Tidak berhasil, mau ia sudah memantrai dirinya dengan kalimat 'aku harus kuat' dan 'aku harus bisa menyelematkan pamanku, mau bagaimana pun juga, ia tetaplah gadis biasa yang baru kali ini berurusan dengan sesuatu yang melibatkan nyawanya--bahkan nyawa orang lain.
Ini tidak sama ketika bibinya iseng mencoba trik memasak dengan menuangkan wine dan menggoyangkan panci dari atas ke bawah agar apinya membakar masakan dan penggorengan--yang berujung pada pengepelan dapur serta ruang makan. Atau saat pamannya berusaha menangkap kodok yang entah bagaimana caranya bisa masuk ke dalam garasi rumah. Gadis itu berurusan dengan sihir, dengan bibi dan pamannya serta orang tua kandungnya yang terlibat dalam konspirasi penguncian ingatannya. Iris berurusan dengan sebuah perang antar kelompok untuk saling menjaga kekuatan.
Guci Pandora, itulah yang sempat dikatakan padanya. Sejauh ini ia membaca mitologi Yunani, Iris memang menemukan sebuah catatan bahwa kotak atau peti Pandora merupakan kesalahan dalam proses translasi, hanya ia tidak menyangka bahwa orang yang--setidaknya--terlibat untuk menjaga benda itu benar-benar mengatakan bahwa yang betul adalah sebuah guci.
Manusia lahir dengan sebuah kutukan, yaitu, keingintahuan. Keingintahuan Pandora melepaskan samsara dari tempatnya, meski begitu, keingintahuan Pandora juga yang melepaskan harapan--setidaknya begitulah yang ia pahami dari cerita Master, di mana itu sama persis dengan apa yang ia tulis, minus salah terjemahan yang tadi.
Terus memecah pasukan hingga membuat rombongan utama berkurang nyatanya juga tidak membuat hati Iris membaik, semakin banyak orang yang lepas dari penglihatannya, semakin banyak pula rasa khawatir yang muncul dalam dirinya. Karena jumlah rombongan utama juga semakin sedikit, maka ia juga semakim takut pada kemungkinan bahwa ia tidak bisa apa-apa. Hanya merapal kata Kharites saja, sebenarnya pikiran Iris sama dengan pikiran Ares, bahwa ia tidak punya apapun untuk melindungi dirinya sendiri. Namun, ia menepisnya, jauh di dalam lubuk hatinya, ia tidak ingin dianggap tidak berguna. Begitu-begitu, keselamatan paman dan bibinya juga salah satu kewajibannya karena Iris lah anggota keluarga satu-satunya.
"Kita sampai," gumam Ares pada papan pintu kayu setinggi empat meter di depannya.
Lelaki yang sempat dipanggil komandan itu mengangkat tangannya dan mengibaskannya ke belakang. Membuat seluruh rombongan berjalan mundur meski sedikit tersandung-sandung. Setelahnya, tangannya diturunkan sehingga membentuk garis lurus horizontal mengarah ke pintu itu.
Sepuluh orang maju mendobrak pintu selebar dua meter itu dengan kekuatan sihir mereka yang dikonsentrasikan pada lengan dan bahu mereka, butuh tiga kali dobrakan hingga pintu itu terbuka, dan Iris memelototkan matanya.
Di sana ia melihat seorang pria paruh baya, dengan dua tanduk di dahinya, setengah tubuh bagian bawahnya telah diubah menjadi bagian kuda lengkap dengan empat kakinya. Iris bisa melihat jahitan kemerahan yang rapi di pertemuan dua bagian tubuh berbeda spesies itu.
"Paman," panggil Iris lirih, tetapi, pria paruh baya dengan mata kosongnya itu tidak menggubrisnya.
Bukan hanya Iris saja yang terkejut, melainkan juga Nyonya Rose yang tidak mampu berkata apa-apa melihat sahabatnya yang dikorbankan menjadi sebuah eksperimen gila.
"Selamat datang," ujar suara dingin seorang wanita yang berjalan ke arah tengah menara.
"Jane!" pekik Iris.
Tanpa menunjukkan sedikitpun raut keterkejutan, Jane meladeni panggilan Iris dengan lirikan dingin dan melengos begitu saja.
"Lawanlah seekor banteng yang berada di dalam Labirin Daedalus, kemudian, dapatkan apa yang kau cari, tapi kau tetap saja seorang Icarus yang akan tetap saja mati, setelah kau mendapatkan apa yang kau cari." Jane membelai bahu Rudolf, bersamaan dengan tangannya menuju ke seorang pria yang tergantung seperti kepompong tepat di atas tumpukan kayu bakar.

KAMU SEDANG MEMBACA
PANDORA: Iris
FantasyKeping mimpi, bekas luka di tangannya, dan sebuah penyerangan di malam ulang tahunnya yang ke-19. Pemandangan terakhir yang Iris lihat adalah kepergian orang-orang misterius itu dengan membawa serta paman dan bibinya. Setelah terbangun di markas Elp...