20. Strawberry Ice Cream Cake

20.5K 968 21
                                    


"Ah, Kusottare!!" maki Hiro sambil berdiri seolah ada paku menusuk pantatnya, ketika melihat Ambrosio, kakaknya, masuk ke dalam kamar. Ambrosio membawa nampan dorong berisi kue masuk bersamanya.

Kedua wanita yang tengah mempermainkan Sisilia, terkesiap mendengar Hiro memaki. Mereka memandang terheran-heran ke arah Hiro.

"Shine!!" umpat Ambrosio sambil melemparkan pisaunya ke arah Hiro. Pisau itu melewati celah di antara kedua kaki Hiro dan mendarat di kursi yang tadinya di duduki Hiro.

Melihat pisau itu menancap, dan melihat siapa pelemparnya, kedua teman wanita Hiro terpekik ngeri dan berlari secepat kilat keluar kamar. Mereka tidak tahu apa yang terjadi, tetapi setidaknya mereka cukup paham bahwa mereka telah membangunkan macan tidur. Selama masih bisa selamat, mereka akan berusaha lepas dari situasi ini bagaimana pun caranya.

Sisilia yang mendengar suara-suara tersebut menjadi panik dan menyentak-nyentak kuat di kursinya. "Hi-hiro-san...!" panggilnya gugup. Dengan mata tertutup, dia tak tahu sama sekali apa yang terjadi, hanya bisa merasakan bahwa situasinya menjadi sangat menegangkan dan berbahaya.

"Mayou!!" bentak Ambrosio pada Hiro, menyuruhnya segera keluar dari kamar.

Sisilia yang mendengar jelas suara itu, berharap dia mati saja disambar petir. Itu suara Ambrosio. Dan sepertinya laki-laki itu marah besar pada Hiro.

Hiro merengut kesal, wajahnya merah padam dan berjalan keluar kamar dengan langkah menghentak-hentak lalu disusul suara pintu dibanting keras.

"Hi—Hiro-san!!" panggil Sisilia setengah ketakutan. Jika dugaannya tak salah, berarti di kamar ini tinggal dia dan Ambrosio. Sedangkan dia dalam kondisi terikat erat dan mata tertutup. Benar-benar waktu yang sangat tepat!!

Sial!!

Ambrosio menatap Sisilia yang dalam posisi terikat dan mata tertutup di kursi. Seperti hewan buruan yang masuk perangkap. Lemah tak berdaya. Di sisi lain, ia lega menemukan Sisilia dalam keadaan seperti itu. Gadisnya dalam kuasanya sekarang.

"My, my, Sisilia-chan..." panggil Ambrosio dengan suara yang lembut. Ia melepas sarung tangannya, lalu membungkuk dan menelusuri pipi Sisilia dengan jarinya. Sisilia memalingkan wajahnya, enggan disentuh.

"Kau senang bermain-main juga rupanya, Sisi..." gumam Ambrosio dekat wajah Sisilia, lalu menggigit telinga gadisnya.

"Ahh!!" desah Sisilia nyaring karena Ambrosio cukup kuat menggigit daun telinganya.

"Apa maumu, Ambrosio...?" tanya Sisilia sinis. Walaupun posisinya lemah saat ini, Sisilia tidak merasa ada yang perlu ditakutinya.

"Apa mauku? Sisilia, aku kesini untuk menyelamatkanmu dari tangan para jalang itu..."

Bibir Sisilia mencibir "Meh!! Seolah-olah mereka lebih berbahaya darimu, Ambrosio, aku lebih takut denganmu daripada mereka"

"Aku bisa dipercaya, sedangkan mereka tidak" ujar Ambrosio sambil melepas mantelnya dan melemparnya ke kursi di mana pisaunya menancap.

"Baiklah, baiklah, tuan besar yang baik dan terpercaya....!" seru Sisilia berusaha terdengar imut. "Sekarang lepaskan ikatan ini, ... tolong....!"

"Tidak semudah itu!" sahut Ambrosio. Ia membungkuk mencondongkan wajahnya ke depan wajah Sisilia untuk memastikan Sisilia tidak dapat melihat apapun dengan penutup mata itu.

Ah, sial! Sial!! Maki Sisilia dalam hati. Apa yang direncanakan Ambrosio sekarang?

Ambrosio berdiri tegak lalu mendekati keik es krim yang ada di nampan. Baiklah, karena Sisilia senang bermain-main, ia akan ikut bermain juga. Ia membawa nampan berisi kue tersebut ke dekat Sisilia, menarik sebuah kursi ke depan Sisilia dan duduk berhadapan dengan gadis bertutup mata itu.

Mendengar suara-suara pergerakan itu, Sisilia semakin gelisah di kursinya. Kedua tangannya terikat erat sekarang terasa panas dan perih karena dia berusaha melepaskan diri.

"Ah, Sisi, jangan memaksakan diri, kau hanya akan melukai dirimu sendiri..." desah Ambrosio prihatin melihat lecet kemerahan di kulit Sisilia.

"Karena ini hari spesial gadisku, aku akan menyuapi kue padamu, sebagai bentuk kasih sayangku padamu..." ujarnya sambil memotong sebagian keik es krim stroberi di samping mereka. Ia menyenangi pemikiran membuat Sisilia kenyang dan menjadi 'berisi'.

Ambrosio membawa sepotong keik dengan tangannya ke depan mulut Sisilia, tetapi karena gadis itu menggeleng-geleng tak karuan, wajahnya jadi belepotan keik dan potongan keik di tangan Ambrosio jatuh ke belahan dada Sisilia.

"Oh, Sisilia-chan...lihat... kau membuat kuenya berantakan...." ujar Ambrosio kecewa, lalu mulai menjilati keik es krim stroberi yang lumer di belahan dada Sisilia.    






Play In Deception (END)Where stories live. Discover now