Berenike memainkan jari-jemarinya gelisah, kontras dengan wajah dinginnya yang hampir tanpa ekspresi.
Gadis berpupil hitam itu memandang tajam pintu kaca berstiker buram di depannya. Posisinya sebagai sekretaris dari Master ECHQ--Elpis Commander Pusat--Athena membuatnya harus ikut ke manapun Master pergi dalam rangka merangkap asisten dan sekaligus kepala surat menyurat antar divisi maupun antar pusat komando.
Sesekali ia menunduk, mendesah gelisah dan sesekali merapikan rambut hitam sebahunya yang sedikit keriting ke belakang telinga. Lalu, kembali memainkan kuku dan jari-jemarinya.
Warna pakaiannya kali ini senada dengan pupil dan rambutnya, gaun sederhana sepanjang lutut. Sebenarnya, seluruh pasukan di divisi ECHQ Athena diwajibkan memakai pakaian hitam selama tujuh hari untuk berkabung, mengenang pasukan yang gugur selama Pertempuran Akropolis yang terjadi dalam semalam. Padamnya Tekhne, rasanya, sedikit demi sedikit mulai memengaruhi kekuatan para penerima anugerah--Berenike merasakan kekuatan pemanggilannya sedikit melemah, tidak mengganggu, tetapi cukup membuatnya terkejut bahwa efek padamnya Tekhne berpengaruh sangat cepat. Gadis itu belum mengonfirmasi apakah hanya dia yang mengalami penurunan kekuatan.
Pintu kaca di samping Berenike bergeser terbuka, lalu seorang laki-laki berambut coklat kemerahan dengan baju crop top yang hanya menutupi setengah tubuh bagian atasnya masuk. Atasan ketat berlengan panjang itu menunjukkan otot perut dan bentuk punggungnya yang sempurna karena dilatih saat tahu bahwa ia Penerima Anugerah Ares. Latihan fisik khusus komandan memang lebih ketat dan lebih berat, itulah alasannya mengapa ia harus berpisah dengan saudara kembarnya yang berada di markas cabang London. Baju setengah badan berwarna hitam itu ditahan suspender emas yang diikat pin berlogo berwarna senada di bagian dadanya. Berenike melihat suspender itu bersilangan di bagian depan, dan membentuk huruf Y di belakang punggungnya. Gadis itu tidak melihat perban di lengannya yang mengalami luka tusuk enam hari lalu di Akropolis, ia berasumsi bahwa perban itu ditutupi oleh lengannya.
Kemudian, dari belakang lelaki itu menyusul seorang gadis berambut hingga menyentuh punggungnya, sejumput rambut hitam di belakang telinganya dikepang. Ia memakai gaun hitam sederhana sepanjang mata kaki, dan tidak ada riasan lain lagi selain riasan wajah tipis yang wajar ada.
"Ares, bagaimana lenganmu?" tanya Berenike sambil beranjak dari kursi.
"Sudah lebih baikan karena terapi rutin," jawab Ares yang menoleh padanya. Berenike menunduk dan siap mengatakan sesuatu. "Jangan meminta maaf lagi, Berenike, ini tanggung jawabku, aku yang memecah pasukan untuk berjaga di dua tempat. Kehadiranmu membantu kami tidak pernah bisa dikatakan terlambat."
"Artinya, kehadiran kita cukup membantunya." Gadis di belakang laki-laki itu memeluk Berenike dari samping, berusaha menenangkannya, laki-laki itu tersenyum simpul.
"Kok ... kau tidak memelukku? Altair ...." Suara menggoda beraroma anggur menyeruak di tengah Berenike dan si gadis yang dipanggul Altair.
Altair segera berbalik, melepaskan tangan dari bahu Berenike sambil mendorong tangannya untuk siap menampar siapapun yang ada di belakangnya. Namun, tangannya berhasil ditahan oleh seorang pria di umurnya yang segera menuju ke umur dua puluh tujuh tahun.
"Jangan jahat-jahat , Bu Wakil Komandan." Laki-laki itu menyeringai.
"Hentikan seringaianmu dan lepaskan tanganmu Om-om genit!" Altair menarik tangannya dan kembali ke sisi Ares.
"Tuh, kan, sudah dibilang aku belum bisa dipanggil om." Ia mengangkat kedua bahunya pasrah. "Tapi, ya entahlah jika aku sudah punya kharisma setinggi pria matang, maka aku akan berterimakasih." Laki-laki dengan kepercayaan diri tinggi dan berbicara dengan nada kemayu itu menyibakkan rambut panjang sebahunya yang dikucir.

KAMU SEDANG MEMBACA
PANDORA: Iris
FantasyKeping mimpi, bekas luka di tangannya, dan sebuah penyerangan di malam ulang tahunnya yang ke-19. Pemandangan terakhir yang Iris lihat adalah kepergian orang-orang misterius itu dengan membawa serta paman dan bibinya. Setelah terbangun di markas Elp...