"Halo pembawa Anugerah Dionysus." Nicodemus menyeringai. "Bisakah kau memberikan HT mu untukku? Aku akan beramah tamah dengan teman-temanmu di pusat komando."
Iason tidak dapat melawan, timah panas yang bersarang di bahu dan punggungnya seperti membungkam seluruh gerakan tubuhnya. Nicodemus--laki-laki yang menembaknya tadi--menindih perut dan mencekik lehernya, mempersempit jalur masuk oksigen ke hidung Iason, tangan Nicodemus yang bebas menyibak rambutnya yang sedikit menutupi telinga, mengambil alat komunikasi kecil serupa earset bluetooth.
Sebelum Nicodemus sempat memakainya, Iason berusaha meraih kebebasan dengan mengangkan tangan kirinya. Namun, belum sempat tangan kirinya meraih tangan Nicodemus yang mencekiknya, pria berpotongan cepak yang tadi menyerang Iason dengan kapak segera menginjak tangannya, membuat teriakan Iason lolos membelah langit malam bersalju di Knossos.
"Injakanmu terlalu keras, Eugene. Masuklah ke labirin dulu." Nicodemus menyeringai ke Iason sambil memasang alat komunikasi ke telinganya. "Dia urusanku."
"Baiklah." Yang dipanggil Eugene menambah kekuatannya untuk menginjak lengan Iason, menyebabkan pekikan kembali lolos.
Setelah puas mendengar Iason memekik, Eugene berbalik arah, melewati gelimpangan tubuh yang pingsan. Efek koin berasap racun tadi bukan hanya saja membuat penduduk setempat pingsan, Sebenarnya sudah ada tabir khusus, sebuah kubah magis yang menyelimuti tiga puluh meter dari pusat reruntuhan Kerajaan Knossos Kreta, sebuah tempat yang dibangun oleh Daedalus untuk mengurung Minotaur--tempat asal mula kematian anaknya.
"Kau mungkin ingin melihat hasil karya kami barusan, tengoklah ke kirimu," perintah Nicodemus.
Iason menoleh saat Nicodemus melonggarkan cekikan tangannya. Matanya terbelalak, menangkap situs reruntuhan kembali terbangun utuh dengan tembok tinggi yang dalamnya kini ia tidak dapat lihat dari luar. Iason yakin bahwa rute yang dibangun Daedalus juga kembali utuh, apa kabar pasukan yang menjaga lebih dekat? Apakah sudah tergeletak pingsan? Berarti, para Pendosa berhasil memasuki Labirin Daedalus?
Nicodemus mengeratkan kembali cekikannya pada Iason. "Tunggu sampai kau dan teman-temanmu melihat kasil karya kami selanjutnya." Ia arahkan pistol ke tangan Iason yang baru saja diinjak oleh Eugene.
Pelor panas sekali lagi bersarang di telapak tangan Iason, membuat darahnya mengalir di atas aspal, luka nyeri itu berpadu dengan dinginnya salju-salju yang turun dan mencair tepat di atas lubang yang merah. Masih tidak melonggarkan cekikannya, Nicodemus menekan alat komunikasi di telinganya, tanpa menunggu ia langsung saja menyambut siapapun itu yang ada di sana.
"Halo-halo! Tes! Apakah aku tersambung dengan teman dari ... siapa namamu, Dionysus?"
*
Tidak lama setelah perbincangan antara Altair-Leo-Iris dijeda oleh aura menggantung dari perkataan Nyonya Rose. Alat komunikasi yang masih terpasang di telinga Ares dan Altair berdenging sebentar.
"Halo-halo! Tes! Apakah aku tersambung dengan teman dari ... siapa namamu, Dionysus?"
Altair melotot pada Ares, Iris dan yang lain melihat mereka memasang wajah panik yang kentara bahwa ada yang tidak beres dengan siapapun yang ada di sana. Sementara itu, mata Altair yang melotot pada Ares terbaca oleh lelaki atletis itu sebagai ini-suara-siapa?
"Siapa?" tanya Ares, dingin.
"Aku? Aku teman Diony--siapa sih namamu, coba kau sebutkan."
Ares dan Altair sama-sama mendengar suara rintihan, tentu saja mereka butuh waktu untuk menyadari bahwa rintihan itu milik Iason.
"Iason, apa yang terjadi?" Altair berteriak.
"Namanya Iason? Salam kenal, Iason dan teman-temannya, ini aku, Nicodemus the Gluttony!" ujar suara di seberang dengan suara yang riang gembira.

KAMU SEDANG MEMBACA
PANDORA: Iris
FantasyKeping mimpi, bekas luka di tangannya, dan sebuah penyerangan di malam ulang tahunnya yang ke-19. Pemandangan terakhir yang Iris lihat adalah kepergian orang-orang misterius itu dengan membawa serta paman dan bibinya. Setelah terbangun di markas Elp...