23

789 137 5
                                    

Nicholas ikut melihat perginya pesawat dari landasan pacu pribadi milik Hotel Daedalus yang terdapat di bandara terdekat--terpujilah konglomerat dan kendaraannya-- dari luar. Pesawat kecil putih itu memiliki beberapa surai emas supaya pesawat tak terlihat polos, dan di tubuhnya tertulis Nikostratos Hotel and Residence.

Laki-laki berambut pirang acak-acakan itu tak perlu berpikir terlalu dalam bahwa Nikostratos Hotel and Residence--perusahaan hotel sekaligus developer pembangunan area rumah-rumah kecil itu berasal dari Yunani, dan dia adalah sangkar bagi ECHQ Athena. Nicholas sudah mengawasi pergerakan para pasukan EC, dan sejak mereka memutuskan berkamuflase dengan dunia modern pada tahun seribu sembilan ratus sembilan puluhan, ia bisa mengatakan hal itu sebagai sebuah hal yang cerdas.

Namun, Nicholas masih heran bahwa mereka tidak menyadari musuhnya yang sebenarnya ada di depan mata, salah satu penanam saham di Nikostratos. Mengingat hal itu, ia hanya nyengir sambil menggelengkan kepala.

Tak lama setelah pesawat itu benar-benar menjadi titik putih yang terbang di langit biru tua pagi hari, seekor burung mendarat di bahunya.

"Jadi, ada kabar baru?" Nikholas sedikit menggerakkan bibirnya. Burung itu terlihat berbicara pada Nikholas.

"Wah, berita bagus ... sekaligus mengerikan, sepertinya." Lalu burung itu pergi setelah Nikholas melempar remah-remah roti yang telah ia kumpulkan.

Lalu laki-laki itu kembali berjalan ke kafe terdekat. "Rasanya, sedikit kafeina hangat sebelum bekerja adalah ide bagus."

*

Iris merapatkan sabuk pengamannya, juga Chelsea, Nyonya Rose, dan Leo serta dua pramugari dan dua penjaga yang melayani mereka. Gadis itu dapat mendengar suara pilot dan kopilot yang berada di kokpit mengumumkan bahwa pesawat segera mendarat di Yunani.

Benar saja. Setelah pesawat miring-miring (Chelsea menahan mual, Iris bisa melihat gadis itu menggelembungkan pipinya berapa kali), kendaraann itu perlahan menukik menuju landasan pacu yang berada di bawah mereka.

Roda-roda kecil di bawah mereka membawa pesawat bergerak di atas aspal halus sebelum benar-benar berhenti--begitu-begitu, mereka masih saja menyempatkan semprotan air selamat datang ke arah pesawat (sementara itu Chelsea sudah terlebih dulu berlari ke toilet).

Setelah semprotan air berhenti, mereka baru bisa membuka pintu dan berjalan turun. Iris menggandeng Chelsea yang mengaku bahwa ia sudah merasa nyaman setelah menuntaskan mualnya.

"Halo, selamat datang di Athena!" Seorang gadis dengan rambut sedikit panjang dari Chelsea berjalan menghampir dan menyambut mereka, di belakangnya mengekor salah seorang pria berjas yang tidak mengatakan apapun.

"Berenike?" panggil Chelsea.

"Ya, kau benar, kau tidak apa-apa?" tanya Berenike, khawatir.

Chelsea meletakkan tangannya di depan Berenike yang dapat diartikan sebagai "tidak apa-apa, sungguh".

"Kau Iris Brooke?" tanya Berenike.

"Benar, salam kenal." Iris mengulurkan tangannya.

"Selamat datang di Athena, Iris." Berenike menjawab jabatan tangannya. "Namaku Evaristus Berenike, panggil saja Berenike."

"Master kami baru saja mengontak kantor pusat untuk mengabarkan sesuatu." Nyonya Rose menimpali, "Apakah kabar kami masuk?"

"Halo, Nyonya Rose! Aku belum mendapat kabar apapun, mungkin Master yang sudah menerimanya," jawab Berenike.

"Halo, Berenike, aku membawa Keik Pelangi favoritmu," ujar Leo.

"Hai, Tampan. Akan segera kuhabiskan nanti jika tidak ada pertarungan. Sekarang, ayo ke kantor pusat!" Mereka segera bergerak ke lobi, sementara Berenike sedang menelepon seseorang.

PANDORA: IrisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang