5. Tes

32.2K 1.4K 3
                                    

Gadis bertopeng hitam, berambut hitam digelung tinggi dengan mini dress merah marun itu dipersilahkan duduk di samping si Topeng Perak.

Si Biru Elektrik lalu duduk di sofa sebelah kirinya dan wanita pendampingnya merangkul pria itu. Sisilia memandangi kawan-kawan topeng perak itu yang masing-masing merangkul seorang wanita, sedangkan si topeng perak duduk di sampingnya, bergeming.

"Bro, aku sudah menemukan teman untukmu. Jadi, nikmati saja pesta malam ini, oke?" kata si biru elektrik. "Jangan bekerja terus, kau bisa mati muda dan menyia-nyiakan masa mudamu jika tidak tahu caranya bersenang-senang. Buat apa semua uangmu itu jika kau tak pernah bersenang-senang,"

Sisilia terkekeh mendengarnya. Dengan mengenakan topeng, ditambah efek alkohol yang diminumnya, dia menjadi semakin berani dan percaya diri. "Aku rasa tiap orang punya prioritas masing-masing, Mr. Electric ...," ujarnya.

Si Biru elektrik tertawa mendengar nama panggilannya.

Sisilia mengalihkan pandangannya pada Si Topeng Perak "Uhm, Mr. Silver, aku juga datang ke sini untuk bersenang-senang setelah setahun penuh bekerja dan aku juga tidak akrab dengan orang-orang di sini, tetapi pesta tidak lengkap 'kan tanpa ada yang menemani. Bagaimana kalau kita santai saja dan nikmati suasana ini, tanpa perlu mengkhawatirkan siapa kau dan siapa aku." Sisilia memiringkan kepalanya, menatap sejenak, menunggu respons dari Si Topeng Perak. "Kau bisa menyebutku Si Merah," tambahnya karena dalam ruangan itu dia saja yang berbaju merah.

Mr. Silver tampak berpikir sesaat. Wanita ini benar, pikirnya. Ia lalu melemaskan bahunya dan membuka lengannya yang sedari tadi terlipat di dada. "Baiklah!" sahutnya dengan suara dalam.

Selanjutnya suasana menjadi lebih akrab dan santai. Si Topeng perak itu memang tidak banyak bicara, ia senang mendengarkan dan sesekali merespons. Mereka minum-minum dan bersulang atas berbagai hal yang mereka bicarakan, kebanyakan omong kosong dan sekadar saling menyombong antar sesama anak orang kaya.

Si Topeng Perak sesekali mencuri pandang pada Si Merah di sampingnya. Wanita itu memperhatikan dengan baik jika ada yang berbicara dan akan menunjukkan dukungannya pada apa pun yang dibicarakan orang, sesekali tertawa karena lelucon teman-temannya dan bercanda dengan mereka. Seorang pendengar yang baik.

Karena keasyikan bercanda, tanpa disadarinya, tubuh Si Merah makin dempet dengan Si Topeng Perak. Tangannya tanpa sengaja membelai paha padat pria itu. "Oops, sorry!" desah Si Merah sambil terkekeh karena agak mabuk.

Dia lalu balas mendorong pria bersetelan putih yang menyebabkannya terdorong. "Hei, jauh-jauh sana! Kursi sebelah sana masih luas, kau sengaja ya, mau dempet-dempet denganku!" makinya dengan nada bercanda.

Beberapa orang pria dan wanita masuk ke bilik VVIP mereka, sekitar 7 orang, membuat ruangan itu jadi makin ramai dan sesak.

"Duh, bisa-bisa aku bisa hipoksia!" desah Sisilia sambil terbatuk-batuk dan mengibaskan tangannya, karena udara sekarang bercampur bau minuman dan parfum orang-orang dalam bilik itu. Dia berdiri hendak ke luar ruangan, Tidak disangkanya, Si Topeng Perak membantunya berdiri dan menuntunnya melewati teman-temannya yang keasyikan berpesta.

Pria itu menarik tangannya, menuntunnya keluar ruangan VVIP, terus melewati ruang dansa dan terus menuju keluar dari kelab, dan terus menyusuri koridor hotel. Pria itu berjalan cepat hampir membuat Sisilia berlari kecil mengiringinya. Tubuh pria itu cukup tinggi, sekitar 185 cm, langkahnya lebar karena kakinya panjang.

Pria bertopeng perak itu membawanya sampai ke sebuah balkon besar dan udara segar malam itu langsung memenuhi paru-paru mereka.

Sisilia menarik napas dalam. "Huaahh, leganya!!" serunya sambil merentangkan tangannya.

Malam yang cerah. Bintang bertaburan, bulan bersinar terang, membuat awan sedikit terlihat malam itu.

Angin bertiup sepoi-sepoi. Sisilia melepaskan topengnya, melepaskan gelungan rambutnya sehingga rambut hitam kemilaunya tergerai di pundaknya dan diacak-acak oleh angin. Sisilia menyisir rambutnya dengan jari.

Si Topeng perak itu diam saja meskipun menatapnya lekat. Sisilia membalas tatapannya dengan sorot mata sayu karena agak mabuk. Jika pria itu memang tertarik dengannya, maka tes yang dilakukannya akan segera membuahkan hasil. Sisilia mendekatkan tubuhnya pada pria itu. "Aku memulai suatu hubungan karena kepercayaan," katanya. "Bagi beberapa orang hal itu memang sulit, tapi denganmu ...," dia menyusuri kerah setelan pria itu dengan jarinya, "aku ingin kau mempercayaiku, karena ada sesuatu yang ingin kutunjukkan padamu!"


Play In Deception (END)Where stories live. Discover now