Fion mengangguk. "Antara dilema dan galau."

"Sabodo teuing," cibir Bondan langsung mendapat pelototan tajam Fion.

"Sebenernya gue enggak boleh bilang ke siapapun tentang ini. Tapi, namanya juga manusia. Makhluk sosial yang enggak bisa hidup sendirian. Harus saling membantu satu dengan yang lain--"

"Bilang aja lo mau bocor, Yon. Lo, kan, lamtur. Lambe turah." sela Bondan.

Fion yang tertangkap basah niatnya mengajak Adel dan Bondan siang ini hanya bisa diam dengan bibir menyunggingkan senyum malu-malu.

"Menangnya ada apa, Yon?" tanya Adel.

"Janji kalian enggak bakalan bocorin ke siapapun?" Fion menatap lurus Bondan dan Adel bergantian.

Bondan dan Adel mengangguk bersamaan, lalu refleks mendekatkan wajah dan menajamkan pendengaran saat Fion ikut merapatkan diri. Kini ketiganya tampak seperti membentuk lingkaran layaknya agen yang sedang membicarakan misi rahasia.

Sesaat Fion memejamkan mata, menarik nafas dalam kemudian menghembuskannya perlahan. Dalam hitungan detik, Fion membuka bibirnya dan menceritakan semuanya. Dan selama beberapa detik setelahnya, Adel dan Bondan tidak dapat bergerak sedikitpun dari posisinya. Mencerna kata demi kata yang keluar dari mulut Fion.

"SERIUS LO?" Bondan yang lebih dulu tersadar langsung memukuli Fion dengan membabi buta.

"WAH, FION!" Adel menggoyang-goyangkan lengan Fion. Responnya tidak kalah antusias dengan Bondan.

Fion tertawa puas sekaligus tidak menyangka respon kedua temannya akan seheboh ini. Bukan melawan, Fion justru diam dan pasrah. Membiarkan Bondan dan Adel heboh karena kemarin ia juga bereaksi seperti itu, malah lebih heboh.

"Bentar lagi gue jadi ayah."

Kurang lebih empat kata itu yang Fion bisikkan pada Bondan dan Adel. Jelas saja Bondan kegirangan setengah mati mengetahui sahabatnya yang kini menjadi istri Fion akan dikaruniai seorang anak. Bondan ikut bahagia mendengar kabar itu. Sedangkan Adel, ia merasa sangat bahagia mengetahui teman baiknya yang selama ini sudah ia anggap sebagai kakak sendiri mendapat kebahagiaan dengan istrinya. Adel tahu, meski Fion sering mengomel tentang istrinya yang banyak mengatur, sebenarnya pria itu sangat sayang pada istrinya.

Kadang Adel merasa iri dan ingin mendapatkan pasangan seperti Fion.
Pria itu bisa berperan sebagai teman sekaligus pelindung bagi Adel, tidak heran jika gadis yang menjadi istri Fion pasti akan sangat bahagia. Melihat senyuman kebahagiaan menghiasi wajah Fion, Adel ikut merasa bahagia.

"Nanti anak lo harus panggil gue paman!" ucap Bondan antusias.

Adel bertepuk tangan kecil. "Cewek apa cowok? Nanti biar mama gue yang jahitin bajunya."

Melihat tingkah Bondan dan Adel, Fion tertawa lagi. "Heh, usia kandungannya masih satu bulan. Lo berdua udah ngebet amat. Bikin sendiri sana!"

"Sama siapa, ha? Guling?" Bondan mendengus sinis, "Pokoknya, kalau anak lo cowok. Jangan lupa selipin nama gue, ya?"

Fion mengerutkan kening. "Idih, ogah. Nanti anak gue jadi Imelda."

Lagi-lagi Adel membeo ucapan Fion dengan ekspresi bingung. "Imelda?"

"Item Mengkilap Dakian."

Usai mengatakan itu Fion tertawa terbahak-bahak sedangkan Bondan sibuk mengumpat tanpa suara. Terpaksa Bondan menghentikan umpatannya saat melihat seorang pelayan menghampiri meja mereka dengan nampan penuh menu pesanan mereka.

"Saya ulang lagi pesanannya. Dua porsi Nasi ayam bakar , satu porsi Nasi ayam gepuk, dua porsi tumis kangkung. Minumnya satu Es Soda gembira, satu es Lemon tea. Ada tambahan lain?"

Sesuai Titik, Ya?  Where stories live. Discover now