A New Chapter

2.7K 158 5
                                    

"Annora Allisha." Panggilnya tegas.

Aku menatapnya ragu- ragu. Wajahnya terlalu dekat.

"Hmm ...?" Aku bisa melihat mulutnya terbuka.

"Would you be mine?"

Jantungku pun berhenti.

***

Kugigit bibirku. Tak ada sepatah katapun yang keluar. Aku belum menyiapkan diriku.

Ya tuhan ... ini terlalu tiba-tiba.

Wajah Reyno masih terlihat serius. Ia mundur perlahan sambil masih terdiam menunggu jawabanku.

Aku kini tertunduk, wajahku panas sepanasnya, jantungku berdebar semakin kencang dan tangan yang mengepal dingin.

Aku tahu cepat atau lambat ini akan terjadi.

Sejak sore tadi lalu ditambah kelakuan bodohku menciumnya, dan perasaan aneh ketika Reyno balik membalasnya. Aku sadar ada sesuatu pada kita yang berubah.

Kenangan masa lalu ternyata tetap menyakitiku ketika Calvin mencoba membawanya kembali. Lalu Elsa yang mengutarakan pendapatnya tentang dirimu dan kita.

Semua seperti puzzle yang perlahan menyatu.

Aku bisa melupakan semua yang ingin kulupakan. Setiap hari selalu menyenangkan, bahkan apapun yang dilakukannya kepadaku selalu berujung manis dan berkesan.

Lubang besar di hatiku terus terisi jika aku berada di dekatnya.
Bersamanya.
Aku menyadari itu.

Lalu semudah itukah kulupakan Adrian? tentu saja tidak.

Tapi akhirnya aku tahu, Reyno-lah yang bisa membuat aku bangkit kembali. Menikmati hari-hariku lagi, tidur nyenyak bahkan tertawa.

Hanya dengan berada di sampingnya atau sekedar melihat dirinya setiap hari, itu sudah cukup membuatku tenang.

Mungkin hati kecilku telah memilih dirinya. Walaupun aku masih saja tak mengerti ...

Apa yang dia harapkan dariku?

Status dan kedudukan diriku dengannya saja tidak seimbang.
Aku hanya gadis biasa, sedangkan ia memiliki segalanya.

Apa aku terlalu tak tahu diri jika balik menginginkannya ...?

Tapi ketika aku terus menyangkalnya, kenapa perasaan ini malah semakin sesak dan perih?

Aku sebenarnya memang tak ingin melakukannya, tapi aku ...

Tanpa sadar air mataku kembali menetes dari kedua sudut mata. Aku semakin menunduk, agar Reyno tidak menangkapnya. Tapi aku salah, tangan Reyno malah bergerak menyentuh dagu ini dan mengangkat wajahku menghadap padanya.

Ia menatap dalam. Masih ada kecemasan di wajahnya. Mungkin dia mencoba membaca pikiranku yang aneh ini. Aku tak berani menatapnya balik.

"Kenapa kau menangis lagi ...?" Ia berdecak. Tampangnya terlihat frustasi kali ini. Ia melepas tangannya dan menghela.

"Maaf ..." Aku akhirnya menjawab lirih sambil mengusap kedua pipiku yang basah.

JUST ONE BELIEVE (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang