The Way You Tease

1.3K 83 4
                                    

Annora terbangun ketika tubuhnya terasa lebih hangat. Ada sedikit beban di pinggangnya, dan ketika sebelah tangannya meraba, sebuah lengan yang panjang tengah merangkul tubuhnya dari belakang.

Eh?

Ia menemukan Reyno ketika berbalik.

"Pagi, Annora." Senyum Reyno membuka hariku pagi ini.

"Se-sejak kapan?"

"Baru saja." Reyno terkekeh seperti biasa dan aku membalas dengan tersenyum tipis.

"Semalam ... kau benar-benar tidak makan ya? aku sampai mengantuk menunggumu."

Reyno menghela sebelum mengangguk. "Semalaman aku bergelut dengan pikiranku sendiri tentang sekarang dan nanti, hingga aku melupakan makan malam denganmu."

"Memangnya ada apa, Rey? apa yang membuatmu berpikir sekeras itu?" Aku pun mulai duduk dan menatapnya penasaran.

"Satu bulan ini aku akan sibuk mengasuh Zack, dan setelahnya aku benar-benar selesai." Alisku menaut bingung.

"Selesai?" Reyno terkekeh dan mengangguk lagi,"apa maksudnya?" Entah kenapa seketika jantungku berdebar. Aku berpikir sesuatu, tapi pikiran itu segera kutepis.

"Apa yang kau pikirkan?" Reyno malah balik bertanya. Aku menggigit bibir gundah.

"Apa kau akan ... " Reyno menatapku menunggu, "Ah, tidak mungkin, untuk apa kau sampai harus ..." Namun Reyno malah mengangguk lagi.

"Untuk kita." Seolah ia bisa membaca pikiranku dengan jelas, namun jawabannya membuat aku terpaku. Hatiku mencelos.

"K-kenapa ...?" Bibirnya hanya melengkung tipis, dan wajahnya sama sekali tidak menampakan bahwa dirinya terpukul, atau kecewa dan sejenisnya, ia malah seperti terlihat lebih tenang.

"Aku ingin berakhir dengan tenang bersamamu, meninggalkan yang tak perlu dan membangun yang baru."

Rey ...

"Annora, apa kau ingat apa yang kita bicarakan dengan Papamu kemarin? dan apa yang beliau isyaratkan?" Aku terpaku lagi, jantungku kembali berdentum, "aku sudah siap dan sedang memulainya, lalu perihal pengajuanku tentang pertunangan kemarin ... mungkin sebaiknya kita skip saja." Reyno pun tersenyum penuh arti.

Benar ... sejak ia memintaku menjadi tunangannya seminggu yang lalu, aku belum memberi jawaban apapun hingga kini, jujur aku menunggunya bertanya lagi.

"Aku tidak akan lagi memintamu menjadi tunanganku lagi." Reyno bergerak mendekat dan sebelah tangannya menengadah wajahku menatapnya dekat, "but i want you to be more than that."

Debar jantungku terus berpacu, dan pikiranku semakin melayang ke mana-mana.

Aku mungkin sudah merasakan firasat ini sejak Papa memanggil Reyno dan aku. Menanyakan tentang hubungan kami, menanyakan keseriusan Reyno dan juga perasaanku pada pria itu. Malam itu Papa seolah mengintrogasi kami namun secara halus.

Papa memang tidak menuntut apapun, ia hanya butuh penjelasan, itu saja. Masalah Reyno akan membawa hubungan ini ke mana, Papa tidak membicarakannya di depanku, tapi mungkin pada saat Papa memanggilnya empat mata, entahlah, itu dugaanku.

Dan Reyno belum menceritakan apapun hingga kini.

Reyno merogoh sakunya dan sesuatu yang pernah kulihat itu kembali ia buka.

"Mulai sekarang, mungkin kau harus memakai ini." Reyno tersenyum hangat. "Would you?" Aku menggigit bibir dan mengangguk tanpa ragu. Reyno pun tersenyum semakin lebar, ia mengambil tangan kiriku, dan segera menyematkan sebuah cincin bertahta permata yang sangat indah itu di sana. Cincin yang sebelumnya ia ajukan sebagai pertunangan.

JUST ONE BELIEVE (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang