43. Lust & Desire

15.4K 849 6
                                    



"Gomenasai, Amano-san....!" desah Sisilia pelan, merasa bersalah. Tangannya membelai rahang Ambrosio yang mengungkung tubuhnya di kursi.

Kening Ambrosio bertaut dibuatnya. Memanggilnya dengan nama Amano dan meminta maaf, diluar dari kebiasaan gadisnya. Ambrosio kembali mengungkung Sisilia dengan tubuhnya. Ia menatap ke dalam mata gadisnya.

"Aku tidak tahu kalung itu sangat berharga bagimu, aku akan mengembalikannya padamu..."

"Katamu kau sudah membuangnya?"

"Uh, aku tidak membuangnya, aku tahu itu benda mahal, jadi aku menyimpannya. Aku tidak bagus berurusan dengan barang mahal, Ambrosio, jadi kalung itu kusimpan di kamarku di asrama".

"Kenapa kau mengatakan kau membuangnya? Aku sangat marah karenanya"

"Karena kau menyakitiku. Kau menampar wajahku, ingat? " Sisilia merengut padanya.

"Itu...." Ambrosio ingin menjelaskan bagaimana perasaannya saat itu, tetapi diurungkannya. "Ah..., maafkan aku soal itu, Sisilia, aku akan menebusnya ..." desahnya sambil menurunkan pandangannya ke bibir Sisilia.

"Bagaimana caramu menebusnya?" tanya Sisilia dengan jantung berdebar-debar.

"Dengan memberimu kenikmatan, tentu saja, katamu sex itu menyenangkan...." kata Ambrosio dengan suara yang semakin pelan, lalu matanya terpejam ketika ia mulai melumat bibir Sisilia dan gadisnya menanggapinya dengan senang hati.

Mereka berciuman lama dan dalam. Sisilia tersandar di kursi, sementara tubuh Ambrosio di atasnya. Lidah Ambrosio menjelajah dalam mulut gadisnya, hangat dan basah. Tangan kanannya menyelip ke belahan dada kimono yang dikenakan Sisilia, sebelahnya lagi membuka bawahan kimono Sisilia, menampilkan kulit krem mulus paha Sisilia. Kaki jenjangnya mengenakan kaos kaki putih hingga pergelangan kaki.

Tangan Sisilia gemetaran menelusuri rahang Ambrosio yang mengeras karena mengunci ciuman mereka, sebelahnya lagi menangkup belakang leher pria itu. Ciuman Ambrosio benar-benar memabukkannya. Pria ini membuatnya melupakan logika dan realita, hanya ada nafsu dan keinginan.

Dari bibir merah ranum lembut itu, bibir Ambrosio berpidah ke leher Sisilia, menjilati dan mengecup lembut kulitnya, dan ketika tangannya membuka belahan kimono Sisilia, hanya untuk menemukan payudaranya, mata Ambrosio membesar dan semakin gelap tertutup kabut birahi. Ia menangkup kedua tonjolan indah itu jadi satu dan melumat kedua puting payudara gadisnya sekaligus dalam mulutnya. Ia kelaparan dan kehausan, memuaskan dirinya di sana dengan merunduk di antara kedua kaki Sisilia yang terbuka lebar.

"Oh...!" desah Sisilia berat. "Kita seharusnya tak melakukan ini di sini...." desisnya dengan mata terpejam. Jemarinya meremas rambut hitam Ambrosio sehingga acak-acakan.

"Dimana?" sahut Ambrosio asal. Matanya terpejam karena terhanyut dalam birahi. Ia membenamkan wajahnya ke dalam dada Sisilia.

"Entahlah...." jawab Sisilia, suaranya tenggelam dalam deru nafasnya sendiri dan nafas Ambrosio. Pria itu semakin menguasainya dan membawanya ke alam lain.

Setelah beberapa saat, terdengar suara laki-laki berseru "Nante koto da!". OMG!

Ambrosio dan Sisilia membeku di posisi masing-masing dengan mata terbuka lebar. Ambrosio yang berwajah cabul segera memasang wajah tanpa ekspresinya dan menegakkan tubuhnya, berdiri menatap laki-laki yang masuk ke dalam ruangan.

"Kenapa kau ada di sini, otouto-san?" ujar Ambrosio dingin pada Hiro, adiknya. Ia merapikan yukata yang dikenakannya.

Sisilia yang tenggelam dalam kursi segera menutup dadanya dan merapikan kimononyanya. Wajahnya merah padam. Untungnya tubuhnya cukup tersembunyi di balik sandaran kursi yang besar dan tinggi.

