4. Penipu Besar ??

31.7K 1.4K 9
                                    

"Hah?" Sisilia mengeluarkan tawa ketusnya. Penipu besar? Yang benar saja! "Apa aku salah dengar, kakak ipar?" ujarnya dengan nada menyindir. "Sepertinya ada yang merasa jadi korban di sini, dan itu adalah kamu. Benar, 'kan, Ambrosio?"

Ambrosio menghela napas, memasukkan tangan ke kantong celananya dan menghadapkan tubuhnya ke arah jendela besar, seolah-olah ia bisa melihat pemandangan di situ.

"Aku heran kenapa kau merasa tertipu oleh keluargaku, Kakak ipar. Kau seorang pebisnis, tentu kau mengetahui seluk beluk perusahaan ayahku, dan kau melihat sendiri kelakuan kakak dan orang tuaku. Mereka−aku malu mengakui sebenarnya−materialistis. Jika kau keberatan mengongkosi mereka, hentikan. Biar mereka hidup melarat, aku tidak keberatan."

"Penipu besarnya bukan mereka ...," sanggah Ambrosio seraya berbalik lalu tiba-tiba menuding Sisilia, "... tetapi kau!"

"Huh?" alis Sisilia terangkat, dia heran mendengar perkataan Ambrosio. Laki-laki menatapnya tajam dan penuh amarah.

"Nona Sisilia Arista!" seru laki-laki itu, membuat bulu kuduk Sisilia berdiri. "Kau adalah seorang penipu yang menyebabkanku mengalami kerugian yang sangat besar!"

Sisilia terperangah. Dia menunjuk wajahnya sendiri. "Aku? Sejak kapan? Aku tidak pernah menipumu. Bahkan aku saja tidak kenal denganmu, sebelum kau menikahi kakakku."

Mendadak Ambrosio mendekat dan mencengkeram pergelangan tangan Sisilia. Wajahnya sangat dekat dan tatapan matanya menusuk ke dalam jiwa Sisilia.

"Apa kau sudah lupa?" tanya Ambrosio dengan gigi terkatup rapat, nyaris menggeram.

"Ap-apa? Apa ... yang ... kulupakan?" Sisilia terbata-bata. Dia menelan ludah dengan susah payah karena saking gugupnya.

"Enam bulan yang lalu, saat malam tahun baru di Hotel Golden Star Indonesia ...."

Oh, tidak! Sisilia langsung terbelalak dan wajahnya pucat pasi.

Ingatan Sisilia terbawa pada kejadian enam bulan yang lalu, saat pesta malam tahun baru di Hotel Golden Star Indonesia.

***

Kota J, 31 Desember 2014

"Jengjeng!" Sisilia mengeluarkan sebuah passcard berwarna hitam platinum. Sebuah kartu VVIP.

"Hoo!" seru ketiga teman wanitanya dengan napas tertahan dan tangan mereka menutupi mulut karena hampir tidak percaya akan apa yang mereka lihat.

"Anastasia ada acara tahun baru di New York. Jadi dia meminjamkan kartu anggotanya padaku," ujar Sisilia girang, diikuti pekikkan ketiga temannya. Mereka melompat-lompat gembira.

Mereka berempat adalah sahabat karib; Sisilia, Merlinda, Pevita dan Estrella. Mereka sering berpesta bersam. Namun tidak pernah yang sekelas hotel mewah seperti Hotel Golden Star. Jadi, pesta tahun baru malam nanti akan jadi spesial buat mereka. Mereka mengenakan gaun terbaik dan berdandan secantik mungkin. Karena pesta tersebut adalah pesta topeng, mereka dan memasang topeng yang menutupi separuh wajah mereka.

Sisilia mengenakan gaun selutut warna merah marun dan topeng renda warna hitam. Rambutnya digelung tinggi dan diberi jepit berhiaskan permata berbentuk bunga,

Para pengunjung Hotel Golden Star bahkan krunya semua mengenakan topeng. Suatu keuntungan karena begitu tidak akan ada yang mengenalinya saat dia menggunakan passcard kakaknya untuk masuk ke dalam kelab hotel dan menggunakan fasilitas di sana.

Setelah melewati penjaga pintu masuk, Sisilia dan teman-temannya segera membaur dalam suasana pesta. Cahaya redup, musik keras mengentak dan suara riuh rendah obrolan orang-orang di pesta itu bercampur jadi satu. Tidak lama mereka berempat terpisah dalam kerumunan. Masing-masing menemukan kenalan baru dan saling mengakrabkan diri.

Sejenak Sisilia menikmati pesta tersebut. Namun setelah menyadari tidak ada seorang pun yang dikenalnya mampu membuatnya tertarik, dia menjadi tersesat di tengah banyaknya orang dalam ruangan. Karena berusaha menikmati pesta, dia akhirnya menuju meja bar dan memesan minuman. Lagi-lagi dia menggunakan kartu Anastasia.

Dia menyesap minumannya. Seorang pria menghampirinya. Pria itu tampaknya masih muda, mengenakan topeng putih ber-gliter dan setelan warna biru elektrik.

"Tampaknya kau sendirian saja di pesta ini, Nona?" sapa laki-laki itu.

"Tidak lagi," sahut Sisilia dengan mata melirik genit. "Karena kau sudah di sini dan bicara denganku," sambungnya.

Pria itu terkekeh. Wanita ini berpengalaman, pikirnya. Ia lalu berbisik di telinga Sisilia. "Nona, aku bersama temanku dan kami penasaran apakah ia seorang gay ataukah impoten karena ia tidak pernah bersama wanita. Kami mencari seseorang yang mau mengetesnya ...."

Ah, tes dan percobaan selalu menarik perhatian Sisilia. "Benarkah?" Sisilia menyahut bersemangat. Jika teman-temannya menduga laki-laki itu seorang gay atau impoten, berarti ia bukan laki-laki yang berbahaya bagi wanita, 'kan? Hehehe ..., pikiran jahil mulai menguasai Sisilia.

Si biru elektrik mengajaknya ke bilik VVIP dan dalam ruangan tersebut terdapat 3 pria, 2 di antaranya berdempetan dengan wanita masing-masing sedangkan seorang yang duduk di tengah, kaki bersilang dan tangan terlipat di dada, mengenakan setelan hitam, wajahnya ditutupi topeng perak, rambut hitamnya tersisir rapi dan licin, sendirian saja.

Pasti ini orang yang dimaksud biru elektrik itu.Tersangka gay atau impoten.


Play In Deception (END)Where stories live. Discover now