Accompany

2.2K 123 1
                                    

Ketukan di pintu membuat Reyno seketika tersadar. Ia masih di dalam ruangannya. Tertidur setengah pulas dengan laptop yang masih menyala.

"Masuk." Suaranya terdengar berat. Ia mengusap muka, sambil meneguk sisa kopinya. Leher dan punggungnya berasa kaku.

Zach membuka pintu, dan terkekeh menatap kakaknya yang masih mengerjap-ngerjapkan mata.

"Tumben kau tidur di ruangan." Sebuah sofa di samping kanan ia duduki. Kedua kakinya tanpa sungkan didaratkan ke atas meja.

"Kau mau apa, Zach? aku lembur semalaman." Reyno bangkit dari kursi, menguap sambil menggeliat.

"Boleh pinjam mobilmu? kau tidak berencana pergi ke mana pun, kan?" Zach bertanya sekaligus memastikan. Reyno yang tengah meregangkan tubuh, lalu menoleh.

"Kau mau ke mana?" matanya memicing, sebelah tangannya bergerak merogoh kunci di saku celana.

"Pemotretan produk tas di kota, hari ini managerku tidak bisa menjemputku." Zach balik menatap kakaknya.

"Supir di hotel bisa mengantarmu."

"Ck! yang benar saja? aku paling benci memakai supir, kau tahu sendiri?"

"Kembalikan sebelum jam lima sore." Reyno pun melempar kuncinya ke arah Zach. Adiknya tertawa sambil menangkapnya.

"Deal!" Ia pun bangkit dan langsung berlalu ke arah pintu, "akan kukembalikan sebelum jam lima ." Ujarnya melirik Reyno yang sudah kembali membelakanginya lalu menutup pintu.

***

Foto-foto yang ia lihat pagi tadi, kini sudah berpindah ke ponselnya. Ia menatap melihat satu persatu sambil menunggu. Sejak lima belas menit yang lalu, mobilnya sudah terparkir tepat di samping apartemen kecil itu. Dan ia menunggu di dalam.

Aku turun sepuluh menit kemudian. Kuliah pertama hari ini berada di jam dua setelah makan siang. Terpikir olehku untuk pergi ke mart sebelum naik bis, membeli beberapa roti dan susu untuk sarapan yang terlambat.

Baru saja kulewati halaman depan apartemen, ketika sebuah mobil hitam sudah terparkir di sana. Aku menoleh
dan tertegun.

Reyno? sedang apa dia disi ...

Kaca jendela itu perlahan turun begitu aku sampai. Mataku langsung melebar.

"Hai, Annora." Pria itu melambai dari dalam.

"Hah?"

***

Aiss!! rasanya tak percaya aku sudah duduk manis di samping pria menyebalkan ini, bahkan ikut dengannya.

Kalau bukan karena mobil hitam ini, mungkin aku sudah menolaknya mentah-mentah. Reyno pasti punya alasan lain meminjamkan mobilnya.

"Boleh aku berhenti dulu di mart itu?" ujarku sambil membuka sabuk.

"Oke." Zach menyalakan lampu sen lalu menepi ke kanan.

"Tunggu sebentar." Aku beranjak keluar lalu berlari kecil masuk ke dalam mart.

Sekitar tujuh menit, aku pun kembali dengan sekantong plastik di tangan. Zach tersenyum lagi ketika aku masuk. Tapi lagi-lagi tak kubalas. Entah kenapa kesan menyebalkan di dirinya masih menempel dan membuatku enggan berlaku ramah.

"Apa yang kau beli?" ia seperti mencoba mencairkan suasana. Suaranya terdengar ramah dari biasa.

"Roti dan susu." Jawabku singkat. Lalu merogoh. "Aku juga membelikan untukmu." Ucapku tanpa memandangnya. Lalu mengeluarkan sebuah roti dan susu itu dan meletakannya di dasbor.

JUST ONE BELIEVE (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang