26

716 121 14
                                    

Iason sedang dalam perjalanan ke ruang teleportasi saat ia menemukan Berenike duduk di kursi sekitar ruangan berpintu kaca itu.

Baru saja lelaki flamboyan itu berkata hai pada Berenike, dan ruangan teleportasi menyala terang. Lelaki dengan rambut berkucir itu segera memasuki ruangan bersama Berenike yang menyambut rombongan EC London dengan Iris yang hampir tidak sadarkan diri.

"Leo ... kalian ...." Iason tergeragap.

"Iris, dia tidak apa-apa?" Berenike mengisyaratkan para pengawal untuk memapah Iris ke fasilitas kesehatan sementara.

"Kalian baru sampai ke sini?" Iason bertanya ke Leo sambil berjalan cepat cenderung berlari.

"Ya, transit dan langsung ke Delfi, lalu ceritanya panjang," jawab Leo.

"Gadis itu ... yang tangannya bernoda?" Leo mengangguk menjawab pertanyaan Iason.

Fasilitas kesehatan sementara yang ada di markas ECHQ Athena berada di setiap lantai, masing-masingnya dapat menampung enam orang pasien dengan enam brangkar, yang melayani adalah tiga tenaga medis yang dalam kondisi darurat, bisa saja mereka menambah petugasnya hinga berjumlah sembilan orang per ruangan.

Iris terkulai lemas--sekali lagi--di atas brangkar dengan aroma obat dan jeruk yang saling bercampur. Napasnya terengah-engah dengan mata yang masih terkatup. Nyonya Rose segera menyambar tangan Iris dan menggosoknya cepat-cepat.

"Iris, bertahanlah, atur napasmu," ajak Nyonya Rose.

"Kh ... Kh ...," ujar Iris di sela-sela napasnya yang belum teratur, "Kha ... ri ... tes ...." Tiba-tiba, di atas dada Iris dan tangan Nyonya Rose, terbentuk lingkaran magis dengan semburat emas dan hijau yang saling berganti.

Selama beberapa detik lingkaran itu berpendar, hingga napas Iris teratur dan perlahan membuka matanya. Suster dan dokter segera mengambil alih, membuat Nyonya Rose dan lainnya undur diri dari ruangan.

"Tadi itu ...." Leo memandang ibunya dengan tatapan penuh pertanyaan.

"Anugerah Kharites, aku tidak tahu bahwa Iris bisa menggunakannya untuk melakukan penyembuhan--bahkan, sedikit meningkatkan staminaku," jawab ibunya.

"Anugerah Kharites adalah kalung dengan bandul tiara, 'kan? Dan pemegang kalung itu--"

"Bibinya." Nyonya Rose segera memotong ucapan Chelsea. "Stephenie pasti melakukan sesuatu dengan benda itu, sehingga Iris yang belum pernah bersentuhan dengan sihir bisa menggunakannya."

"Hei,  kalian tidak mau menceritakan sesuatu pada kami?  Terutama aku?" timpal Iason dari belakang mereka sambil mencebik dan mengusap bagian belakang kepalanya. Sementara Berenike hanya mengangguk mengiyakan.

Setelah Nyinya Rose meminta maaf, ia dan Leo bergantian menceritakan pertemuan mereka dengan para Moirai.  Termasuk bagian saat mereka bertiga mendengar rintihan yang berakhir dengan teriakan Iris.

"Saat itu aku refleks berbalik dan menggedor kurungan cermin itu, aku sampai memanggil trisula dan menghancurkannya. Begitu dinding cermin itu hancur, kami sudah berada di tanah rumput," ujar Leo.

"Lebih tepatnya, Themis--Ibunda para Moirai--mengusir kami." Chelsea menimpali.

Berenike menghela napas sebelum Nyonya Rose kembali bertanya perihal surat ancaman yang sampai ke meja EC London.

"Sejauh ini tidak  ada gangguan apapun." Nada suara Iason mendadak berubah serius, kemudian ia berbalik arah, memandang lapangan luas berselimut salju di tengah bangunan berselubung  kaca.

"Aku bertugas mengawasi dari jarak yang jauh, tapi kemampuanku berbicara dengan binatang berkaki empat membuatku mempunya aksesibilitas yang lebih mudah. Aku bisa menggunakan mata mereka dan bergerak lebih dekat, sejauh yang aku awasi, baik divisi Ares maupun Altair tidak mengalami kesulitan berarti," lanjut Iason.

PANDORA: IrisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang