6. Hasil Tes

Mulai dari awal
                                    

Damn!! Maki Sisilia dalam hati. Permainan apa yang kumainkan ini? Sekarang aku terperangkap dalam gairah dan aku tak bisa lepas. Gila! Pria ini begitu menggoda dan caranya mencium ... ah ....

Apakah karena minuman, ataukah gejolak hormonnya, ataukah pria ini memang membuatnya terangsang? Sisilia tidak bisa berpikir lagi dan dia membiarkan laki-laki itu terus melakukan apa yang diinginkannya. Memberinya kenikmatan. Tubuh keduanya tanpa busana sehelai pun dan paha Sisilia terbuka lebar membuka jalan bagi pria itu menindihnya, mencumbu bibirnya dengan lahap.

Terlebih lagi, walaupun mengenakan topeng, Sisilia bisa mengatakan dari fitur wajahnya, pria itu pria yang tampan. Tubuhnya tertata dan berotot padat, pundaknya bidang, kulitnya bersih dan harum. Dan seperti kata pria itu, ia memang pria selurus tongkat. Miliknya di selangkangan menjulang dengan keras dan tegang. Membuat Sisilia menelan liur dengan seret.

Gaun merah marun wanita itu laksana kertas pembungkus hadiah bagi pria itu, dengan gampang disisihkan dan ketika melihat payudara yang sintal dan padat, laki-laki itu semakin menunjukkan kebinatangannya. Ia meremas kedua payudara itu dengan tangan besarnya, membuat gadis itu mendesah nyaring dan tubuhnya bersemu kemerahan karena peningkatan suhu tubuh. Dan ketika ia mengulum pucuknya dan mengisap kuat tonjolan mungil itu, tubuh wanita itu melengkung kepadanya, meminta lebih dan lagi.

Ia berhenti mengemut untuk bicara. "Siapa namamu?" tanya pria itu dengan suara serak karena terpapar birahi yang tinggi.

Sisilia tidak dapat berpikir lagi, pandangannya nanar dan telinganya dipenuhi debaran jantungnya sendiri saat napas berat laki-laki di atasnya mengembus di lekukan buah dadanya. "Panggil saja aku si Merah..." jawab Sisilia hampir berbisik.

Laki-laki itu terkekeh pelan. "Baiklah, Merah, terimalah aku sepenuhnya ...," desahnya sambil memposisian kepala kejantanannya di depan belahan basah di selangkangan Sisilia. Ia mendorong miliknya memasuki celah basah dan merasakan kehangatan di dalam sana.

Ia merasa agak tertahan karena celah wanita itu begitu rapat dan tampak mendesah kesakitan. Ia menambah kekuatan dorongannya dan perlahan-lahan mendorong masuk lebih dalam, menerobos selaput dan membuka lekukan-lekukan intim wanita itu. Setiap lapisan yang dilalui miliknya sangat terasa ketika diterobos oleh kepala batangnya, seperti klep-klep tebal dan elastis.

Lapisan demi lapisan ternikmat yang pernah dirasakannya, begitu rapat, begitu memuja, begitu menginginkan, sebuah lorong sempit yang berdenyut-denyut mengisap batang keras miliknya.

Setelah masuk sepenuhnya. Mata si Topeng perak terbuka lebar dan pandangannya gelap. Oh, wanita ini, membuatnya tersesat dan kehilangan akal sehat. Ia tidak punya pilihan selian memejamkan matanya dan mulai bergerak perlahan-lahan dan berhati-hati karena saking sesaknya. Jarinya mulai meraba selangkangan dan menjelajah mencari tonjolan mungil di sela bibir kelaminnya. Namun ada sesuatu yang membuatnya terhenti dan ia mengangkat jarinya, ada sedikit bercak darah.

Ia menatap tidak percaya pada wanita di bawahnya yang tengah terhanyut dalam kenikmatan. Matanya separuh terpejam dan pipinya yang bersemu merah itu, seperti krim stroberi, melengkungkan dadanya ke arahnya, memberinya akses penuh atas payudara dan lehernya. Jemari wanita itu mencengkeram lengannya dengan kuat, meninggalkan jejak kuku-kukunya.

"Kau ...masih perawan?" tanya pria itu pelan.

Sisilia yang mendengarnya tertawa kecil, membuat getaran halus menjalar ke selangkangannya.

"Ah!" desah pria itu mengantisipasi rasa nikmat yang diterimanya.

"Kau tidak menyukainya?" tanya wanita itu enteng, tanpa beban.

Apa yang harus jadi beban? pikir Sisilia. Ini 'kan one night stand, ya nikmati aja apa yang ada saat ini. "Jangan khawatir, aku tidak akan menghebohkan sesuatu seperti 'kau yang pertama bagiku' dan 'harus bertanggung jawab ini itu', Mr. Silver, aku tidak senaif itu ...."

"Oh?" Si Topeng Perak terheran-heran mendengarnya dan ia terkekeh mendengar cara wanita itu menyebutnya. "Tetapi aku pria yang bertanggung jawab," tukasnya.

Sisilia tertawa lagi. Bisa-bisanya pria itu menyebut tanggung jawab pada wanita yang tidak dikenalnya. Mata hitamnya berbinar usil, membalas tatapn dingin pria itu. Sisilia meledeknya. "Ya, ya, kita lihat saja, nanti, Mr.Silver. Sekarang, jika kau bertanggung jawab, mari kita selesaikan ini dengan sebaik-baiknya," ujarnya sambil meliukkan pinggulnya agar pria itu masuk lebih dalam lagi dan mulai bergerak.

Dengan topeng di wajahnya, Mr. Silver itu jadi lebih percaya diri. Dengan mantap ia menusukkan batangnya cepat dan kuat, sehingga mereka berdua hampir berteriak karena kenikmatan.

Sisilia mengubah posisi tubuhnya setengah berbaring di bawah kungkungan pria itu. Dia melirik milik pria itu yang mulai mengeras lagi setelah beberapa menit selesai tumpah di dalamnya. Matanya mengerling mesra pada pria bertopeng itu. Meskipun cairan kental pria itu melumuri lubang femininnya, dia melebarkan selangkangannya minta dipenuhi lagi. "Mr. Silver, kau sangat luar biasa, tetapi aku belum puas. Kau membuatku terangsang lagi. Apa kau mau bertanggung jawab pada kondisiku ini?"

Mata Mr. Silver memicing tajam dan mendongak angkuh. Ia mengacungkan kejantanannya ke arah lubang yang tadi dimasukinya. "Tentu saja, Merah, akan kupuaskan kau sampai kau tidak bisa mengeluh lagi."

Bersamaan dengan suara kembang api di puncak malamtahun baru itu dan cahaya kelap kelip yang masuk melalui jendela kamar hotel,keduanya berpacu mencapai puncak orgasme mereka. Mereka saling menggenggam tak ingin berpisah dan ingin bersama dalam kondisi seperti itu seolah tidak ada hari esok.





Play In Deception (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang