Your Touch

3.4K 158 7
                                    

________________________

Warning/peringatan!
Bab ini berisi konten +18 tahun ke atas. Bacalah dengan bijak, dan skip jika tidak ingin.
I warn you :)
________________________

Kami saling menatap. Begitu juga wajah dan tubuh yang berhadapan. Hanya berjarak 10 sentimeter. Bergeming. Memandang. Dan tersenyum.

Degup jantungku benar-benar menganggu. Aku takut dia ikut mendengarnya karena jarak kami begitu dekat. Kutangkupkan kedua tangan di depan dada. Seolah bisa menyembunyikan bunyi detak ini.

Napas Reyno berhembus hangat di wajahku. Matanya sayu, namun, terus memandangku. Kubalas tatapannya, sambil menahan rasa gugup. Aku ingin menikmati moment seperti ini. Karena aku menyukainya.

"Annora ..." Panggilnya diikuti gerakan tangannya menyentuh rambutku.

"Hmm ...?" aku mengigit bibir, menahan perasaanku.

"Tetaplah di sini." Ia tersenyum kecil. Tangannya bergerak turun menyusuri rahangku. Kupejamkan mata, sentuhannya membuat darahku berdesir.

Aku mengangguk dan balas tersenyum.

"Maaf, aku tidak bisa memberimu apa-apa ..." Mendadak aku teringat akan ulang tahunnya. Kutekan tangannya di pipiku.

"Happy birthday, Rey ..." Wajahku semakin panas. Dan aku tahu itu. Biarlah tangannya lebih menghangatkan pipi ini. Toh penerangan kamar yg redup, sedikit membantuku menutupi rona wajah.

"Semoga apa yang selalu kau impikan dapat terwujud. Selalu sehat, sukses dan ..." Lidahku mendadak kelu.

"Hmm?" tampaknya Reyno menunggu. Aku bisa melihat bibirnya yang menyungging senyuman, di antara matanya yang lelah.

"Dan tetap tampan, berwibawa, dan ..."

Aiss!!! aku ini mau ngomong apa sih?!

Aku menghela sambil kembali menatapnya.

"Dan?" tanyanya lagi dan kali ini ia terkekeh.

"Dan ... terus ... menyukaiku."

Ah, sial! kepedean banget aku!

Kutukku sendiri dengan mata terpejam dan menggigit bibir.

Reyno tertawa pelan. Tangannya alih-alih menarik tubuhku ke arahnya. Badanku bergeser, menghilangkan jarak antara kita.

"Kau tak perlu memintanya." Ia berbisik tepat di depanku. Kubuka mata dan jarak kami sudah begitu dekat.

"Rey ..." Jantungku benar-benar berhenti. Tubuhku melekat padanya. Dapat kurasakan sebelah tangannya tetap menekan punggungku.

"Kau adalah hadiahku, Annora." Lalu sedetik kemudian Reyno menekan bibirku.

Ah ...
Perasaan ini lagi.

Aku selalu merasa hangat sekaligus pusing. Hangat karena pelukannya dan pusing karena ciumannya.

Bibirnya terus menekan dan membentuk pola, aku membalas. Entah karena aroma tubuhnya yang memabukkan, atau setting kali ini yang berbeda.

Di atas sebuah ranjang dan di dalam sebuah kamar.

Tangannya di punggungku, perlahan menyusup masuk ke dalam blouse. Kurasakan hangat tangannya di kulitku yang kedinginan. Aku bergidik di tiap sentuhannya yang hati-hati. Bibirnya tetap memagut bibirku. Membuat napasku kian sesak.

JUST ONE BELIEVE (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang