"Loh,Mbak,paket ayam gepuk enggak gratis minum kayak biasanya?" tanya Adel.

Pelayan tadi tampak bingung mendengar pertanyaan Adel. "Maaf, setahu saya enggak ada paket gratis minum di sini."

"Nah, makanya gue juga heran waktu lo bilang ada bonus minum," kata Bondan.

"Kalau di ojek online ada? Soalnya dulu saya beli dapet minum Es Kopi," ucap Adel masih bersikeras.

Pelayan itu menggeleng sopan. "Sudah setahun saya kerja di sini belum ada paket gratis minum, Mbak."

"Tapi--"

"Udah, Del. Mau minum apa?" tanya Fion memutus ucapan Adel.

"Es Kopi," jawab Adel masih dengan kening berkerut dalam.

Adel bingung mengetahui kenyataan restauran langganannya tidak menyediakan paket minum seperti yang Jumardi katakan. Bahkan Adel masih ingat jelas percakapannya dengan Jumardi saat memperdebatkan itu.

"Loh, saya enggak pesan minum."

"Oh, yang itu bonus. Tadinya saya disuruh pilih mau es teh atau es kopi. Karena bingung, waktu pilih saya bayangin wajah, Mbak. Makanya, saya pilih kopi."

"Kenapa, Del?" Bondang menggoyangkan lengan Adel hingga lamunan gadis itu terpecah.

Adel menggeleng pelan. "Enggak papa."

Bohong, ada banyak pertanyaan dibenak Adel dan semua itu lagi-lagi tentang Jumardi.

Belum cukup Adel dibuat pusing kemarin malam karena mengetahui kenyataan ibunya menyembunyikan sesuatu darinya, kini ia mengetahui Jumardi juga menyembunyikan sesuatu.

Kenapa hidup Adel jadi serumit ini?

🚴🚴🚴

Adel berjalan cepat menyeberangi parkiran kantornya yang cukup luas, menghampiri Jumardi yang telah menunggu di samping gerbang. Adel dapat melihat Jumardi sudah tersenyum lebar dari kejauhan saat melihatnya.

Namun, bukannya membalas dengan senyuman, Adel justru menampilkan ekspresi datar. Padahal baru kemarin Adel memandang Jumardi sedikit berbeda dengan kebanyakan pria lain, tapi sekarang semua telah berubah dalam sekejab. Jika pria dihadapannya ini masih menyembunyikan sesuatu darinya, bagaimana bisa Adel menyerahkan kepercayaan sepenuhnya?

Terdengar konyol, tapi dalam diamnya ini Adel berharap Jumardi akan peka pada perasaan kecewanya. Kenyataannya, Jumardi juga lebih diam dari pada biasanya. Bahkan hampir setengah perjalanan mereka masih saling diam, tidak ada yang berniat membuka pembicaraan lebih dulu.

Beberapa kali Adel sempat berdeham, berharap Jumardi akan menoleh dan menanyakan sesuatu padanya. Tapi, Jumardi sama sekali tidak bergeming dan serius mengendarai motornya.

Tidak tahan, Adel memberanikan diri memecah keheningan. "Tadi gue sama anak-anak makan siang di restauran ayam Bu Jarwo."

"Anak-anak?" Jumardi melirik Adel dari pantulan kaca spion. "Kamu udah punya anak, Del?"

Adel berdecak tak sabar. "Bondan sama Fion maksud gue."

"Oh, mereka," Jumardi terkekeh, "Saya kira kamu udah punya anak, Del. Soalnya anak kamu kan anak saya juga."

Adel memutar bola matanya malas. "Susah, ya, ngobrol sama lo."

Jumardi menoleh sekilas kebelakang. "Susah mana sama dapetin hati kamu?"

Sesuai Titik, Ya?  Where stories live. Discover now