The Truth

2.7K 158 7
                                    

"Terima kasih para rekan sekalian yang telah hadir, saya harap pertemuan kali ini bisa lebih memperuncing visi dan misi kita untuk tahun depan." Reyno membuka pertemuan kali itu dengan serius. Ia menekan pointer menampilkan sebuah bagan dengan tampilan data dan presentase perhitungan.

"Baiklah, rekan-rekan semua, pada pertemuan sebelumnya, kita telah membahas mengenai rencana dan strategi promosi untuk dua bulan ke depan. Beberapa hasil laporan dari bagian marketing dan promosi sudah saya terima, juga telah saya pelajari dengan saksama. Setelah menarik kesimpulan, saya yakin kita bisa melakukan beberapa langkah-langkah sebagai berikut." Reyno menunjuk bagan dengan titik infra red yang diputar-putar di bagian tertentu. Ia mulai menjelaskannya satu persatu.

Seluruh kepala divisi dan beberapa staff termasuk Vivian, yang di ruangan itu, tampak serius memperhatikan penjelasannya. Beberapa memberi anggukan antusias dan sisanya memilih untuk mencatat selengkapnya.

Reyno mengutarakan penjelasannya dengan lugas, dan signifikan. Beberapa aspek-aspek penting tidak ia tinggalkan. Perhitungannya hampir mendekati akurat, asalkan semua langkah-langkah yang nantinya akan diambil ini, benar-benar dijalankan oleh semua pihak yang terkait dengan sebaik mungkin.

"Ada point-point  penting yang nantinya akan kita prioritaskan. Terutama untuk kepentingan promosi. Ini nantinya akan berkaitan dengan aspek-aspek yang lain. Jadi mohon kepada rekan-rekan sekalian, tolong diperhatikan, dan jadikan ini semua sebagai acuan kita untuk melangkah ke depan." Reyno memberi penegasan di kalimat terakhirnya. Ia menekan lagi pointernya dan menampil lembaran kedua.

"Untuk penjelasan kali ini, saya serahkan kepada bapak Gerald, selaku kepala promosi, untuk memberikan penjelasan lebih rinci, silahkan, Pak."

"Terima kasih, Pak." Pria setengah baya itu mengangguk dan bangkit menuju ke depan. Reyno kembali ke tempat duduknya dan memberi kesempatan kepada rekannya tersebut. Ia kemudian mengambil segelas susu yang sudah tampak tersaji di mejanya.

"Selamat siang semuanya ..." Pria itu membuka pembicaraannya.

***

Jariku bergerak menelusuri judul demi judul. Ternyata banyak sekali film yang belum kutonton. Aku bahkan tidak ingat kapan terakhir kali nonton.

Apa mungkin ... dua tahun yang lalu? entahlah, aku mengedikan bahu dan menghela.

Aku juga sempat mengerenyit melihat beberapa judul yang tak kukenal sama sekali. Barat, jepang, korea, india sampai indonesia semua ada. Kupikir ini terlalu berlebihan.

Memangnya dalam sehari semua film ini bisa ditonton? ais!

Kepalaku malah mendadak pusing. Bukannya memutuskan, aku malah akhirnya meninggalkan rak blue ray besar itu sambil berdecak kesal.

"Ah, nanti lagi saja." Kataku sambil melangkah pergi.

Namun, begitu sampai di bagian perpustakaan, lagi-lagi aku dihadapkan oleh sebuah rak besar yang penuh berisi buku-buku, baik tebal maupun tipis dan semuanya hard cover. Mataku langsung melebar.

Ini sih benar-benar ...

Tanpa berpikir panjang dengan antusias aku langsung menarik beberapa buku.

I-inikan limited edition?! bagaimana bisa? Ah! yang ini edisi ke dua dan ketiganya! terus yang ini ...

Hanya beberapa menit berlalu, aku sudah berhasil mengumpulkan lebih dari 30 buku di atas meja, dan semuanya adalah buku-buku best seller yang sangat susah didapat. Bahkan tidak terbit karena entah dilarang atau memang tidak masuk.

JUST ONE BELIEVE (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang