The Brave One

1.1K 87 4
                                    

Aku mendengar dua letusan tak lama setelah Reyno pergi. Kakiku langsung bergetar hebat dan tubuhku ambruk.

Tidak!!! papa, Reyno ...

Sekuat tenaga aku mencoba bangkit, dengan sekujur tubuh bergetar, aku mengendap perlahan mendekat. Jantungku terus berdentum. Suara-suara masih terdengar di dalam. Aku tak tahu siapa meneriaki siapa, tapi aku harus tahu papa dan Reyno baik-baik saja.

Aku melihat Reyno mengendap diam-diam dari belakang orang yang kuanggap pelaku itu. Sedangkan papa, om Yura dan, Calvin?

Sejak kapan dia ada di sana?

Rey, hati-hati!!

Aku mengintip sambil mengepal tangan sekencangnya. Pelaku gila itu memakai topi cap, mulutnya menggunakan masker sehingga sulit untuk dikenali. Tapi sepertinya ia panik dan menembak ke mana-mana untuk membuat orang takut. Padahal jika ia pintar sedikit, sebenarnya cctv sudah merekam aksinya.

Calvin sepertinya mencoba berdiskusi, entah apa, namun sang pelaku
sepertinya malah semakin emosi. Mungkin sebenarnya untuk mengecoh, karena kelihatannya mereka tahu keberadaan Reyno yang bersembunyi diam-diam di belakang pelaku, menunggu waktu yang tepat.

Aku merosot lagi di tempat, tubuhku semakin gemetar melihat pistol yang diarahkan ke mana saja. Aku benar-benar takut peluru tajam itu melesat dan bersarang ke tubuh siapa pun.

Orang itu sudah gila!

Mendadak aku ingat ponsel di dalam saku, secepat kilat kurogoh dan buru-buru menekan 110.

"Ha ... halo, polisi? tolong, Pak, tolong kirimkan bantuan secepatnya, ada perampokan, penyekapan ... tiga eh empat orang, satu pelaku, menggunakan senjata api, iya, pom bensin di jalan xX, saya akan share location, i-iya, tolong secepatnya, Pak!" Dengan tangan bergetar aku memutus panggilan.

Satu lagi letusan kali ini membuat jantungku mau lepas.

Reyno ...!!!

Aku kembali mengintip, mataku membulat, kulihat ternyata Reyno telah berhasil menyergap dan tengah menahan tubuh pelaku yang meronta-ronta itu dari belakang, sedang Calvin berhasil mencengkram salah satu tangannya yang memegang senjata, mungkin itu yang membuat pelaku menekan pelatuknya. Kedua pria itu benar-benar berusaha.

Ya Tuhan, mudah-mudahan tak ada yang terluka.

Setengah jam berlalu, bantuan akhirnya datang. Beberapa orang polisi dengan sigap langsung masuk ke dalam. Bantuan Reyno dan Calvin nyatanya sangat membantu, tapi aku melihat darah di telinga Calvin, dan juga lengan kanan Reyno. Sedang papa dan om Yura baik-baik saja. Untungnya mereka menurut dan tidak melawan, namun kasir mini market itu ternyata tertembak di bagian pundak setelah sempat melawan, ia terbaring lemah bersama papa dan om Yura karena pingsan dan kehilangan banyak darah.

Begitu pelaku digiring polisi
keluar, nampaklah sosok pria yang terlihat asing, sepertinya seumuran denganku, wajahnya pucat dan banyak luka. Mungkin akibat beradu dengan Reyno dan Calvin tadi. Lagipula aku juga tidak mengenalinya, entah apa motifnya melakukan hal ini.

Sang kasir pun segera diangkat dengan tandu dan dibawa naik ambulan yang sepuluh menit kemudian menyusul datang. Sedangkan Papa dan om Yura tak lama keluar perlahan.

Wajah papa juga nampak pucat dan lelah, aku langsung berlari menghampirinya tanpa berpikir.

"Papa ...! Papa!" Papa nampak terkejut melihat aku berhambur ke
arahnya dari samping kiri.

"Annora, kau ada disini juga?" Aku tak menjawab dan langsung memeluk erat perut papa yang agak bucit namun
nyaman itu, lalu melepas tangis.

"Sudah, Nak, papa gak apa-apa." Papa menepuk-nepuk punggungku. Tapi tangisku malah semakin pecah. Aku sendiri sampai melupakan Reyno saat itu.

Reyno dan Calvin masih bersama
dengan polisi, sepertinya mereka
ikut ke kantor untuk diminta keterangan menjadi saksi. Sedang aku pulang bersama papa dan om Yura.

Sepanjang perjalanan aku terus saja menempel pada papa walau sudah berhenti menangis, tapi aku masih belum sanggup bicara dan bertanya.

"Tak apa Annora, papa dan Yura selamat, dan semua berkat dua orang pemuda itu, dan salah satu yang paling berani adalah yang menyergap dari belakang. Ia andil semua ini, hingga membantu mengamankan, keduanya memang berani. Calvin juga datang tepat waktu beberapa menit setelah papa mengabarinya."

Jadi papa yang memanggil Calvin. Memang dia sedang apa berada di kota ini ? lagipula, papa akan tahu siapa pemuda pemberani itu nanti.

Aku akhirnya bisa tersenyum diam-diam.

Tak lama ponselku bergetar. Aku melihat nama Reyno.

Aku bersama Calvin di kantor polisi dulu, sepertinya agak lama, jangan tunggu aku, istirahatlah begitu sampai di rumah.

Ya, jangan pulang terlalu malam, ajak Calvin menginap juga jika sudah terlalu larut. Take care.

Aku jejalkan kembali ponsel itu setelah menekan tombol send.

Mobil om Yura akhirnya sampai
ke rumah. Mama yang ternyata sudah tidur pastinya akan terkejut mendengar kabar ini. Papa memintaku untuk menahan dulu hingga
besok, dan aku mengangguk lalu naik ke kamar.

Aku langsung merebahkan badan di kasur ketika sampai di kamar. Ingin sekali menunggu Reyno, dan memeluknya erat. He's the brave one, my man, my hero and i love him. Rasanya tak sabar untuk segera mempertemukannya dengan papa. Tapi sekuat apapun bertahan akhirnya mataku tak mau kompromi lagi, aku terlelap setelah satu jam menunggu.

Sedangkan Reyno akhirnya pulang dua jam kemudian. Sebelah kanan tangannya telah di perban. Ia mengintip sebentar ke kamarku, menatap aku yang sudah pulas, memastikan aku pun sudah aman, lalu menghela dan ia berbalik arah untuk masuk ke kamarnya.

***

JUST ONE BELIEVE (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang