Chapter 30

6.4K 661 25
                                    

POV Raisya : Raihan Yang Menyebalkan


Aku menatap kepergian Raihan dengan motornya. Aku memegang degup jantungku yang berdebar karena syok. Ini pertama kalinya aku melihat Raihan begitu kasar dengan bentakannya. Salahkah aku bila meminta tolong seperti tadi tetapi Raihan dengan kasarnya marah-marah? Tapi aku tidak bisa mengelak jika air mataku akhirnya luruh. Aku seorang perempuan. Jika di lakukan seperti itu tentu saja hatiku tersayat.

Aku menghapus air mata dengan punggung tanganku. Menangis bukanlah hal yang tepat saat ini. Aku segera membalikan badan. Kembali ketempat sebelumnya. Berharap menemukan kunci mobilku yang mungkin tercecer.

Waktu Ashar sudah berlalu. Saat ini jam menunjukan pukul 17.00. Sekali lagi, aku mencoba menghubungi Mama namun hasilnya tetap sama. Tidak ada jawaban. Aku beralih menghubungi Lili. Hingga beberapa detik kemudian panggilan terjawab.

"Asalamualaikum. Iya Sya ada apa?"

"Wa'alaikumussalam. Em Li, bisa minta tolong?"

"Minta tolong apa Sya?"

"Em.. kamu bisa kesini gak? Ke mesjid Islamic Center? Kunci mobilku hilang. Aku lupa dimana. Mungkin tercecer."

"Ah sayang sekali jika aku bisa." Seketika aku menjadi harap-harap cemas. "Sebenarnya.."

"Ya Li kenapa?"

"Aku.. em aku lagi sibuk Sya. Aku lagi tidak dirumah."

"Li ayo. Umi sudah nunggu di luar." Aku terdiam. Samar-samar aku mendengar suara Kak Bejo. Oh rupanya Lili lagi sama dia. Kalau sudah begitu aku bisa apa?

"Sya. Maaf ya. Aku gak bisa bantu. Kebetulan aku sibuk."

"Oh iya tidak apa-apa Li. Maaf ya sudah ganggu."

"Sya.."

"Ya?"

"Jangan marah."

Aku tertawa sumbang. "Untuk apa Li? Santai aja. Gak usah lebay deh ah."

"Ya.. aku gak enak aja sya sama kamu. Maafin aku."

"Sudah deh sudah-sudah. Santai aja. Yaudah gih. Aku tutup ya panggilan ini. Asalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam." Setelah panggilan terputus. Aku menatap ponselku dengan nanar. Kenapa sih susah sekali menghilangkan rasa cemburuku sama Lala? Aku menghela napas. Lalu mencoba menghubungi Lala. Tapi tidak bisa. Sahabatku itu tidak merespon panggilan ku. Kemudian aku teringat Faisal. Terdiam sejenak. Memikirkan apakah caraku benar atau tidak jika meminta tolong padanya. Aku menggelengkan kepalaku. Menepis hal tersebut. Aku khawatir akan merespotkan dia. Aku berusaha tenang dan mungkin aku akan mencoba kembali menghubungi Mama.

❣️❣️❣️❣️

Aku terduduk dengan menyelonjorkan kedua kakiku. Lelah. Haus. Ingin cepat pulang. Itu yang aku pikirkan saat ini. Aku sudah berkeliling selama 1 jam di mesjid ini. Tapi hasilnya nihil. Tidak ketemu. Aku mendongakkan wajah. Menatap langit yang senja hingga adzan Maghrib berkumandang. Lalu aku mencoba menghubungi Mama namun hasilnya tetap sama.

Hingga akhirnya suara adzan pun usai. Aku harus melaksanakan sholat Magrib terlebih dahulu. Mungkin setelah ini aku harus meminta bantuan pada petugas masjid untuk mencari keberadaan kunci mobilku yang hilang.

❣️❣️❣️❣️

"Bagaimana Pak?" Seorang petugas baru saja meletakkan sebuah mike didekat mimbar sebagai pengeras suara untuk mengumumkan bagi siapapun yang menemukan kunci mobilku.

"Kita berdoa aja ya dek. Semoga kuncinya ketemu. Kamu yakin sudah mencarinya disekitar sini?"

"Saya yakin Pak. Sudah mencarinya kemanapun. Tetap gak ketemu."

Raihan & RaisyaWhere stories live. Discover now