu. Ambrosio terheran-heran dibuatnya, tetapi ia tetap mengiringi Sisilia.

Sisilia menyeruak di antara kerumunan orang-orang. "Apa yang terjadi?" tanyanya pada orang di dekatnya.

"Seorang pria jatuh pingsan setelah makan makanan di sini. Temannya marah-marah pada kami, menuduh kami menyajikan makanan beracun dan tidak higenis. Mereka ingin menuntut restoran kami" terang seorang pelayan wanita.

Sisilia perlahan-lahan mendekati pria yang pingsan itu, sementara teman-temannya berdebat dengan manajer. Pria itu berusia sekitar 20 tahunan, dengan setelan jas seperti pegawai kantoran, sama seperti teman-temannya. Wajahnya memerah dan tampak kesulitan bernafas.

"Pokoknya kami tidak mau terima! Kami ingin ganti rugi! Nyawa kami dalam bahaya makan makanan di sini!" bentak seorang pria dengan nyaring agar semua orang mendengar perkataannya.

"Tenang! Tenang dulu, tuan! Kita bisa bicara baik-baik..." sang manajer restoran berusaha menenangkan para pria yang marah-marah itu.

Sisilia membungkuk hendak menyetuh pria yang pingsan itu.

"Hei! Apa yang kau lakukan?!" bentak seorang laki-laki, teman pria yang pingsan itu.

Sisilia tersentak kaget dan menatap pria itu. Ambrosio yang melihatnya mengepalkan kedua tangannya menahan marah pada pria itu.

Sisilia menyimpan tangannya dan berdiri tegak menghadap pria yang mebentaknya tadi lalu berkata dengan tegas dan sorot matanya tajam "Temanmu ini, tuan, bukan pingsan biasa, ia terserang Shock anafilaktik, jika tidak segera ditangani, ia akan segera mati!"

"Ap..ap..apa?!!" para pria itu tergagap mendengarnya "Apa maksudmu? Memangnya kau siapa? Apa kau seorang dokter??"

Tanpa mengindahkan pria itu, Sisilia segera menelpon bagian gawat darurat rumah sakit universitas T dan dia meminta rekannya, Meizu untuk ikut serta dalam tim.

Play In Deception (END)Where stories live. Discover now