"Ah, seharusnya tadi aku diam saja menonton sampai kau dan Sisilia-chan bersetubuh, itu akan jadi momen bersejarah. Aku terkejut melihat kalian, maafkan aku, onii-san!" ujar Hiro salah tingkah, wajahnya tampak memerah. "Jika aku keluar sekarang, apa kalian akan melanjutkannya? Jika iya, aku akan keluar sekarang, aku tidak akan mengganggu kalian..."

Ambrosio menatap penuh kasih sayang pada Sisilia yang tengah meringkuk di kursi dan menutupi wajahnya dengan kedua tangannya karena malu. Ia mengalihkan pandangannya pada Hiro dan menatap tajam pada adiknya itu. Jika yang masuk tadi orang lain, mugkin leher orang itu akan ditebasnya, sayangnya yang masuk ke ruang kerjanya adalah adiknya sendiri.

"Sialan, Hiro!" bentak Ambrosio "Cepat katakan saja ada apa!!"

"Uh, oh, otou-sama sudah sadar, okaasan menemaninya. Aku kemari untuk beristirahat dan ingin tahu bagaimana kabar penyelidikan terhadap Paman Satoshi".

Ambrosio beranjak dari dekat kursi tamu menuju meja kerjanya. "Jangan khawatir soal itu, aku sudah mengurus semuanya" jawabnya.

Sisilia mengatur posisinya agar tampak duduk dengan tenang dan anggun. Dia merapikan rambutnya yang sedikit berantakan dengan jarinya. Hiro menyempatkan melirik pada gadis itu, iseng-iseng ingin melihat bagaimana tampang Sisilia saat ketangkap basah bercumbu dengan kakaknya. Sebenarnya ia sengaja mengganggu mereka untuk membalas Ambrosio yang beberapa kali mengganggu kesenangannya dengan Sisilia.

"Kau sebaiknya istirahat saja dulu. Pergi sana! Aku masih ada yang harus dibahas dengan Sisilia" lanjut Ambrosio sambil duduk di kursi kerja dan sibuk membuka-buka berkas. Lagipula ia tidak ingin membeberkan apa yang dilakukannya terhadap Satoshi di hadapan Sisilia.

"Oh, tapi aku ada juga yang mau dibahas dengan Sisilia..." sahut Hiro.

Sisilia yang mendengarnya melongok pada Hiro. Denganku?

"Otou-sama ingin bertemu dengan Sisilia. Katanya ia ingin berterima kasih pada Sisilia.."

Sisilia terheran-heran, menunjuk wajahnya sendiri "Berterima kasih? Padaku?"

"Marco-sama! Marco-sama!" seru seorang pengawal dari luar ruangan. Tampak Kioshi datang tergopoh-gopoh. Ia membawa sebuah amplop besar. "ini hasil tes terhadap daun teh kabusecha milik Gichou-sama!"

Ambrosio segera membuka amplop tersebut dan membukanya. Matanya dengan cepat membaca tulisan tersebut.

"Teh tersebut mengandung berbagai zat racun, ada yang dari tanaman Digitalis, ada yang dari bisa ular, jamur, dan beberapa jenis tumbuhan lainnya, seperti antimalaria, bersama retinoid menimbulkan gangguan homeostatis. Retinoid adalah senyawa Vitamin A yang biasa digunakan dalam kosmetik dan obat-obatan, tetapi memiliki toksisitas yang tinggi. Pada kehamilan dapat menyebabkan cacat janin, jantung dan sebagainya" Kioshi menjelaskan.

"Heparin dan Anti-inflammatory drugs menyebabkan darah encer dan mengganggu pembekuan darah, serta menyebabkan pembuluh darah rapuh. Neurotoxin dari bisa ular mengganggu jantung dan proses kuagulasi darah, dan masih banyak kombinasi reaksi dari berbagai zat yang terkandung dalam teh tersebut, Marco-sama."

Ambrosio mendengarkan perkataan Kioshi. Persis seperti yang dijelaskan Sisilia.

"Adalah sebuah keajaiban Gichou-sama bisa bertahan hidup setelah mengkonsumsi beragam racun tersebut entah sudah berapa lama. Marco-sama, orang ini benar-benar membenci Gichou-sama dan menginginkan kematiannya dengan cara yang sangat sangat keji. Membuatnya menderita dalam jangka waktu yang lama!".

"Maka aku akan membuat orang itu mengalami penderitaan serupa" kata Ambrosio dingin dan sorot mata tajam hendak membunuh.

Sisilia yang melihatnya bergidik ketakutan. Mata yang tadinya menatapnya lembut penuh cinta, sekarang seperti hewan buas yang hendak menerkam mangsanya. Seseorang yang berbeda dimatanya. Seseorang yang bernafsu membunuh.    


Play In Deception (END)Where stories live. Discover now